Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan hanya dapat diajukan kasasi. Isi putusan badan peradilan itu segera
disampaikan oleh panitera yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan
pendaftaran merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek setelah putusan badan peradilan
diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
80
Pembatalan pendaftaran merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi
catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut. Pembatalan pendaftaran itu diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya dengan
menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak
berlaku lagi. Pencoretan pendaftaran suatu merek dari Daftar Umum Merek diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Pembatalan dan pencoretan pendaftaran
merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan.
81
E. Berakhirnya Perlindungan Merek
Dengan merek yang telah terdaftar menunjukkan bahwa merek tersebut telah dilindungi oleh hukum. Perlindungan hukum terhadap merek sifatnya
terbatas. Ketentuan Pasal 28 UUM 2001 memberikan jangka waktu
80
Ibid, hlm. 395-396.
81
Ibid.
perlindungannya selama sepuluh tahun ini dihitung sejak ditetapkannya filling date.
82
Pemilik merek dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu perlindungan untuk jangka waktu yang sama, biasanya Direktorat Jenderal tidak
lagi melakukan penelitian examination atas merek tersebut pada saat pemilik merek mengajukan perpanjangan untuk perlindungan. Prosedur permohonan
perpanjangan waktu dilakukan secara tertulis oleh pemilik merek, atau kuasanya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 dua belas bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut.
83
Permohonan perpanjangan jangka waktu perlindungan ini dapat disetujui jika merek yang bersangkutan masih dipakai pada barang atau jasa sebagaimana
diproduksi dan diperdagangkan oleh pemilik merek atau kuasanya. Permohonan perpanjangan waktu perlindungan merek terdaftar juga dapat ditolak, yaitu dengan
pemberitahuan secara tertulis kepada pemilik atau kuasanya dengan menyebutkan alasannya. Alasan penolakan itu antara lain karena telah melewati atau kurang
dari jangka waktu yang ditetapkan untuk pengajuan kembali, tidak membayar biaya pengajuan, merek tersebut sudah tidak dipakai pada barang atau jasa
sebagaimana disebut dalam sertifikat merek atau karena barang atau jasa tersebut sudah tidak diproduksi dan diperdagangkan lagi.
84
82
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 41.
83
Ita Gambiro,Hukum Merek Beserta Peraturan Perundang-undangan di Bidang Merek, CV Sebelas Printing, Jakarta, 2000, hlm. 67.
84
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 44 .
57
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERDAFTAR
A. Perlindungan Hukum terhadap Merek Terdaftar Menurut Ketentuan
Hukum Merek Indonesia
Suatu merek mendapat perlindungan hukum apabila merek tersebut didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Karena disebutkan
dalam perjanjian TRIPs dan di dalam Pasal 3 UUM No. 15 Tahun 2001 bahwa merek terdaftar memiliki hak eksklusif untung melarang pihak ketiga yang tanpa
izin dan sepengetahuan pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang sama untuk barang danatau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu.
85
Adapun yang dimaksud dengan hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar meliputi:
86
1. Menciptakan hak tunggal sole or single right
Hukum atau undang-undang memberi hak tersendiri kepada pemilik merek. Hak itu terpisah dan berdiri sendiri secara utuh tanpa campur tangan pihak
lain; 2.
Mewujudkan hak monopoli monopoly right Siapapun dilarang meniru, memakai, dan mempergunakan dalam perdagangan
barang dan jasa tanpa izin pemilik merek;
85
Sudargo Gautama, Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian TRIPs-GATT dan Undang- Undang Merek RI, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 19.
86
Ibid.