Tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama priode nifas

63 tingkat kemandirian dalam melakukan perawatan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan seksio sesaria.

5.2.2. Tingkat kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya selama priode nifas

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kemandirian ibu nifas dalam merawat diri dan bayinya selama periode nifas di RSUD Dr Pirngadi Medan mayoritas ditemukan kemampuan ibu nifas berada dalam kategori sedang 38.9. Dalam penelitian ini ibu nifas memiliki tingkat kemandirian yang sedang dalam merawat diri dan bayinya saat nifas. Dalam hal ini ibu nifas dibantu oleh perawat ataupun suamikeluarga karena suamikeluarga merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu memulihkan kondisi ibu setelah melahirkan. Menurut Simkin 2008 ibu primipara biasanya melakukan perawatan diri pascasalin dengan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat diri maupun bayinya. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya seperti suami, keluargakerabat terdekat atau doktertenaga kesehatan. Swasono 1998 juga mengungkapkan bahwa keluarga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-anggotanya, khususnya dalam penanganan masalah kesehatan keluarga. Bila salah satu anggota keluarga sakit atau mengalami perubahan kondisi kesehatan, seperti halnya ibu nifas, maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga tersebut ke kondisi semula. Sebanyak 33.3 Pernyataan kemandirian kemandirian buruk ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayi selama priode nifas karena kebanyakan ibu Universitas Sumatera Utara 64 nifas memiliki pengetahuan rendah dan sedang tentang perawatan mandiri menurut Bobak, 2004 Demikian juga dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan ibu, maka kepeduliannya terhadap perawatan diri semakin baik. Berbeda dengan penelitian harianti 2010 tingkat kemandirian ibu berada dalam tingkat kemandirian baik. Mungkin hal ini di sebabkan oleh jenis persalian dimana ibu yang bersalin secara seksio merupakan suatu pembedahan guna melahirkan bayi lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus jenis persalinan tersebut akan mempengaruhi kondisi fisiologis dan akan mempengaruhi caraperawtan diri pada ibu post partum meskipun kebutuhan perawatan pasca pastum antara ibu yang melahirkan secara vaginam dan seksiosesaria tetap sama sesuai dengan teori Kasdu 2003 Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Biasanya hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah operasi. Selama menjalani perawatan di rumah sakit, bayi berada di unit perawatan khusus bayi untuk sementara waktu. Setelah seminggu atau dua minggu, ibu biasanya memerlukan bantuan keluarga atau tetangga untuk melakukan perawatan bayi. Ibu juga merasa tidak mampu untuk mengganti popok, memandikan, merawat tali pusar bayi Murkoff, 2007. Hal ini juga terlihat dari hasil penelitian dimana ibu tidak mampu untuk melakukan perawatan bayi yaitu memandikan bayi, merawat tali pusar, perawatan mata, telinga dan hidung, perawatan kelamin. Universitas Sumatera Utara 65

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN