Alokasi Anggaran Belanja Daerah Teori Agensi dan Hubungannya dengan Penganggaran

commit to user yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Untuk menjamin agar APBD disususn dan dilaksanaakan dengan baik dan benar serta terdapat disiplin anggaran maka penyusunan anggaran baik pendapatan mupun belanja harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya apakah itu Undang-undang, Peraturan pemerintah, Keputusan menteri, Peraturan Daerah atau keputusan kepala daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 disebutkan bahwa ada beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa 1 pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, seangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja, 2 penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD atau perubahan.

D. Alokasi Anggaran Belanja Daerah

Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 Tahun 2007 menyatakan bahwa belanja daerah meluputi semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran Pemerintah Daerah. Belanja daerah dibedakan dalam Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung yaitu belanja yang commit to user dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Belanja daerah merupakan semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran kas daerah. Pengeluaran berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan sarana prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat sendiri, sehingga pengeluaran ini harus dikelola pemerintah dengan baik agar bisa ekonomis, efektif dan efisien value for money dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki.

E. Teori Agensi dan Hubungannya dengan Penganggaran

Jensen dan Meckling 1976 mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak di mana satu atau lebih pihak principal menyewa pihak lain agent untuk melakukan beberapa jasa. Fozard dalam Taufiq dan Iskandar 2010 menyatakan bahwa penganggaran dapat dilihat sebagai transaksi berupa kontrak mandat yang diberikan kepada agen eksekutif dalam kerangka struktur institusional dengan berbagai tingkatan yang berbeda. Sesuai dengan apa yang dinyatakan pada teori keagenan, bahwa pihak principal dan agent memiliki kepentingan masing-masing, sehingga benturan atas kepentingan ini memiliki potensi terjadi setiap saat. Pihak agent berkemampuan untuk lebih menonjolkan kepentingannya karena memiliki informasi yang lebih dibandingkan pihak pricipal, hal ini disebabkan karena commit to user pihak agenlah yang memegang kendali operasional di lapangan. Sehingga pihak agen lebih memilih alternatif yang menguntungkannya, dengan mengelabuhi dan membebankan kerugian pada pihak principal.

F. Teori Pilihan Publik dan Kekuasaan

Dokumen yang terkait

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

10 82 122

Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah ( Apbd) Terhadap Pengalokasian Belanja Daerah Di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

6 97 79

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

0 6 78

Evaluasi penyusunan Anggaran Dan Realisasi Anggaran Belanja pada Pemerintah Daerah (studi kasus pada Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta periode 2012-2014).

5 23 125

Evaluasi implementasi anggaran pendidikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah studi kasus di Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman.

0 2 156

EVALUASI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH TAHUN 2010-2014 :STUDI KOMPARATIF KABUPATEN KARANGANYAR DAN KABUPATEN SRAGEN.

0 0 13

EVALUASI KEBIJAKAN ANGGARAN BELANJA NEGA

0 0 19

ANALISIS KEUANGAN DAERAH PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN BERAU)

1 6 11

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 1 29

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 5 12