BAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN
AGRARIA NASIONAL
A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional
Setelah pergulatan selama 12 tahun, melalui prakarsa Menteri Pertanian Soenaryo, kerjasama Departemen Agraria, Panitia Ad Hoc DPR, dan Universitas
Gadjah Mada membuahkan rancangan UU agraria. RUU tersebut disetujui DPR pada 24 September 1960 sebagai UU No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria atau dikenal dengan Undang-Undang Pembaharuan Agraria UUPA. UU Pokok Agraria menjadi titik awal dari kelahiran hukum pertanahan
yang baru mengganti produk hukum agraria kolonial. Prinsip UUPA adalah menempatkan tanah untuk kesejahteraan rakyat. UUPA mengatur pembatasan
penguasaan tanah, kesempatan sama bagi setiap warga negara untuk memperoleh hak atas tanah, pengakuan hukum adat, serta warga negara asing tak punya hak
milik. Tanggal ditetapkannya UUPA, yakni 24 September, kemudian diperingati sebagai “Hari Tani”.
14
Pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah diarahkan pada penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Hal ini merupakan
landasan yang kokoh untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan untuk mewujudkan keadilan sosial. Prinsip keadilan sosial masyarakat
dikembangkan melalui proses pemenuhan hak-hak dasar masyarakat sebagaimana dijamin oleh konstitusi. Hampir semua hak-hak dasar masyarakat berkaitan
14
http:dema.faperta.ugm.ac.idtagreforma-agrariadiakses tanggal 1 Agustus 2016. 16
Universitas Sumatera Utara
secara langsung atau tidak langsung dengan tanah dan pertanahan. Hak-hak dasar masyarakat dipenuhi dengan pembukaan akses masyarakat yang lebih besar
terhadap tanah dan akses terhadap sumber ekonomi lainnya sebagai sumber kesejahteraan melalui Program Pembaharuan Agraria.
Pasca ditetapkannya Tap. MPR No. IX2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, diskursus dan aksi politik yang berelasi
dengan isu Pembaharuan agraria semakin mendapat tempat dalam panggung politik Indonesia. Tapi, kecenderungan ini bukanlah gejala Indonesia semata.
Karena, sebenarnya hampir di semua tempat di berbagai belahan dunia yang tengah mengalami proses integrasi kedalam rezim pasar bebas yang intensif,
keadaan yang demikian ini selalu terjadi. Jadi, bisa dikatakan, ini adalah sebuah gejala internasional. Jika merunut lebih kebelakang, sejak tahun 1975, Bank
Dunia sebenarnya telah mengeluarkan sebuah dokumen penting yang berjudul Land Reform Policy Paper LRPP. Dalam dokumen tersebut, Bank Dunia
mengakui bahwa program Land Reform adalah sebuah jalan yang penting dalam menggerakkan perekenomian nasional sebuah negara dan dapat mendorong lebih
cepat pertumbuhan ekonomi pedesaan.
15
Program Pembaharuan Agraria, yang dalam implementasinya dituangkan dalam PPAN, merupakan strategi untuk mengurangi ketimpangan pemanfaatan,
penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah dan mengentaskan kemiskinan. Di samping itu, juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja dan
menciptakan ketahanan pangan terutama di perdesaan. Dari pengalaman negara-
15
http:adisuara.blogspot.co.id200705melihat-peluang-ppan.html diakses tanggal 1 Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
negara yang pernah melaksanakannya, program ini merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kesejahteraan di perdesaan serta untuk menyelesaikan
konflik pertanahan. Saat ini, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 39,05 juta jiwa
17,75, yang sebagian besar tersebar di pedesaan. Penduduk miskin ini sekitar 90 adalah pekerja. Selanjutnya, penduduk miskin ini paling banyak terdapat di
sektor pertanian 56,07, yang terutama disebabkan oleh minim atau tiadanya akses mereka kepada faktor-faktor produksi, termasuk tanah. Hal ini terlihat dari
jumlah petani gurem penguasaan tanah kurang dari 0,5 hektar yang mencapai 56,5 dari jumlah petani.
Landasan PPAN adalah Ketetapan MPR-RI Nomor IXMPR2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, yang mengamanatkan
kepada pemerintah antara lain melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah landreform yang berkeadilan
dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat, serta menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumberdaya alam yang timbul selama ini
sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum.
Selanjutnya, Keputusan MPR-RI Nomor 5MPR-RI2003 tentang Penugasan kepada Pimpinan MPR-RI untuk menyampaikan Saran atas
Pelaksanaan Putusan MPR-RI oleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2003, memerintahkan kepada Presiden dan DPR untuk
melaksanakan Pembaharuan Agraria, antara lain menyelesaikan berbagai konflik
Universitas Sumatera Utara
dan permasalahan di bidang agraria secara proporsional dan adil, mulai dari permasalahan hukumnya sampai dengan implementasi di lapangan, menyusun
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Pembaharuan agraria, dan mempermudah pemberian akses tanah terhadap masyarakat kecil, khususnya
petani. Presiden Republik Indonesia dalam pidato politik awal Tahun 2007 pada
tanggal 31 Januari 2007 menyatakan secara tegas arah kebijakannya mengenai pertanahan, sebagaimana terlihat dari pernyataannya sebagai berikut:
Program Pembaharuan agraria nasional … secara bertahap … akan dilaksanakan mulai tahun 2007 ini. Langkah itu dilakukan dengan
mengalokasikan tanah bagi rakyat termiskin yang berasal dari hutan konversi dan tanah lain yang menurut hukum pertanahan kita boleh diperuntukkan bagi
kepentingan rakyat. Inilah yang saya sebut sebagai prinsip Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat … yang saya anggap mutlak untuk dilakukan.
Dalam rangka mewujudkan Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat tersebut, prinsip-prinsip pengelolaan pertanahan harus: 1 memberikan
kontribusi nyata dan melahirkan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat; 2 meningkatkan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dalam kaitannya
dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah; 3 menjamin keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi akan datang pada sumber- sumber ekonomi masyarakat dan tanah; dan 4 berkontribusi nyata dalam
menciptakan tatanan kehidupan bersama secara harmonis dengan mengatasi
Universitas Sumatera Utara
berbagai sengketa dan konflik pertanahan di seluruh tanah air dan menata sistem pengelolaan yang tidak lagi melahirkan sengketa dan konflik di kemudian hari.
Sehubungan dengan prinsip-prinsip pengelolaan pertanahan tersebut, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah merumuskan 11 Agenda
Prioritas sebagai berikut: 1.
Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional RI 2.
Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah, serta sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana
alam dan daerah-daerah konflik di seluruh tanah air 5.
Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik pertanahan secara sistematis
6. Membangun Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional
SIMTANAS dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat 8.
Membangun basis data penguasaan dan pemilikan tanah skala besar 9.
Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan pertanahan yang telah ditetapkan
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional RI
Universitas Sumatera Utara
11. Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan
pertanahan. Untuk mewujudkan 11 Agenda Prioritas di atas, perkenankan kami pada
kesempatan ini menyampaikan penjelasan secara khusus mengenai PPAN dan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Program Pembaharuan Agraria Nasional merupakan upaya bersama seluruh komponen bangsa untuk menata kembali struktur pemilikan, penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan prinsip tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. Selengkapnya, tujuan PPAN adalah 1 menata kembali
ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil, 2 mengurangi kemiskinan, 3 menciptakan lapangan kerja, 4 memperbaiki
akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah, 5 mengurangi sengketa dan konflik pertanahan, 6 memperbaiki dan menjaga kualitas
lingkungan hidup, dan 7 meningkatkan ketahanan pangan. Apabila dicermati, keseluruhan tujuan PPAN di atas bermuara pada
peningkatan kesejahteraan rakyat dan penyelesaian berbagai permasalahan bangsa. Oleh karena itu pelaksanaannya perlu dipersiapkan secara hati-hati dan
matang, mulai dari penetapan tanah-tanah yang tersedia, seleksi dan penetapan penerima manfaat, serta mekanisme pelaksanaannya, termasuk pembinaan,
pengawasan dan pengendalian. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak tertutup kemungkinan
dapat menimbulkan potensi sengketa dan permasalahan baru yang tidak diinginkan bersama. Kemungkinan potensi sengketa dan permasalahan dimaksud
Universitas Sumatera Utara
bisa lahir akibat kekurangpahaman kita bersama terhadap pelaksanaan PPAN yang strategis ini. Untuk itu diperlukan penyamaan persepsi, kesatuan gerak dan
langkah semua pihak secara terkoordinasi. Mengingat ruang lingkup Pembaharuan agraria yang membutuhkan
keterlibatan aktif semua komponen bangsa, dengan demikian dukungan dari segenap jajaran Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat sangat
diharapkan, sehingga PPAN dapat berjalan sesuai tujuan, demi kemaslahatan bangsa.
16
B. Tujuan dan Manfaat Program Pembaharuan Agraria Nasional