bidang hak kekayaan intelektual. Sehubungan dengan perlindungan hukum hak atas merek, tindakan administratif dan kantor Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual merupakan salah satu perangkat. Tindakan administratif ini bisa dilakukan pada tahap proses permohonan pendaftaran merek yang
bertentangan dengan Pasal UUM No. 15 Tahun 2001 akan ditolak. Demikian juga Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual juga berwenang
menghapus merek terdaftar dari Daftar Umum Merek jika terbukti merek yang digunakan tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftaran, termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengana jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian merek
yang tidak sesuai dengan yang didaftar sesuai Pasal 61 ayat 2 UUM No. 15 Tahun 2001 yaitu tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut dan dalam
perdagangan barang danatau jasa.
110
B. Perlindungan Hukum Secara Represif terhadap Pelanggaran Hak atas
Merek Melalui Gugatan di Pengadilan Niaga
Perlindungan hukum represif adalah perlindungan yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah
terjadi, yaitu berupa pelanggaran atas hak atas merek. Tentunya dengan demikian peranan lebih besar berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak hukum
lainnya untuk melakukan penindakan terhadap pelanggaran merek.
111
110
Ibid, hlm 89-90.
111
Hery Firmansyah, Op. Cit., hlm. 70.
Dalam perlindungan hukum yang sifatnya represif, maka pemberian sanksi yang jelas dan tegas bagi pelaku pelanggaran merek sesuai dengan Undang-
Undang Merek yang berlaku, juga harus dilaksanakan oleh aparat penegak hukum secara konsisten. Konsistensi ini akan memberikan jaminan kepastian hukum
khususnya bagi pemegang hak atas merek dagang terkenal asing di Indonesia.
112
1. Dasar Kewenangan Pengadilan Niaga Mengadili Sengketa Merek
Pengadilan Niaga pada awalnya diperuntukkan untuk mengadili perkara- perkara kepailitan dan PKPU saja. Namun setelah memasuki abad millenium
ruang lingkup Pengadilan Niaga diperluas untuk mengadili perkara-perkara HAM sejalan dengan perubahan undang-undang di bidang Hak Kekayaan Intelektual.
Dengan digantinya UU No. 19 Tahun 1992 jo UU No. 14 Tahun 1997 dengan UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek telah terjadi perubahan bahwa
penyelesaian sengketa merek yang dulunya dibawa ke Pengadilan Negeri, sejak saat itu diadili di Pengadilan Niaga. Untuk kepentingan tersebut, telah dibentuk
Pengadilan Niaga di beberapa tempat di negara kita yaitu Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
113
Sengketa merek ditetapkan dalam UUM No. 15 Tahun 2001 penyelesaiannya melalui Pengadilan Niaga karena mereka tidak dapat dilepaskan
dari masalah perdagangan. Sebagaimana telah diketahui bahwa kegunaan merek hanya diperuntukkan pada barang atau jasa yang diperdagangkan.
Pengadilan Niaga sebagai pengadilan khusus, maka hakim yang mengadili perkara harus khusus pula. Hakimnya telah berpengalaman sebagai hakim di
112
Ibid, hlm. 71.
113
Ibid.
Pengadilan Negeri, mendapat pendidikan khusus serta menguasai pengetahuan di bidang perniagaan termasuk merek.
114
Sengketa merek yang diadili di Pengadilan Niaga ada tiga macam, yaitu berupa gugatan pembatalan pendaftaran merek, gugatan penghapusan pendaftaran
merek yang diajukan pihak ketiga, dan gugatan atas pelanggaran merek. Gugatan atas pembatalan merek berupa gugatan ganti rugi yang disertai dengan gugatan
penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan pelanggaran tersebut.
115
Apabila seorang pemilik merek hendak menyelesaikan sengketa merek ke Pengadilan Niaga maka dasar gugatannya dengan menggunakan Undang-Undang
Merek. Dengan berdasarkan undang-undang tersebut asas lex spesialis derogate lex generalis, peraturan khusus mengesampingkan peraturan umumnya.
Pelanggaran hak atas merek merupakan pelanggaran terhadap suatu peraturan hukum yang dapat digolongkan sebagai perbuatan melanggar hukum. Oleh karena
itu sejalan dengan hal tersebut, pemilik merek harus mengesampingkan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata, dengan mengajukan gugatan berdasarkan undang-
undang merek yang berlaku.
116
UUM No. 15 Tahun 2001 telah mengatur secara khusus hukum acara yang menyangkut gugatan merek ke Pengadilan Niaga. Dengan telah diaturnya hukum
acara tersebut maka hukum acara yang terdapat dalam HIRR.Bg tidak digunakan kecuali jika di dalam undang-undang merek tersebut tidak diatur.
117
114
Ahmadi Miru, Op. Cit, hlm. 52.
115
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 98-99.
116
Ibid, hlm. 99.
117
Ibid.
Selama jangka waktu pengumuman, setiap pihak dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
atas permohonan yang bersangkutan dengan dikenai biaya. Keberatan tersebut dapat diajukan apabila terdapat alasan yang cukup disertai bukti bahwa merek
yang dimohonkan pendaftarannya adalah merek yang berdasarkan Undang- Undang Merek tidak dapat didaftar atau harus ditolak.
118
Dalam hal terdapat keberatan dari pihak tertentu, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari
terhitung sejak tanggal penerimaan keberatan mengirimkan salinan surat yang berisikan keberatan tersebut kepada pemohon atau kuasanya. Pemberian
kesempatan kepada setiap pihak untuk mengajukan keberatan atas permohonan pendaftaran merek, menunjukkan bahwa bukan hanya pemilik merek terdaftar
yang dapat mengajukan keberatan atas suatu permohonan pendaftaran merek, tetapi siapa pun yang berpendapat bahwa merek yang dimohonkan
pendaftarannya tersebut seharusnya ditolak atau tidak dapat didaftarkan sebagai merek.
119
Diberikannya kesempatan kepada kedua pihak masing-masing untuk mengajukan keberatan dan sanggahan, menunjukkan adanya kesimbangan
kesempatan bagi para pihak untuk mengajukan pendapatnya terdapat dapat atau tidaknya merek yang bersangkutan didaftarkan karena keberatan dan sanggahan
118
Hery Firmansyah, Op. Cit, hlm. 71.
119
Ibid.
inilah yang dijadikan pertimbangan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk menentukan didaftar atau tidaknya merek yang bersangkutan.
120
Permohonan banding pada umunya dapat diajukan terhadap penolakan permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-
hal yang bersifat substantif sebagaimana telah dijelaskan mengenai merek yang tidak dapat didaftar dan ditolak pendaftarannya Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 UUM
No. 15 Tahun 2001.
121
120
Ibid.
121
Ibid.
76
BAB IV ASPEK HUKUM KESAMAAN MEREK TERDAFTAR DALAM KELAS