Website Objek dan Subjek Program Pembaharuan Agraria Nasional

________________, Arti Strategis Pembaruan Agraria, sebagai landasan pembangunan, makalah pada seminar dan lokakarya nasional Pengelolaan SDA berkelanjutan yang ramah lingkungan dan Pembaruan Agraria untuk keadilan dan kemakmuran rakyat, Bandung: ITB-UNPAD, 2001, 14-16 September, hal.9. H.S. Dillon, Pembaruan Agraria sebagai alat demokrasi HAM, keadilan di Indonesia, makalah pada semiloka Pelaksanaan Pembaruan Agraria dan pengelolaan SDA yang adil dan berkelanjutan, Bandung, 2001. 14-16 September, 2001. Tim Lapera, Otonomi Pemberian Negara: Kajian Kritis Atas Kebijakan Otonomi Daerah, Lapera Pustaka Umum, Yogyakarta, 2001.

D. Website

Joyowinoto. pembaruan-agraria-nasional https:.wordpress.com20130821 12April2016 __________: “Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono.” Tempo, 10 Desember 2006. Diakses tanggal 1 April 2016. Universitas Sumatera Utara BAB III PELAKSANAAN PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL PPAN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

A. Gambaran Umum Kabupaten Simalungun 1. Geografis Wilayah

Kabupaten Simalungun yang secara Adminstratif Pemerintahan terdiri dari 31 Kecamatan dengan 345 Desa, 22 Kelurahan dengan perincian sebagai berikut: 4.386,60 km 2 6,12 dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan yang paling luas adalah kecamatan Tanah jawa dengan luas 49.175 ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah kecamatan Dolok Pardamean dengan luas 9.045 ha. Keseluruhan kecamatan terdiri dari 306 desa dan 17 kelurahan. Di Kabupaten ini juga terdapat sebuah Universitas, yaitu Universitas Simalungun, tepatnya di jalan Sisingamangaraja. Batas wilayah Simalungun : 1. Disebelah utara Kabupaten Deli Serdang 2. Disebelah timur Kabupaten Asahan 3. Disebelah selatan Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Pulau Samosir. 4. Disebelah barat Kabupaten Karo Tinggi tanah Simalungun dari permukaan laut berkisar antara 40-1.400 m dan gunung yang tertinggi 2245 m. Suhu udara termasuk sedang, hujan banyak turun, angin berhembus dari dua jurusan dinamakan angin bahorok,dan angin gunung yang dari arah barat terasa sangat sejuk. 31 Universitas Sumatera Utara Sektor pertanian dan hasil perkebunan menjadi komoditi utama yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun. Penggunaan lahan secara keseluruhan didominasi untuk sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini sesuai dengan data yang dirilis dalam artikel “Profil Kabupaten Simalungun Tahun 2012” yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun mengenai luas keseluruhan lahan yang dimanfaatkan untuk sektor pertanian dan perkebunan yaitu sebesar 346.195 Ha atau 78,92 dari total wilayah Kabupaten Simalungun 21 Kecamatan Raya merupakan daerah yang menjadi Kota pendidikan di Kabupaten Simalungun. Selain kota pendidikan daerah-daerah yang menjadi desa di kecamtan ini merupakan penghasil hasil pertanian yang cukup produktif yakni jahe dan kopi sebagai komoditi andalan. Secara statistik lebih dari 60 persen lahan di kecamtan Raya merupakan lahan pertanian non sawah. Kecamatan ini memiliki luas 328,50 Km2, Ibukota Kabupaten Simalungun teletak di kecamatan ini dengan letak geografis sebagai berikut : Selama tahun 2012, Kabupaten Simalungun menghasilkan antara lain 440.992 ton padi, 383.813 ton jagung, dan 336.555 ton ubi kayu 25 Artikel “Profil Kabupaten Simalungun 2012.pdf” yang dirilis oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun melalui situs resmi yang menjadikan Kabupaten Simalungun sebagai penghasil padi, jagung, dan ubi kayu terbesar di Sumatera Utara. Produksi tanaman pangan lainnya yang cukup besar dari kabupaten ini adalah kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar. 22 21 Artikel “Profil Kabupaten Simalungun 2012.pdf” yang dirilis oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun melalui situs resmi www.simalungunkab.go.id diakses pada tanggal 25 Maret 2016 pukul 21.17 WIB. 22 Ibid. Universitas Sumatera Utara a. Utara berbatasan dengan Kecamatan Raya Kahean dan Kecamatan Silou Kahean, b. Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean, c. Barat berbatasan dengan Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Silou, - Timur berbatasan dengan Kecamatan Panombeian Panei. Desa-desa Kecamatan Raya berada pada ketinggian 251-1400 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan topografinya daerah ini berada di wilayah perbukitan, dimana sekitar 53,80 dari keseluruhan wilayah berada pada ketinggian 751-1000 m di atas permukaan laut. Menurut kemiringan kelerengan tanah, wilayah kecamatan Raya terletak pada lahan yang terjal, dengan sekitar 57,72 lahan berada pada kemiringan di atas 15. Kecamatan Raya mencakup 17 nagoridesa yaitu: Nagori Dolog Huluan, Raya Usang, Raya Bayu, Dalig Raya, Merek Raya, Bahapal Raya, Sondi Raya, Bah Bolon, Raya Huluan, Siporkas, Silou Huluan, Silou Buttu, Bonguron Kariahan, Sihubu Raya, Raya Bosi, Simbou Baru, Bintang Mariah dan 1 kelurahan, yaitu Kelurahan Pematang Raya.

2. Etnik dan penduduk

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari Sumatera utara. Simalungun berarti ‘sunyi’. Nama itu diberikan oleh orang luar karena pada saat itu penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Penduduk asli kabupaten Simalungun adalah suku simalungun. Jumlah penduduknya adalah 841.189 jiwa. Meskipun Kabupaten Simalungun adalah Universitas Sumatera Utara tanah leluhur orang Simalungun, namun belakangan ini secara statistic orang Simalungun adalah penduduk peringkat mayoritas ke-tiga di kabupaten Simalungun, setelah orang jawa dan orang yang berasal dari Toba. Orang Simalungun justru diperkirakan lebih banyak tingggal di luar wilayah Simalungun. Sedangkan suku pendatang di simalungun adalah suku jawa dan suku batak toba. Orang batak toba menyebutnya ‘Balungun’ dan orang Karo menyebutnya batak timur karena bertempat disebelah timur daerah Karo. Terdapat empat marga asli Simalungun yang populer dengan singkatan SISADAPUR,yaitu: 1. Sinaga 2. Saragih 3. Damanik 4. Purba Dari keempat marga tersebut, tiap–tiap marga memiliki pembagian jenis lagi. Orang Simalungun tidak mementingkan soal ‘silsilah’ dalam adat, Karena penentu tutur Simalungun adalah tempat asal nenek moyang dan kedudukan atau peran dalam acara adat. Sebelum masuknya missionaris agama Kristen pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam, sedangkan Simalungun barat menganut animisme Kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari ‘datu’dukun disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan- panggilan kepada tiga dewa yaitu dewa diatas dilambangkan dengan warna putih Universitas Sumatera Utara dewa ditengah dilambangkan dengan warna merahdan dewa dibawah Dilambangkan dengan warna hitam. Tiga warna yang mewakili warna buat dewa tersebut putih, merah, hitam mendominasi berbagai ornamen suku suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumah. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di berbagai tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti Hindu dan sang Budha yang menunggangi gajah Budha. Sistem pemerintahan pada zaman dahulu dipimpin oleh seorang raja. Sebelum pemberitaan injil masuk, tuan rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak raja itu Tuhan dan raja adalah Allah yang kelihatan. Sesuai dengan keadaan tanahnya yang subur serta curah hujan yang cukup banyak, maka pada umumnya mata pencaharian pokok penduduk simalungun adalah bertani. Masyarakat simalungun bercocok tanam diladang atau disawah. Pada umumya mereka menanam padi. Kemudian mereka merawat dan membersihkan rumputnya dengan cara bergotong royong. Selain itu mereka juga menanam sayur – sayuran dan buah – buahan. 23

B. Objek dan Subjek Program Pembaharuan Agraria Nasional

1. Objek Pembaharuan Agraria Nasional Tanah merupakan komponen dasar dalam Pembaharuan agrarian nasional, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai objek Pembaharuan agraria Universitas Sumatera Utara nasional adalah tanah-tanah negara dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek Pembaharuan agraria nasional. Karenanya kegiatan penyediaan tanah merupakan langkah strategis bagi keberhasilan Pembaharuan agraria nasional. Salah satu contoh sumber tanah objek Pembaharuan agraria nasional adalah yang terletak di Kabupaten Simalungun. Menurut Pasal 9 PP Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, tanah terlantar yang sudah ditetapkan menjadi tanah negara akan menjadi salah satu objek Pembaharuan agraria nasional. Untuk menunjang keberhasilan PPAN, maka tanah atau objek PPAN harus tersedia dalam jumlah yang memadai dan dengan kualitas yang baik. Demikian pula jangka waktu penyediaan tanahnya tidak boleh terlalu lama, dengan cara yang sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sejalan dengan tahapan perencanaan yang telah ditentukan. Tanah-tanah objek PPAN pada dasarnya adalah tanah negara yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek Pembaharuan agraria nasional. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, tanah-tanah yang dapat dijadikan sebagai objek Pembaharuan agraria nasional adalah : 1. Tanah yang haknya tidak diperpanjang atau tidak mungkin diperpanjang; 2. Tanah bekas hak Barat yang terkena ketentuan konversi; 3. Tanah yang berasal dari pelepasan hak; 23 Ibid. Universitas Sumatera Utara 4. Tanah hak yang pemegangnya melanggar ketentuan dan atau yang tidak sejalan dengan keputusan pemberian haknya; 5. Tanah objek landreform; 6. Tanah bekas objek landreform; 7. Tanah timbul; 8. Tanah bekas kawasan pertambangan 9. Tanah yang dihibahkan oleh Pemerintah untuk Pembaharuan agraria nasional; 10. Tanah tukar menukar dari dan oleh Pemerintah; 11. Tanah yang diadakan oleh Pemerintah untuk Pembaharuan agraria nasional; 12. Tanah pelepasan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi; 13. Tanah yang sudah dilepaskan dari kawasan kehutanan menjadi tanah negara yang pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan peruntukannya. Banyak terjadi sengketa atas tanah bekas milik partikelir seperti di Kabupaten Simalungun. Sengketa-sengketa yang terjadi itu adalah akibat terjadinya mutasi pergantian penguasa tanahnya yang tidak diikuti dengan penyelesaian administratif, bahkan sering terjadi pemegang hak semula sudah tidak diketahui lagi. Dari segi administrasi pajak dapat terjadi terhadap sebidang tanah yang sudah berkali-kali mengalami perubahan objek pajak, tetapi dari segi hukum belum terjadi pergantian pemegang haknya sebagaimana diatur dalam PP No.10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang telah diubah dengan PP No.24 Universitas Sumatera Utara tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Masalah ini mengakibatkan tidak adanya suatu kepastian dari segi hukum. Hal yang sama juga sering terjadi terhadap tanah-tanah yang melebihi batas luas maksimum dan tanah-tanah “absentee” yang didistribusikan tahun 1960, yang ternyata baru dilakukan pembayaran ganti-ruginya sejak tahun 1980. Berdasarkan UU No.1 Tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah Partikelir dan diikuti dengan pembayaran ganti-rugi kepada pemiliknya terlalu lama sejak dikelurkannya UU tsb, yaitu baru sekitar tahun 1980 sampai saat ini. Jangka waktu tersebut terlalu lama mengendapkan masalah ganti-rugi yang akibatnya belakangan ini juga masih dirasakan dan erat kaitannya dengan perubahan harga tanah yang dalam waktu yang begitu lama itu. Akibat dari kondisi yang disebutkan di muka adalah terjadinya komplikasi yang akhirnya menimbulkan sering terjadinya manipulasi dalam bidang pertanahan antara lain munculnya sertifikat palsu, sertifikat aspal asli tapi palsu, dan sertifikat ganda. Ketiga jenis manipulasi tersebut telah banyak terjadi di masyarakat, padahal sertifikat tanah adalah bukti hak atau alat pembuktian pemilikannya, sehingga merupakan dokumen yang sangat bernilai. Pemalsuan- pemalsuan semacam itu sebenarnya sudah masuk ke wilayah perbuatan kriminal seperti halnya juga terhadap pemalsuan uang, paspor atau ijazah 24 2. Subjek Pembaharuan Agraria Nasional . Pada dasarnya subjek Pembaharuan Agraria Nasional adalah penduduk miskin di perdesaan baik petani, nelayan maupun non-petaninelayan. Penduduk 24 Soni Harsono, Pokok-Pokok Kebijaksanaan Bidang Pertanahan Dalam Pembangunan Nasional. Analisis CSIS: XX 2 Maret-April 1991, hal 80-104. Universitas Sumatera Utara miskin dalam kategori ini dapat dimulai dari yang di dalam lokasi ataupun yang terdekat dengan lokasi, dan dibuka kemungkinan untuk melibatkan kaum miskin dari daerah lain perdesaan dan perkotaan. Berbagai upaya perbaikan dan peningkatan dalam bidang agraria, yaitu tercapainya keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat Indonesia, terutama petani, masih jauh dari angan-angan kesejahteraan. Dari tahun ke tahun penguasaan tanah oleh petani semakin menurun. Di sisi lain penguasaan sumber-sumber agraria meningkat oleh beberapa orang saja atau pihak dan para pemilik modal, karena didukung oleh berbagai undang-undang sektoral baik pada bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan, kelautan, dan sebagainya. Dan di sisi lain, konflik agraria terus terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini PPAN kurang berhasil mengatasi kemiskinan, terutama untuk petani. Seperti konflik yang terjadi di Mesuji dan pertambangan di Bima, itu pun dua dari 163 kasus agraria yang terjadi selama tahun 2011 lalu. Hal itu terjadi karena masyarakat yang ada di daerah tersebut merasa khawatir eksplorasi tambang emas di atas tanah masyarakat itu akan mengganggu mata pencaharian mereka. Selama ini pemerintah belum menjalankan PPAN dengan sebagaimana semestinya yang telah menjadi mandat TAP MPR No. 9 Tahun 2001. UUPA yang sebagai hukum agraria nasional masih hanya sebatas kebijakan di atas kertas. Belum ada usaha secara konsisten dan signifikan untuk mengimplementasikan isi dari undang-undang tersebut. Sehingga masih banyak persoalan agraria yang masih terkatung-katung tidak ada penjelasan secara hukum yang terutamanya Universitas Sumatera Utara kaum tani di pedesaan atas pemilikan dan penguasaan tanah yang adil dan mensejahterakan kehidupan mereka. Secara rasional PPAN akan memberikan pengaruh terhadap laju tingkat kesejahteraan masyarakat yang mendapatkannya. Pembaharuan agraria nasional merupakan agenda bangsa yang diharapkan dapat memberikan titik terang untuk terwujudnya keadilan sosial dan tercapainya kesejahteraan masyarakat serta diharapkan dapat membantu masyarakat miskin sebagian besar petani beranjak dari keterpurukan ekonomi menuju kehidupan yang layak dan lebih sejahtera.

C. Mekanisme Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Simalungun