Mekanisme Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Simalungun

kaum tani di pedesaan atas pemilikan dan penguasaan tanah yang adil dan mensejahterakan kehidupan mereka. Secara rasional PPAN akan memberikan pengaruh terhadap laju tingkat kesejahteraan masyarakat yang mendapatkannya. Pembaharuan agraria nasional merupakan agenda bangsa yang diharapkan dapat memberikan titik terang untuk terwujudnya keadilan sosial dan tercapainya kesejahteraan masyarakat serta diharapkan dapat membantu masyarakat miskin sebagian besar petani beranjak dari keterpurukan ekonomi menuju kehidupan yang layak dan lebih sejahtera.

C. Mekanisme Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Simalungun

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria sebagai peraturan dasar yang mengatur pokok-pokok keagrariaan dan merupakan landasan Hukum Tanah Nasional tidak memberikan pengertian yang tegas baik mengenai istilah “tanah” maupun istilah “agraria”. 25 25 Ketentuan-ketentuan Pasal 1 ayat 4, 5, dan 6 jo Pasal 2 ayat 1 UUPA dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian Agraria mengandung makna yang luas, yang meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Untuk mengoperasionalkan konsep Pembaharuan agraria, diperlukan prinsip-prinsip yang menjadi landasan dan arahan yang mendasari pelaksanaannya. Prinsip-prinsip itu seyogianya bersifat holistik, komprehensif, dan mampu menampung hal-hal pokok yang menjadi tujuan Pembaharuan agraria. Untuk mengoperasionalkan konsep pembaharuan agraria, diperlukan prinsip-prinsip yang menjadi landasan dan arahan yang mendasari pelaksanaannya. Universitas Sumatera Utara Prinsip-prinsip dasar Pembaharuan agrarian, antara lain: 26 1. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, karena hak atas sumber-sumber agraria merupakan hak ekonomi setiap orang 2. Unifikasi hukum yang mampu mengakomodasi keanekaragaman hukum setempat pluralisme; 3. Keadilan dalam penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria keadilan gender, keadilan dalam satu generasi dan antargenerasi, serta pengakuan kepemilikan masyarakat adat terhadap sumber-sumber agraria yang menjadi ruang hidupnya; 4. Fungsi sosial dan ekologi tanah dan sumber-sumber agraria lainnya; bahwa hak yang dipunyai seseorang menimbulkan kewajiban sosial bagi yang bersangkutan karena haknya dibatasi oleh hak orang lain dan hak masyarakat yang lebih luas; 5. Penyelesaian sengketa pertanahan; 6. Pembagian tanggung jawab kepada daerah berkenaan dengan alokasi dan manajemen sumber-sumber agraria; 7. Transparansi dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan; 8. Landreformrestrukturisasi dalam pemilikan, penguasaan, pemanfaatan sumber 9. Usaha-usaha produksi di lapangan agraria; 10. Pembiayaan program-program Pembaharuan agraria 26 Maria S.W Sumardjono, Transitional Justice atas Hak Sumber Daya Alam”, dalam Komisi Nasional Hak Asasi Manusia: Keadilan dalam Masa Transisi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta: Komnas HAM, 2001, hal.4. Universitas Sumatera Utara Ketentuan Pasal 4 Ketetapan MPR No. IXMPR2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam menetapkan duabelas prinsip Pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam, sebagai berikut: a. Memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; c. Menghormati supremasi hukum dengan mengakomodasikan keanekaragaman dalam unifikasi hukum; d. Menyejahterakan rakyat, terutama melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia; e. Mengembangkan demokrasi, kepatuhan hukum, transparansi, dan optimalisasi partisipasi rakyat; f. Mewujudkan keadilan termasuk kesetaraan gender dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, pernanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya agrariasumber daya alam; g. Memelihara keberlanjutan yang dapat memberi manfaat yang optimal, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan tetap memperhatikan daya tampung dan, daya dukung lingkungan; h. Melaksanakan fungsi sosial, kelestarian, dan fungsi ekologis sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat; i. Meningkatkan keterpaduan dan koordinasi antar sektor pembangunan dan antardaerah dalam pelaksanaan Pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam; Universitas Sumatera Utara j. Mengakui, menghormati, dan melindungi hak masyarakat hukum adat dan keragaman budaya bangsa atas sumber daya agrariasumber daya alam; k. Mengupayakan keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah pusat, daerah provinsi, Kabupatenkota dan desa atau yang setingkat, masyarakat dan individu; l. Melaksanakan desentralisasi berupa pembagian kewenangan di tingkat nasional, daerah provinsi, Kabupatenkota, dan desa atau yang setingkat, berkaitan dengan alokasi dan pengelolaan sumber daya agrariasumber daya alam. Dimuatnya keduabelas prinsip Pembaharuan agraria tersebut dalam Ketetapan MPR mengharuskan prinsip-prinsip itu dijadikan acuan dalam penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan agraria dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini membawa konsekuensi terhadap perlunya upaya pengkajian ulang dan harmonisasi terhadap berbagai peraturan perundang- undangan sektoral, yaitu melakukan upaya pencabutan, penggantian, atau penyempurnaan undang-undang sektoral di bidang keagrariaan. 27 Dalam kaitannya dengan perundang-undangan di bidang agraria, khususnya dalam hal penyusunan RUU Penyempurnaan UUPA, maka seyogianya undangundang itu mengacu pada prinsip-prinsip 28 : 27 Maria S.W Sumardjono, Penyempurnaan UUPA dan Sinkronisasi Kebijakan, Surat Kabar harian Kompas, Jakarta, 24 September 2001, hal. 2. 28 Maria S.W Sumardjono, Menggagas ulang Penyempurnaan UUPA sebagai Pelaksanaan TAP MPR-RI NO. IXMPR2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Yogyakarta, 21 September. Universitas Sumatera Utara a. Prinsip kebangsaan; b. Hubungan hukum antara negara, pemerintah, masyarakat, dan individu dalam kaitannya dengan sumber daya agraria; c. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, baik dalam dimensi global, dimensi nasional, maupun dimensi regional; d. Prinsip landreform; e. Prinsip perencanaan dalam penggunaan tanah; f. Akomodasi hukum adat pluralisme dalam unifikasi hukum; g. Fungsi sosial dan fungsi ekologis atas sumber daya agraria; h. Prinsip keadilan, baik keadilan antargenerasi maupun keadilan gender dalam perolehan dan pemanfaatan sumber daya agraria; i. Pemberlakuan prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan sumber daya agraria. Dimuatnya keduabelas prinsip Pembaharuan agraria tersebut dalam Ketetapan MPR mengharuskan prinsip-prinsip itu dijadikan acuan dalam penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan agraria dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini membawa konsekuensi terhadap perlunya upaya pengkajian ulang dan harmonisasi terhadap berbagai peraturan perundang- undangan sektoral, yaitu melakukan upaya pencabutan, penggantian, atau penyempurnaan undang-undang sektoral di bidang keagrariaan. Universitas Sumatera Utara Dalam kaitannya dengan perundang-undangan di bidang agraria, khususnya dalam hal penyusunan RUU Penyempurnaan UUPA, maka seyogianya undang-undang itu mengacu pada prinsip-prinsip 29 a. Prinsip kebangsaan; : b. Hubungan hukum antara negara, pemerintah, masyarakat, dan individu dalam kaitannya dengan sumber daya agraria; c. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat, baik dalam dimensi global, dimensi nasional, maupun dimensi regional; d. Prinsip landreform; e. Prinsip perencanaan dalam penggunaan tanah; f. Akomodasi hukum adat pluralisme dalam unifikasi hukum; g. Fungsi sosial dan fungsi ekologis atas sumber daya agraria; h. Prinsip keadilan, baik keadilan antargenerasi maupun keadilan gender dalam perolehan dan pemanfaatan sumber daya agraria; i. Pemberlakuan prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan sumber daya agraria. Prinsip-prinsip di atas merupakan reorientasi atas prinsip-prinsip yang terdapat dalam UUPA selama ini, dan diselaraskan dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Tap MPR tentang Pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam. Dengan mengacu pada falsafah bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus dipergunakan untuk sebesar-besar 29 Maria S.W Sumardjono, Penyempurnaan UUPA dan Sinkronisasi Kebijakan, Surat Kabar harian Kompas, Jakarta, 24 September 2001, hal. 2. Universitas Sumatera Utara kemakmuran rakyat, maka sinergi yang baik antara prinsip-prinsip UUPA yang ada selama ini dengan prinsip-prinsip Pembaharuan agraria, diharapkan dapat mencapai tujuan penyempurnaan UUPA, yaitu keadilan, efisiensi, serta pelestarian lingkungan dan pola penggunaan tanah yang berkelanjutan. Atas dasar prinsip-prinsip Pembaharuan agraria di atas, maka Pasal 5 Tap MPR No. IXMPR2001 menetapkan arah kebijakan Pembaharuan agraria sebagai berikut. a. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan antarsektor demi terwujudnya peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam; b. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip Pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam; c. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah landreform yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat; d. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform; Universitas Sumatera Utara e. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban pelaksanaan Pembaharuan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik sumber daya agraria yang terjadi; f. Mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam melaksanakan program Pembaharuan agraria dan penyelesaian konflik- konflik sumber daya agraria yang terjadi. Selanjutnya, menurut Maria S.W. Sumardjono 30 apabila arah kebijakan pembangunan dipandang sebagai raga, maka prinsip-prinsip Pembaharuan agraria perlu diakomodasi sebagai landasan yang akan berfungsi sebagai jiwa yang akan menjadi dasar untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang berlandaskan pada konsep Pembaharuan agraria harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut 31 a. Cara pandang dan tindakan berkenaan dengan tanah. Tanah tidak boleh diperlakukan secara eksklusif, tetapi harus dilihat sebagai satu subsistem dari keseluruhan sistem berkenaan dengan penguasaanpemanfaatan sumber daya agrariasumber daya alam dan dikelola sesuai dengan prinsip- prinsip Pembaharuan agraria tersebut di atas. Dengan demikian, dapat dihindarkan tumpang tindih dan inkonsistensi antar peraturan perundang- undangan sektoral. Pembaharuan agraria memerlukan reformasi di bidang hukum yang terkait dengan sumber daya agrariasumber daya alam. : . 30 Maria S.W Sumardjono, Arti Strategis Pembaruan Agraria, sebagai landasan pembangunan, makalah pada seminar dan lokakarya nasional Pengelolaan SDA berkelanjutan yang ramah lingkungan dan Pembaruan Agraria untuk keadilan dan kemakmuran rakyat, Bandung: ITB-UNPAD, 2001, 14-16 September, hal.9. 31 Ibid, hal.9-10. Universitas Sumatera Utara b. Di masa yang akan datang kesempatan untuk menggantungkan hidup dari sumber-sumber pertanian akan semakin berkurang, maka untuk mendukung Pembaharuan agraria, pelaksanaan program Pembaharuan agraria perlu dilengkapi dengan penciptaan sumber pendapatan dan peluang kerja, di samping program pendukung lainnya. c. Berbagai konflik untuk memperebutkan sumber daya alam antarberbagai kelompok kepentingan akan semakin meningkat, baik dalam skala lokal maupun regional. Perlu diupayakan cara-cara penanggulangannya. d. Dengan semangat otonomi, perlu meningkatkan tanggung jawab daerah dalam merancang bersama alokasi dan penatagunaan tanah. e. Untuk mendorong pelaksanaan Pembaharuan agraria, diperlukan keberadaan suatu lembaga yang berkomitmen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaannya, dengan dukungan pembiayaan yang memadai. f. Pendekatan, sikap, dan perlakukan terhadap hukum adat dan masyarakat hukum adat. Perlu pendekatan baru dalam menyikapi hukum adat pada saat kini dengan memperhatikan kecenderungan global, nasional, dan lokal dalam upaya mengakomodasi prinsip-prinsip hukum adat ke dalam tatanan hukum positif. Hak masyarakat hukum adat atas tanah milik bersama, hak cipta serta hak-hak lain yang terkait dengan pengetahuan tradisional masyarakat hukum adat yang bersangkutan, harus dihormati dan dilindungi oleh hukum positif. Universitas Sumatera Utara Pada intinya, keduabelas prinsip Pembaharuan agraria yang terdapat dalam Tap MPR No. IXMPR2001 itu, jika diringkas akan berpangkal pada tiga prinsip utama 32 a. Prinsip demokratis, dalam dimensi kesetaraan antara pemerintah dengan rakyat, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan pemerintahan yang bersih good governance dalam penguasaan dan pemanfaatan sumber daya agraria; : b. Prinsip keadilan, dalam dimensi filosofis baik keadilan intergenerasi maupun keadilan antargenerasi dalam upaya mengakses sumber daya agraria; c. Prinsip keberlanjutan, dalam dimensi kelestarian fungsi dan manfaat yang berdaya guna dan berhasil guna. Ketiga prinsip utama sebagai rangkuman dari dua belas prinsip Pembaharuan agraria di atas, saling terkait, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Manakala berbicara prinsip demokrasi, maka terkandung di dalamnya makna prinsip keadilan. Manakala berbicara prinsip keadilan, terkandung di dalamnya makna prinsip keberlanjutan. Pemahaman normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara ideal hendak dilakukan oleh suatu negara. Sementara itu, dalam pemahaman empiris procedural democracy, merupakan demokrasi dalam perwujudannya dalam kehidupan politik praktis. Keadilan adalah ukuran yang dipakai dalam memperlakukan objek manusia di luar diri seseorang. Ukuran tersebut tidak 32 Maria S.W Sumardjono, Transisional, Op Cit, hal. 7. Universitas Sumatera Utara dapat dilepaskan dari arti yang diberikan pada manusia. 33 Sementara itu, memahami keberlanjutan dalam kaitannya dengan lingkungan alam akan selalu berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Dalam hal ini ada syarat keharusan necessary condition bagi keberlanjutan ekonomi yang harus dipenuhi, yaitu bahwa lingkungan alam tempat perekonomian itu berkembang harus dijaga agar terus menerus memberikan manfaatnya. 34 Berbicara mengenai demokrasi berarti berbicara mengenai kemerdekaan dan kesetaraan, karena kemerdekaan dan kesetaraan adalah prinsip dasar demokrasi. Kemerdekaan berarti bebas dari hegemoni politik dan ketergantungan ekonomi. Kesetaraan berarti bebas dari diskriminasi atas kesetaraan hak dan peluang, artinya demokrasi bertujuan untuk menegakkan keadilan, yang bermakna diakhirinya segala bentuk diskriminasi terhadap manusia dan alam semesta. Menurut H.S. Dillon dengan kegiatan perekonomian yang berkelanjutan dan dilakukan dengan mengacu pada norma- norma yang demokratis, maka keadilan dalam kegiatan ekonomi pun dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. 35 33 Satjipto Rahardjo, Op Cit, hal.165. 34 Azis Khan, Pengelolaan Sumber Daya Alam: Ruang Kompromi dan Harmonisasi Kepentingan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan: dalam Harijadi Kartidihardjo. dkk., Dibawah satu Payung Pengelolaan Sumber Daya Alam, Jakarta: Suara Bebas, cet.I edisi revisi, 2005, hal. 83. 35 H.S. Dillon, Pembaruan Agraria sebagai alat demokrasi HAM, keadilan di Indonesia, makalah pada semiloka Pelaksanaan Pembaruan Agraria dan pengelolaan SDA yang adil dan berkelanjutan, Bandung, 2001, hal. 4. 14-16 September, 2001 Dalam hal ini pengertian demokrasi bukan lagi sekadar berbicara mengenai format demokrasi politik formal, mencakup format demokrasi ekonomi untuk peningkatan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia. Jika diletakkan dalam konteks kehidupan bernegara, maka hal ini berarti Universitas Sumatera Utara membebaskan rakyat dari keterbelengguan, dan menuju penguatan otonomi rakyat di segala bidang ekonomi, politik, sosial-budaya, dan sebagainya. 36 Atas dasar kedua ketentuan dalam kedua buah konvenan di atas, maka dalam kaitannya dengan aspek hak-hak penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan sumber daya agraria lainnya, pelaksanaan pengakuan, Dalam konteks permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini, maka demokrasi harus dapat mengakhiri danatau mengoreksi ketidakadilan struktural dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan sumber daya agraria lainnya yang terjadi sebagai warisan pemerintahan orde baru dan hingga kini masih kerap terjadi. Dari sisi hak asasi manusia, hal di atas merupakan bentuk pelanggaran massal atas hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya terbesar bagi rakyat Indonesia yang termarjinalkan oleh peraturan perundang-undangan dan kebijakan negara di bidang tanah dan sumber daya agrariaalam. Baik dalam article 25 dari international Convenant on Economic, Social and Cultural Rights yang telah diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005, maupun dalam article 47 dari International Convenant on Civil and Political Rights yang telah diratifikasi dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005, sama-sama menegaskan bahwa: Nothing in the present convenant shall be interpreted as impairing the inherent rights of all peoples to enjoy and utilize fully and freely their natural wealth and resources. 36 Ibid. Universitas Sumatera Utara penghormatan, dan perlindungan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya tersebut tidak boleh ditafsirkan sebagai mengurangi hak-hak yang melekat pada seluruh masyarakat untuk menikmati secara penuh dan bebas atas kekayaan dan sumber daya alam mereka atas dasar kondisi di atas, tidak mungkin membangun demokrasi dan keadilan tanpa upaya Pembaharuan agraria sehingga Pembaharuan agraria merupakan suatu keniscayaan bagi negara yang sedang membangun seperti Indonesia, bahkan bagi negara yang meskipun pemerintahnya mempraktikkan paradigma modernisasi. 37 Dalam hal prinsip demokratisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan sumber daya agraria lainnya, hal tersebut ditentukan oleh sejauh mana peran serta masyarakat dapat tumbuh dan berkembang secara adil. Dalam hal ini peran serta masyarakat harus ditafsirkan sebagai hak dasar dari rakyat untuk terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam proses perumusan kebijakan. Keterlibatan itu dapat dimulai sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pengawasan. Pemahaman demokrasi tidak dapat disederhanakan hanya sebagai mekanisme pengambilan kebijakan saja, lebih dari itu Jika dipahami bahwa Pembaharuan agraria merupakan suatu upaya merestrukturisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan sumber daya agraria lainnya, maka ketiga prinsip utama di atas harus menjadi landasan segala upaya restrukturisasi. 38 37 Gunawan Wiradi, Reformasi Agraria: Perjalanan yang belum berakhir, Insist Press, KPA dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal.4. 38 Tim Lapera, Otonomi Pemberian Negara: Kajian Kritis Atas Kebijakan Otonomi Daerah, Lapera Pustaka Umum, Yogyakarta, 2001, hal.47. . Universitas Sumatera Utara a. Demokrasi itu berkaitan dengan input atau sumber-sumber aspirasi, gagasan, dan potensi. Dari mana aspirasi digali, siapa yang mengontrol sumber daya yang ada yang akan menjadi input proses pembangunan. b. Demokrasi itu berkaitan dengan proses, yakni tentang bagaimana pengambilan keputusan dilakukan, siapa yang terlibat dan bagaimana proses tersebut dijalankan. c. Demokrasi juga berkaitan dengan output, artinya bagaimana output dari suatu proses didistribusikan. Siapa yang paling mempunyai akses untuk mengontrol distribusi. Ketiga pemahaman demokrasi di atas merupakan segi-segi dasar dari proses demokrasi itu sendiri, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan ketiga pemahaman demokrasi tersebut, dapat dilihat misalnya, apakah pemerintah dalam menjalankan kekuasaannya sudah mencerminkan keadilan, atau bagaimana pola hubungan antara penguasa dengan rakyat dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan sumber daya agraria. Demokratisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, serta pemanfaatan tanah dan sumber daya agraria tidak mungkin dilaksanakan jika hak-hak masyarakat terutama masyarakat hukum adat dan lokal yang selama ini tertindas, tidak diupayakan untuk dipulihkan. Akses masyarakat terhadap sumber daya agraria harus dibuka lebar untuk mewujudkan keadilan agraria sebagai kata kunci Pembaharuan agraria. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan pensertipikatan tanah melalui PPAN dengan syarat-syarat permohonan sebagai berikut : 39 1. Permohonan konversi pengakuan hak 2. Kutipan fotokopi C desa yang bersangkutan 3. Bukti pemilikan perolehan hak atas tanah yang bersangkutan 4. Keterangan Lurah tentang riwayat kepemilikan tanah dan tidak sengketa 5. Pernyataan diri dari pemohon 6. Identitas pemohon KTP atau KK 7. Bukti pelunasan pembayaran SPPT 8. Keterangan ahli waris apabila pemohon adalah ahli waris Tahapan pelaksanaan PPAN yang harus dilalui di Kabupaten Simalungun dapat diuraikan sebagai berikut : 40 1. Penetapan lokasi Lokasi yang ditetapkan sebagai pelaksanaan PPAN di Kabupaten Simalungun diarahkan pada kelurahandesa yang memenuhi kriteria, antara lain: a. Kondisi wilayah : 1 desa miskintertinggal; 2 daerah pertanian subur atau berkembang; 3 daerah penyangga kota, pinggiran kota atau daerah miskin kota; 4 daerah pengembangan ekonomi rakyat; 39 Hasil wawancara dengan Partomuan Tambunan, selaku Kepala Seksi Pengaturan, Penguasaan Tanah, Koordinator Program Pembaharuan Agraria Nasional Kabupaten Simalungun, tanggal 1 September 2016. 40 Ibid Universitas Sumatera Utara 5 daerah permukiman padat penduduk serta mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan; 6 daerah diluar sekeliling transmigrasi; 7 daerah penyangga daerah Taman Nasional; 8 daerah permukiman baru yang terkena pengembangan prasarana umum atau relokasi akibat bencana alam. b. Sarana dan prasarana yang ada Berdasarkan kondisi daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana, lokasi kegiatan PPAN di Kabupaten Simalungun ditetapkan atas seluruh atau sebagian bidang tanah di dalam lokasi kelurahandesa, baik yang merupakan tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 2.000 m2, dan tanah pertanian dengan luas sampai 5 Ha, yang dimiliki oleh masyarakat golongan ekonomi lemah sampai menengah, meliputi : tanah bekas milik ulayat yang dimilikidikuasai oleh perorangan yang lokasi tanahnya berada dalam lokasi yang telah ditetapkan. Mekanisme penetapan lokasi PPAN di Kabupaten Simalungun dilaksanakan pada tanggal 1 Juni sampai dengan 19 Juni tahun 2014, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Kepala Kantor Pertanahan mengusulkan Kecamatan calon lokasi PPAN kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi b. Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi menerbitkan Surat Keputusan Kecamatan Lokasi PPAN, dan menyampaikan surat keputusan tersebut kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan tembusan kepada Kepala BPN- Universitas Sumatera Utara RI c.q. Sekretaris Utama dan Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. c. Kepala Kantor Pertanahan menetapkan lokasi kelurahandesa di dalam wilayah kecamatan lokasi PPAN sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi dengan menerbitkan Surat Keputusan. Pelaksanaan PPAN di Kabupaten Simalungun tahun anggaran 2015 dilaksanakan sebanyak 875 bidang dari 2.800 target sertipikat yang tersebar di 10 Kecamatan yaitu : Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Dolok Panribuan, Kecamatan Panei, Kecamatan Jorlang Hataran, Kecamatan Raya dan Kecamatan Dolok Silau. Mekanisme penetapan calon pesertasubjek PPAN dilaksanakan pada bulan Mei adalah sebagai berikut : a. Kepala DesaLurah yang diketahui Camat mengusulkan calon Peserta PPAN sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, kepada Kepala Kantor Pertanahan. b. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kota memeriksa dan mengkaji usulan tersebut. c. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kota menerbitkan Surat Keputusan tentang calon peserta PPAN dengan memperhatikan usulan Kepala Desa Lurah yang diketahui Camat. Universitas Sumatera Utara 2. Penyuluhan Sebelum pelaksanaan kegiatan pengumpulan data yuridis dan fisik, diadakan penyuluhan untuk memberikan penjelasan program, tujuan serta manfaat, persyaratan permohonan hak, objek dan subjek kegiatan PPAN, hak dan kewajiban peserta PPAN sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Penyuluhan bertujuan untuk memberitahukan kepada pemilik tanah atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan bahwa di kelurahandesa tersebut akan diselenggarakan kegiatan PPAN. Diharapkan dengan adanya penyuluhan tersebut dapat meningkatkan partisipasi, antusiasme dan kepedulian masyarakat khususnya pemilik tanah untuk ikut serta sebagai peserta PPAN, dan membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelaksana penyuluhan adalah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kota bertanggungjawab atas terselenggaranya penyuluhan sedangkan pelaksanaan dapat dibantu oleh suatu Tim Penyuluh Tim Customer Relation Services yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kota lokasi PPAN. Kegiatan penyuluhan dapat dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat aparat pemerintah desa kelurahan sampai masyarakat pemilik tanah. Maksud penyuluhan kepada aparat tersebut untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kegiatan PPAN dan manfaatnya. Setelah itu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan bantuan aparat kelurahandesa. Tahap awal melakukan penyuluhan kepada pemuka masyarakat, lurah kepala desa, ketua LKMDK, ketua LMDK, ketua lingkungan, ketua RW dan ketua RT atau pemimpin Universitas Sumatera Utara informal tokoh masyarakat, pemuka agama, dan ketua organisasi sosial lainnya dan calon peserta PPAN yang dilaksanakan di Pendopo kecamatan masing- masing. Tahap Kedua melakukan penyuluhan kepada kelompok masyarakat pemilik tanah atau peserta PPAN yang dilaksanakan di balai desa masing-masing. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara langsung melalui ceramah dan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. 3. Pengukuran dan Pemetaan Kegiatan pengukuran dan pemetaan dalam pelaksanaan PPAN meliputi : a. Pemasangan KDKN Orde 3 Kerangka Dasar Kadastral Nasional yaitu titik pengikat dalam sistem pengukuran sebagai dasar pembuatan kerangka pemasangan patok. Dalam bidang Pendaftaran Tanah, titik dasar teknik yang didefinisikan sebagai titik tetap yang memiliki koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu. b. Pengukuran bidang 1 Penetapan batas bidang tanah Sebelum dilaksanakan pengukuran atas suatu bidang tanah, pemegang hak atas tanah harus memasang tanda batas pada titik-titik sudut batas serta harus ada penetapan batasnya terlebih dahulu. Satuan tugas fisik adalah petugas ukur yang bekerja atas nama Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota. Penetapan batas tanah dibedakan atas Tanah Hak dan Tanah Negara. Universitas Sumatera Utara 2 Penetapan batas tanah hak a. Prinsip dasar penunjukan batas-batas bidang tanah dan pemasangan tanda batasnya dilakukan oleh pemegang hak atas tanah atau kuasanya, dan berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atas tanah atau kuasanya, dan berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atas tanah atau kuasanya dari bidang tanah yang berbatasan. b. Berdasarkan penunjukan batas sebagaimana dijelaskan di atas, Satuan Tugas Fisik menetapkan batas tersebut yang dituangkan dalam DI.201. 3 Dalam hal pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak hadir dalam waktu yang ditentukan, Satuan Tugas Fisik berdasarkan penunjukan pemegang hak atas tanah menetapkan batas sementara dan dicatat dalam DI. 201 ruang I.3. ruang sketsa bidang tanah dan pada Gambar Ukurnya. 4 Dalam hal pemegang hak atas tanah dan pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak bersedia menunjukkan batas atau tidak hadir pada waktu yang telah ditentukan, penetapan batas sementara dilakukan oleh Satuan Tugas Fisik berdasarkan batas fisik yang kelihatan, misalnya pagar, pematang dan lain-lain serta penetapan batas sementara tersebut dicatat pada DI. 201 ruang I.3. ruang sketsa bidang tanah serta Gambar Ukurnya. Universitas Sumatera Utara c. Tanda batas Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan apabila dianggap perlu oleh petugas yang melaksanakan pengukuran juga pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut. Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas. d. Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan letak geografis, bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah untuk lampiran sertipikat, pembuatan peta pendaftaran dan terutama untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai unsur pengembalian batas-batas apabila karena sesuatu hal batas-batas bidang tanah tersebut hilang. 1 Pengukuran bidang tanah Pengukuran bidang tanah hanya dilakukan pada bidang tanah yang telah dilakukan pemasangan tanda batas yang dipasang oleh pemilik tanah. Bidang tanah yang belum dipasang tanda batasnya belum boleh dilakukan pengukuran. Penunjukan batas bidang tanah dan pemasangan tanda batasnya dilakukan oleh pemilik tanah atau kuasanya berdasarkan kesepakatan para pihak yang berbatasan. Pemilik tanah wajib bertanggung jawab atas kebenaran penunjukkan batas bidang tanah dan pemasangan tanda batasnya. Universitas Sumatera Utara Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah. Apabila dianggap perlu petugas yang melaksanakan pengukuran juga dapat memasang titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut. Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas. 2 Pembuatan Gambar Ukur DI. 107 a. Gambar Ukur DI. 107 pada prinsipnya adalah dokumen yang memuat data hasil pengukuran bidang tanah yang berupa jarak, sudut, azimuth, nilai koordinat maupun gambar bidang tanah dan situasi sekitarnya. Selain data-data tersebut di atas juga dicantumkan keterangan-keterangan lain yang mendukung untuk memudahkan dalam penatausahaan gambar ukur. Catatan-catatan pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data rekonstruksi batas bidang tanah apabila karena sesuatu hal titik-titik batas yang ada di lapangan hilang. Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu bidang tanah saja, tetapi dapat sekaligus beberapa bidang tanah dalam satu formulir gambar ukur. b. Batas-batas bidang tanah harus dipetakan digambarkan pada gambar ukur. Universitas Sumatera Utara 3 Pemetaan bidang-bidang tanah Pemetaan bidang tanah merupakan proses ploting hasil pengukuran. Proses pemetaan bidang tanah dilakukan secara digital menggunakan Software Pengukuran dan Pemetaan yang telah ditetapkan. 4 Pembuatan peta pendaftaran Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah. Pembuatan Peta Pendaftaran dilakukan secara digital dengan menggunakan software pengukuran dan pemetaan yang telah ditetapkan. 5 Pembuatan Surat Ukur DI. 207 Surat ukur yang dimaksud menyajikan informasi tekstual tentang lokasi bidang tanah dan informasi grafis tentang bidang tanah tersebut. Surat Ukur dibuat 2 dua ekslempar. 6 Pembuatan Daftar Tanah DI. 203 a Semua bidang tanah , baik yang dikuasai oleh perorangan, badan hukum maupun pemerintah dengan sesuatu hak, yang terletak di desa kelurahan yang bersangkutan harus dibukukan dalam Daftar Tanah. b Daftar Tanah dibuat per desa kelurahan c Daftar Tanah dibuat dengan menggunakan Daftar Isian 203. g Pembuatan Daftar Surat Ukur DI. 311 B 1 Setiap Surat Ukur yang telah diterbitkan dicatat dalam Daftar Surat Ukur DI. 311 B dan dijilid dalam bentuk buku. Universitas Sumatera Utara 2 Daftar Surat Ukur memuat data mengenai nomor Surat Ukur, tanggal penerbitan, luas bidang, NIB, nomor Peta Pendaftaran dan nomor kotaknya, letak tanah dan nomor gambar ukur serta keterangan. 3. Pengumpulan data yuridis Pengumpulan data yuridis dilakukan oleh Satuan Tugas Yuridis yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun. a. Mekanisme Pengumpulan Data 1 Persiapan perencanaan, koordinasi dengan Pemerintah KelurahanDesa 2 Petugas di Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun : a Menerima permohonan hak yang dilampiri atas hak berupa : surat- surat tanah, bukti-bukti perolehan tanah, maupun ijin rekomendasi berkaitan dengan tanahnya. b Meneliti kelengkapan berkas permohonan. c Mencatat dalam register permohonan apabila berkas permohonan telah lengkap d Membuat bukti penerimaan berkas dan diserahkan kepada pemohon. e Meneruskan berkas permohonan untuk keperluan Pemeriksaan Tanah oleh SATGAS yuridis. 3 Pemeriksaan tanah Pemeriksaan tanah dilakukan oleh SATGAS yuridis, dengan mempelajari data administrasi untuk dicocokkan dengan keadaan fisik Universitas Sumatera Utara tanah di lapangan dan adanya hubungan hukum antara pemohon dengan tanah yang dimohon. SATGAS yuridis melakukan verifikasi data melalui konfirmasi dengan perangkat desakelurahan, investigasi melalui tetangga batas atau orang lain yang dapat memberikan keterangan dan atau verifikasi melalui bukti-bukti pemilikanpenguasaan tanah. Hasil pemeriksaan tanah dituangkan dalam bentuk risalah Pemeriksaan Tanah secara kolektif dalam satu DesaKelurahan. 4. Pengumuman Pengumuman dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan atau sanggahan terhadap data fisik dan data yuridis dalam rangka penetapan hak atas nama pemohonpeserta PPAN dan jangka waktu untuk mengajukan keberatansanggahan adalah 60 enam puluh hari. Pengumuman meliputi peta bidang tanah dengan daftar luas masing-masing bidang dan data kepemilikan tanah. Pengumuman tersebut ditempel di Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun, Kantor Kecamatan Dolok Pardamean. Kecamatan Dolok Silau Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Bandar, Kecamatan Perdagangan. 5. Penetapan hak Berkas permohonan yang telah dilengkapi dengan surat ukur dan daftar permohonan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan. Kepala Kantor Pertanahan melakukan konversi langsung bagi tanah milik adat yang surat- Universitas Sumatera Utara surat bukti lengkap dan memenuhi persyaratan dan atau menerbitkan Surat Keputusan Pengakuan Hak bagi tanah milik adat yang surat-surat buktinya tidak ada, tidak lengkap atau meragukan. 6. Pembukuan hak Permohonan pendaftaran hak dicatat dalam daftar permohonan pendaftaran tanah. Sebelum dilakukan pendaftaran hak, pemohon diwajibkan menyerahkan bukti pelunasan BPHTB dan PPh bagi yang terkena, kemudian hak-hak yang sudah didaftarkan selanjutnya dibukukan dalam Buku Tanah. Kegiatan pembukuan hak ini diperiksa oleh Kepala Sub Seksi Pendaftaran Hak. 7. Penerbitan sertipikat Kepala Kantor Pertanahan dalam rangka pembuatan sertipikat membuatkan salinan surat ukur dan menandatangani sertipikat yang bersangkutan. Dalam hal Kepala Kantor Pertanahan berhalangan, kewenangan penandatanganan sertipikat dilimpahkan kepada Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah dengan surat pelimpahan kewenangan. Penerbitan sertipikat diperiksa oleh Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah. Sertipikat PPAN ini ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun. 8. Penyerahan Sertipikat Penyerahan sertipikat PPAN, untuk seluruh kecamatan yang melaksanakan PPAN dilaksanakan di pendopo Kecamatan Randudongkal pada tanggal 24 September 2007 oleh Kepala Kantor Pertanahan dengan berkoordinasi dengan Universitas Sumatera Utara pemerintah desakelurahan. Sertipikat diserahkan kepada pemegang hak atau kuasanya. Penyerahan sertipikat PPAN disaksikan oleh pemerintah desakelurahan dituangkan dalam berita acara serah terima sertipikat. Universitas Sumatera Utara BAB IV KENDALA PELAKSANAAN PROGRAM PROYEK PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL DI KABUPATEN SIMALUNGUN

A. Kendala dalam Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di