7. Meningkatkan ketahanan pangan rakyat Indonesia dan ketahanan energi
nasional.
Sehingga apabila dicermati, keseluruhan tujuan Pembaharuan agraria nasionalPembaharuan agraria adalah ditujukan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan bangsa.
Salah satu agenda dalam Pembaharuan agraria nasional adalah penguatan hak kepada rakyat. Penguatan hak dapat dilakukan dengan kemudahan untuk
memperoleh sertipikat bagi rakyat melalui program sertipikasi massal PPAN, SMS, Ajudikasi.
C. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional
Pembaharuan Agraria Nasional atau Pembaharuan agraria nasional telah dijelaskan di bagian Penjelasan UUPA pada romawi II angka 7, yang berisi :
“Dalam Pasal 10 ayat 1 dan 2 dirumuskan suatu asas yang pada dewasa ini sedang menjadi dasar daripada perubahan-perubahan dalam struktur pertanahan
hampir di seluruh dunia, yaitu di negara-negara yang telah atau sedang menyelenggarakan apa yang disebut ”Landreform” atau “Agrarianreform”.
Pasca tragedi 1965, praktis wacana Reforma Agraria raib dari perbincangan publik maupun kebijakan pemerintah. Pada era reformasi wacana
reforma agraria berhasil menjadi perdebatan politik di pusat sehingga menghasilkan TAP MPR No.IXMPR2001 tentang Pembaharuan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Tetapi, sampai sekian tahun kemudian, tetap tidak ada tindak lanjut politik dari pemerintah untuk mendorong pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
program Reforma Agraria. Sejak tahun 2006 pelaksanaan Reforma Agraria ini secara tegas dinyatakan sebagai program pemerintah, yaitu ditetapkan sebagai
salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional RI melalui Perpres Nomor 10 Tahun 2006.
Hal di atas juga selaras dengan Pidato Awal Tahun 2007 Presiden Republik Indonesia pada tanggal 31 Januari 2007 yang menyatakan secara tegas
arah kebijakannya mengenai pertanahan dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan yang ada, terlihat dalam pernyataan berikut :
“Program Reforma Agraria ... secara bertahap ... akan dilaksanakan mulai tahun 2007 ini. Langkah itu dilakukan dengan mengalokasikan tanah bagi rakyat
termiskin yang berasal dari hutan konversi dan tanah lain yang menurut hukum pertanahan dibolehkanruntuk kepentingan rakyat. Inilah yang saya sebut sebagai
prinsip tanah untuk keadilan dan Kesejahteraan Rakyat .... yang saya anggap mutlak untuk dilakukan.”
Sesuai penegasan Kepala BPN RI: PPAN bukanlah sekedar proyek bagi- bagi tanah, melainkan suatu program terpadu untuk mewujudkan keadilan sosial
dan peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penataan akses terhadap tanah sebagai basis untuk revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan
19
Dengan demikian adanya kebijakan mengalokasikan lahan seluas 8,15 juta hektar sebagai objek pelaksanaan Reforma Agraria dan dengan adanya kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pertanahan, maka jelas terlihat .
19
Joyo Winoto: “Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono.” Tempo, 10 Desember 2006. Diakses tanggal 1 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
kemauan politik pemerintah untuk melaksanakan Reforma Agraria semakin terlihat kuat.
Sebelum itu, pelaksanaan Reforma Agraria memang juga sudah dinyatakan secara eksplisit dalam buku visi, misi dan program SBY-JK yang
disampaikan sewaktu mencalonkan diri sebagai pasangan Presiden-Wakil Presiden. Dalam buku ini pelaksanaan reforma agraria disebutkan eksplisit
sebanyak dua kali, yakni dalam konteks agenda “perbaikan dan penciptaan kesempatan kerja” dan “revitalisasi pertanian dan aktivitas pedesaan”
Selain peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum, ada beberapa dasar yang menjadi landasan pelaksanaan Program Pembaharuan agraria
nasional, antara lain: a.
Landasan Idil, yaitu Pancasila. b.
Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945 dan Perubahannya. c.
Landasan Politis, yang terdiri dari TAP MPR Nomor IXMPR2001 Tentang : Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam;
Keputusan MPR-RI Nomor 5 Tahun 2003 tentang Penugasan Kepada Pimpinan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan
MPR-RI Tahun 2003; dan Pidato Politik awal Tahun Presiden RI tanggal 31 Januari 2007.
d. Landasan Hukum, diantaranya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958
tentang Penghapusan Tanah-tanah Partikelir Lembaran Negara RI Tahun 1958 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negra RI Nomor 1517; Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan Lembar Negara RI
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4411; Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4725, dan lain sebagainya.
Menurut Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 Pasal 6, arah kebijakan dari Pembaharuan agrarian, antara lain :
20
1. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor demi terwujudnya peraturan perundang-undangan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 ketetapan ini. 2.
Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah landreform yang berkeadilan dengan memperhatikan
kepemilikan tanah untuk rakyat, baik tanah pertanian maupun tanah perkotaan. 3.
Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara
komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform. 4.
Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya agraria yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik dimasa
mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini.
20
Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 Pasal 6
Universitas Sumatera Utara
5. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban
pelaksanaan Pembaharuan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya agraria yang terjadi.
6. Mengupayakan pembiayaan dalam melaksanakan program Pembaharuan
agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumberdaya agraria yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang