Etnik dan penduduk Gambaran Umum Kabupaten Simalungun 1. Geografis Wilayah

a. Utara berbatasan dengan Kecamatan Raya Kahean dan Kecamatan Silou Kahean, b. Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean, c. Barat berbatasan dengan Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Silou, - Timur berbatasan dengan Kecamatan Panombeian Panei. Desa-desa Kecamatan Raya berada pada ketinggian 251-1400 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan topografinya daerah ini berada di wilayah perbukitan, dimana sekitar 53,80 dari keseluruhan wilayah berada pada ketinggian 751-1000 m di atas permukaan laut. Menurut kemiringan kelerengan tanah, wilayah kecamatan Raya terletak pada lahan yang terjal, dengan sekitar 57,72 lahan berada pada kemiringan di atas 15. Kecamatan Raya mencakup 17 nagoridesa yaitu: Nagori Dolog Huluan, Raya Usang, Raya Bayu, Dalig Raya, Merek Raya, Bahapal Raya, Sondi Raya, Bah Bolon, Raya Huluan, Siporkas, Silou Huluan, Silou Buttu, Bonguron Kariahan, Sihubu Raya, Raya Bosi, Simbou Baru, Bintang Mariah dan 1 kelurahan, yaitu Kelurahan Pematang Raya.

2. Etnik dan penduduk

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari Sumatera utara. Simalungun berarti ‘sunyi’. Nama itu diberikan oleh orang luar karena pada saat itu penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Penduduk asli kabupaten Simalungun adalah suku simalungun. Jumlah penduduknya adalah 841.189 jiwa. Meskipun Kabupaten Simalungun adalah Universitas Sumatera Utara tanah leluhur orang Simalungun, namun belakangan ini secara statistic orang Simalungun adalah penduduk peringkat mayoritas ke-tiga di kabupaten Simalungun, setelah orang jawa dan orang yang berasal dari Toba. Orang Simalungun justru diperkirakan lebih banyak tingggal di luar wilayah Simalungun. Sedangkan suku pendatang di simalungun adalah suku jawa dan suku batak toba. Orang batak toba menyebutnya ‘Balungun’ dan orang Karo menyebutnya batak timur karena bertempat disebelah timur daerah Karo. Terdapat empat marga asli Simalungun yang populer dengan singkatan SISADAPUR,yaitu: 1. Sinaga 2. Saragih 3. Damanik 4. Purba Dari keempat marga tersebut, tiap–tiap marga memiliki pembagian jenis lagi. Orang Simalungun tidak mementingkan soal ‘silsilah’ dalam adat, Karena penentu tutur Simalungun adalah tempat asal nenek moyang dan kedudukan atau peran dalam acara adat. Sebelum masuknya missionaris agama Kristen pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam, sedangkan Simalungun barat menganut animisme Kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari ‘datu’dukun disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan- panggilan kepada tiga dewa yaitu dewa diatas dilambangkan dengan warna putih Universitas Sumatera Utara dewa ditengah dilambangkan dengan warna merahdan dewa dibawah Dilambangkan dengan warna hitam. Tiga warna yang mewakili warna buat dewa tersebut putih, merah, hitam mendominasi berbagai ornamen suku suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumah. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di berbagai tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti Hindu dan sang Budha yang menunggangi gajah Budha. Sistem pemerintahan pada zaman dahulu dipimpin oleh seorang raja. Sebelum pemberitaan injil masuk, tuan rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak raja itu Tuhan dan raja adalah Allah yang kelihatan. Sesuai dengan keadaan tanahnya yang subur serta curah hujan yang cukup banyak, maka pada umumnya mata pencaharian pokok penduduk simalungun adalah bertani. Masyarakat simalungun bercocok tanam diladang atau disawah. Pada umumya mereka menanam padi. Kemudian mereka merawat dan membersihkan rumputnya dengan cara bergotong royong. Selain itu mereka juga menanam sayur – sayuran dan buah – buahan. 23

B. Objek dan Subjek Program Pembaharuan Agraria Nasional