commit to user
B. Anggaran Berbasis Kinerja
Konsep Anggaran Berbasis Kinerja mulai diperkenalkan oleh Komisi Hoover dimana reformasi penganggaran berusaha untuk merubah penekanan
anggaran dari pengendalian belanja line item kepada alokasi sumber daya berdasarkan tujuan program dan hasil terukur GAO, 1993. Dalam
mengalokasikan sumber daya, penganggaran berbasis kinerja didasarkan pada pencapaian outcome yang dapat diukur secara spesifik.
Robinson dan Brumby 2005 menjelaskan anggaran berbasis kinerja sebagai prosedur atau mekanisme yang dimaksudkan untuk memperkuat
kaitan antara dana yang diberikan kepada entitas sektor publik dengan outcome dan atau outcome mereka melalui penggunaan informasi kinerja
formal dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya. Dimana anggaran tersebut berfokus pada aktivitas atau fungsi yang memproduksi hasil dan
sumber daya yang digunakan serta memperkenalkan proses penganggaran yang berusaha untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan sumber daya.
Pada dasarnya tujuan utama anggaran berbasis kinerja ini adalah menigkatkan efisiensi dan efektivitas belanja publik.
C. Penyusunan Anggaran
Hansen 2005 menyatakan bahwa sebelum anggaran disiapkan, suatu organisai seharusnya mengembangkan suatu rencana strategis. Rencana
strategis tersebut mengidentifikasi strategi-strategi untuk aktivitas operasi
commit to user
dimasa yang akan datang. Organsiasi dapat menerjemahkan strategi umum kedalam tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Selama ini yang terjadi didalam proses penyusunan anggaran adalah masih menggunakan pendekatan anggaran tradisional. Pendekatan trandisional ini
yang menjadi cirinya adalah cara penyusunan anggaran yang didasarkan pada pendekatan incrementalialism dan menampilkan anggaran dalam perspektif
sifat dasar nature dari sebuah pengeluaran atau belanja Nordiawan 2006 . Menurut Bastian 2006 masalah utama anggaran tradisonal adalah terkait
dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ekonomi, efektif, dan efisien. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektif seringkali
dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran secara tradisional. Dalam proses penyusunan anggaran berdasarkan paradigma baru,
memerlukan peran serta dan partisipasi dari berbagai pihak secara lebih proaktif. Ketentuan tersebut seperti telah disebutkan dalam pasal 21 PP No.
105 tahun 2000 yang menyatakan bahwa dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, pemerintah daerah bersama DPRD menyusun arah dan
kebijakan umum APBD. Hal ini berarti bahwa penyusunan APBD berdasarkan peraturan pemerintah tersebut harus melibatkan partisipasi
masyarakat sejak awal. Berdasarkan pasal 8 PP No. 105 tahun 2000 disebutkan bahwa APBD
disusun dengan pendekatan kinerja. Dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan tersebut, anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran
commit to user
yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
Untuk menjamin agar APBD disususn dan dilaksanaakan dengan baik dan benar serta terdapat disiplin anggaran maka penyusunan anggaran baik
pendapatan mupun belanja harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya apakah itu Undang-undang, Peraturan pemerintah, Keputusan
menteri, Peraturan Daerah atau keputusan kepala daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 disebutkan bahwa ada
beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa 1 pendapatan yang
direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, seangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja, 2 penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD atau perubahan.
D. Alokasi Anggaran Belanja Daerah