57
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERDAFTAR
A. Perlindungan Hukum terhadap Merek Terdaftar Menurut Ketentuan
Hukum Merek Indonesia
Suatu merek mendapat perlindungan hukum apabila merek tersebut didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Karena disebutkan
dalam perjanjian TRIPs dan di dalam Pasal 3 UUM No. 15 Tahun 2001 bahwa merek terdaftar memiliki hak eksklusif untung melarang pihak ketiga yang tanpa
izin dan sepengetahuan pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang sama untuk barang danatau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu.
85
Adapun yang dimaksud dengan hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar meliputi:
86
1. Menciptakan hak tunggal sole or single right
Hukum atau undang-undang memberi hak tersendiri kepada pemilik merek. Hak itu terpisah dan berdiri sendiri secara utuh tanpa campur tangan pihak
lain; 2.
Mewujudkan hak monopoli monopoly right Siapapun dilarang meniru, memakai, dan mempergunakan dalam perdagangan
barang dan jasa tanpa izin pemilik merek;
85
Sudargo Gautama, Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian TRIPs-GATT dan Undang- Undang Merek RI, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 19.
86
Ibid.
3. Memberi hak paling unggul superiror right
Hak superior merupakan hak yang diberikan doktrin hak paling unggul bagi pendaftar pertama. Oleh karena itu, pemegang hak khusus atas suatu merek
menjadi unggul dari merek orang lain untuk dilindungi. Merek yang didaftarkan adalah yang memiliki kekuatan daya pembeda
atau distinctive power.
87
Melalui daya pembeda, merek mewujudkan ciri identitas dan individualitas tertentu yang membedakannya dari merek orang lain. Pancaran
wujud identitas atau individualitas, menjadi alat pengukur bagi Direktorat Jenderal dan pemilik merek untuk melakukan pengawasan terhadap pelanggaran
hak perlindungan hukum atas merek. Demikian pentingnya peranan merek ini, sehingga terhadapnya dilekatkan perlindungan hukum, yakni sebagai objek
terhadapnya terkait hak-hak perseorangan atau badan hukum.
88
Kebutuhan akan perlindungan hukum atas merek semakin berkembang pesat setelah banyak pihak melakukan tindak kecurangan, terlebih setelah dunia
perdagangan semakin maju dan berkembang pesat.
89
Yang paling berperan meningkatkan jaminan perlindungan hukum adalah negara, dimana dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal terutama
perlindungan untuk menolak permintaan merek yang mempunyai persamaan dengan merek yang sudah mendapat filling date,
90
apalagi merek yang sudah terdaftar dalam Daftar Umum Merek, maka harus dilindungi dengan serius oleh
87
M. Yahya Harahap. Tinjauan Merek Secara Umum Dan Hukum Merek Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm. 205.
88
Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 92.
89
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedilah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011, hlm. 207.
90
Filing date adalah tanggal penerimaan dokumern permulaan pendaftaran merek oleh pemohon kepada kantor merek.
Direktorat Jenderal, pengadilan melalui putusan-putusannya memiliki peran dan kewenangan yang sangat menentukan atas stabilitas jaminan perlindungan atas
hak merek, telah menjadi kesadaran yang mantap di berbagai negara.
91
Perlindungan ke arah meningkatkan jaminan perlindungan hukum atas merek semakin berkembang. Terutama sejak konsepsi hak khusus atas merek
diterima sebagai salah satu bentuk hak milik as a form property, pemalsuan atau pembajakan merek, dianggap kejahatan “tindak pidana” atau perbuatan kriminal.
Konsep ini telah diterima sebagai salah satu sarana perlindungan atas merek oleh UUM No. 15 Tahun 2001 Bab XIV.
92
Menurut Fery Susanto, lingkup perlindungan hukum terhadap hak merek dapat diuraikan sebagai berikut:
93
1. Yang dilindungi hanya merek terdaftar
UUM No.15 Tahun 2001 menganut sistem konstitutif sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 UUM Tahun 2001 yang berlandaskan doktrin prior in
filling: Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
pemilik terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu enggan menggunakan sendiri merek tersebut untuk memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakannya.
91
Fery Susanto L., Perlindungan Hukum terhadap Merek Terdaftar menurut Ketentuan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, Tesis FH-USU, 2001, hlm. 46.
92
Ibid, hlm. 47.
93
Ibid.
Doktrin prior in filling pendaftar pertama menggantikan doktrin prior user pemakai pertama yang dianut oleh UUM Tahun 1962 yang tercantum pada
Pasal 2 ayat 1: Hak khusus untuk memakai suatu merek guna memperbedakan barang-
barang hasil perusahaan atau barang-barang perniagaan seseorang atau suatu badan dari barang orang lain diberikan kepada barang siapa yang
untuk pertama kali memakai merek itu untuk keperluan tersebut di Indonesia
Dengan demikian UUM Tahun 2001 hanya melindungi merek terdaftar registered marks. Sedangkan terhadap merek yang tidak didaftarkan
unregistered marks tidak mendapat perlindungan hukum dan dianggap tidak memiliki hak eksklusif, meskipun pemilik telah memakainya bertahun-tahun.
Faktor pemakai pertama bukan merupakan syarat yang sah untuk menciptakan hak khusus. Makna terdaftar dalam Daftar Umum Merek adalah pendaftar
pertama, ketentuan ini merupakan elemen pokok dalam sistem konstitutif. Sistem konstitutif ditegakkan atas landasan doktrin
“first to file”. 2.
Perlindungan melekat sejak Filling Date Dalam Pasal 28 UUM Tahun 2001 menegaskan bahwa:
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 sepuluh tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan
itu dapat diperpanjang. Pasal tersebut menegaskan bahwa perlindungan hukum berlaku surut
terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran sebagaimana yang diatur dalam Pasal 15 ayat 1. Dengan demikian jika Pasal 28 dikaitkan dengan Pasal 15 1
perlindungan hukum melekat dan harus diberikan kepada pemilik terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran filling date.
Menurut Yahya Harahap titik berat penekanan antara kedua pasal tersebut adalah:
94
a. Pasal 3 menekankan terwujudnya hak eksklusif atas merek yaitu terhitung
sejak terdaftar dalam Daftar Umum Merek. b.
Sebaliknya Pasal 28 meletakkan tekanan pada perlindungan hukum atas merek yakni sudah mendapat perlindungan hukum sejak tanggal filling date.
Adapun lingkup perlindungan hukum yang diberikan kepada pemilik merek meliputi penggunaan atau eksploitasi merek menurut M. Yahya Harahap
mencakup:
95
a. Melindungi penggunaan hak eksklusif merek, meliputi:
1 Menggunakan tanda merek sebagai logo, label, atau gambar dalam surat-
menyurat, pada barang atau jasa, pada kemasan packaging dalam advertensi atau promosi;
2 Menikmati secara eksklusif manifestasi yang lahir dari merek, meliputi
goodwill, atau well-known, reputasi tinggi high reputation, indikasi sumber asalgeografis, sentuhan kultural cultural attachment, dan
sentuhan keakraban familiar attachment. b.
Melindungi hak eksklusif menggunakan merek sebagai alat eksploitasi memperoleh keuntungan dalam perdagangan, meliputi:
94
Yahya Harahap, Op. Cit., hlm. 367.
95
Ibid, hlm. 370-371.
1 Memasarkan barang atau jasa dalam perdagangan nasional, regional, dan
global 2
Menyimpan barang yang dilindungi merek, asal tidak bertentangan dengan ketentuan monopoli atau spekulasi untuk menaikkan harga
3 Menyuplai barang
4 Mengekspor barang
c. Melindungi hak memperluas wilayah dan segmen pemasaran, sesuai dengan
sistem pasar atau perdagangan bebas dan dilakukan sesuai dengan prinsip persaingan bebas, jujur, dan sehat
d. Melindungi pengalihan atau transfer dalam bentuk :
1 Transfer berdasarkan titel umum sesuai dengan ketentuan hukum waris.
2 Transfer dalam segala bentuk transaksi yanga dibenarkan oleh undang-
undang menjual, mengagunkan, menghibahkan 3
Dalam bentuk lisensi, memberi izin kepada orang lain atau badan hukum untuk menggunakannya.
Demikian gambaran lingkup perlindungan hukum yang harus diberikan dan diterapkan terhadap hak eksklusif sebagai hak milik berdasar pada landasan
sifat hak milik atas merek yang bersifat absolut, hukum harus memberi jaminan perlindungan penuh bagi siapa saja yang mengganggu setiap kegiatan yang
dilakukan pemilik sepanjang tindakan itu masih dalam batas-batas lingkup hak khusus dan lingkup perlindungan yang diberikan undang-undang.
96
96
Ibid, hlm. 372.
A. Perlindungan Hukum Atas Merek Secara Preventif