Tanggung Jawab Produk Perusahaan Air Minum Tirta Sibayakindo

jalan musyawarah diluar pengadilan atau didalam pengadilan, dan pihak konsumen meminta agar diselesaikan secara musyawarah saja, antara pihak Perusahaan dan konsumen kedua belah pihak yang bersengketa. Sama dengan kasus sebelumnya, dan kasus-kasus yang pernah terjadi di Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo penyelesaian sengketa antara Pelaku Usaha dan Konsumen hanya diselesaikan melalui Musyawarah saja diluar Pengadilan belum ada kasus tersebut yang sampai ke jalur hukum didalam Pengadilan.

B. Tanggung Jawab Produk Perusahaan Air Minum Tirta Sibayakindo

Terhadap Keluhan yang dialami Konsumen. Terhadap keluhan konsumen yang pernah terjadi pada Tirta Sibayakindo, konsumen kecewa dan bahkan meminta ganti kerugian baik kerugian materiil maupun imateriil yang diderita konsumen akibat memakai atau mengkonsumsi produk yang cacat yang diperdagangkan pelaku usaha. 94 Bentuk pertanggung jawaban pihak Tirta Sibayakindo adalah bertanggung jawab dalam kerugian yang diderita oleh konsumen baik itu materiil maupun imateriil, tetapi sebelum mengganti kerugian tersebut Pihak Tirta Sibayakindo terlebih dahulu memastikan keluhan yang di ajukan konsumen tersebut. Pihak Tirta Sibayakindo akan terjun langsung ke lokasi untuk melihat dan memastikan produk tersebut mengalami kerusakan dan kecacatan. Apabila Produk tersebut benar mengalami kerusakan, maka Pihak Pelaku Usaha meminta maaf kepada 94 Janus Sidabalok, Op.Cit., hlm. 7. Universitas Sumatera Utara konsumen dan akan memberikan ganti rugi terhadap produk yang rusak tersebut baik secara materiil maupun imateriil. 95 a. Mengedukasi konsumen untuk menghancurkan kemasan produk Air Minum Dalam Kemasan guna mencegah AMDK palsu. Bentuk tanggung jawab Pihak PT. Tirta Sibayakindo terhadap produk yang dipasarkan adalah : b. Penggantian Air Minum Dalam Kemasan yang sejenis. c. Memperbaharui kemasan AMDK. d. Pemasangan Segel, Tanggal Kadaluarsa, Kode Produksi dalam Kemasan AMDK. Bentuk nyata ganti rugi pihak PT. Tirta Sibayakindo yang dapat diberikan terhadap konsumen adalah : a. Mengganti produk yang rusak atau cacat dengan produk yang baru dengan kemasan yang sejenis. b. Mengganti uang yang telah dikeluarkan untuk membeli produk yang cacat tersebut. c. Menanggung biaya pengobatan apabila ada konsumen yang mengalami sakit akibat mengkonsumsi AMDK yang rusak. Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan : “kewajiban pelaku usaha menyangkut tanggung jawab pelaku usaha air minum terhadap keluhan konsumen adalah pelaku usaha berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi air minum serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan, kemudian pelaku usaha air minum menjamin mutu barang yang diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang, serta berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian bila produk yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan yang diperjanjikan”. Dalam Pasal 8 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur bahwa “pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap”. 95 Hasil Wawancara dengan Bapak Wirnos selaku Senior Manager pada PT. Tirta Sibayakindo Brastagi pada tanggal 8 September 2015. Universitas Sumatera Utara Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa “tanggung jawab pelaku usaha meliputi tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan, tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran, dan tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen”. Adanya produk barang dan atau jasa yang cacat bukan merupakan satu- satunya dasar pertanggung jawaban pelaku usaha. Hal ini berarti tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen. Lebih lanjut dalam Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa “ganti rugi yang diberikan dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang atau jasa yang sejenisnya atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan tertentu”. Waktu pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi sesuai dengan Pasal 19 ayat 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 96 Secara umum, lingkup tanggung jawab pembayaran ganti rugi yang dialami konsumen sebagai akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian Bentuk pertanggung jawaban yang sudah di berikan oleh Perusahaan terhadap produk yang mengalami kerusakan adalah mengganti produk tersebut dengan produk yang baru sesuai dengan produk yang dibelinya dan mengganti uang sesuai dengan yang dikeluarkan untuk membeli produk tersebut. 96 Ahmadi Miru dan S. Yono, Op.Cit., hlm. 126-127. Universitas Sumatera Utara materi, fisik, maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan yang secara garis besarnya hanya dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi dan tuntutan ganti kerugian yang berdasarkan perbuatan melanggar hukum, yaitu : 97 1. Tuntutan berdasarkan wanprestasi Apabila tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi, maka terlebih dahulu tergugat dengan penggugat terikat suatu perjanjian. Ganti kerugian didasarkan pada tidak terpenuhinya prestasi, baik secara keseluruhan ataupun sebagian. Dalam tanggung jawab berdasarkan wanprestasi, kewajiban membayar ganti kerugian tidak lain daripada akibat penerapan klausula dalam perjanjian, yang merupakan ketentuan hukum yang oleh kedua belah pihak secara sukarela tunduk berdasarkan perjanjiannya. Dengan demikian, bukan undang-undang yang menentukan apakah harus dibayar, melainkan kedua belah pihak yang mementukan syarat-syaratnya serta besarnya ganti kerugian yang harus dibayar, dan apa yang telah diperjanjikan tersebut, mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 2. Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum Tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada perbuatan melanggar hukum tidak perlu didahului dengan perjanjian antara para pihak. Unsur- unsur yang harus dipenuhi agar dapat menuntut ganti rugi adalah : a. Perbuatan melanggar hukum Perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang bertentangan dengan standar perilaku dalam masyarakat. b. Kerugian Ganti kerugian dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen hanya meliputi pengembalian uang atau penggantian barang danjasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan. c. Hubungan sebab akibat Hubungan sebab akibat merupakan pola barang siapa yang melanggar hukum, bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan itu. d. Kesalahan Dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa setiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya 97 Ibid., hlm. 127-143. Universitas Sumatera Utara menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Kesalah memiliki 3 tiga unsur, yaitu : a Perbuatan yang dilakukan dapat disesalkan; b Perbuatan tersebut dapat diduga akibatnya, dimana dalam arti objektif sebagai manusia normal dapat menduga akibatnya dan dalam arti subjektif sebagai seorang ahli dapat menduga akibatnya; c Dapat dipertanggungjawabkan : debitur dalam keadaan cakap. Tanggung jawab produk, barang dan jasa meletakkan beban tanggung jawab pembuktian produk itu kepada pelaku usaha pembuat produk itu. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur bahwa “pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam perkara ini, menjadi beban dan tanggung jawab pelaku usaha”. 98 Hukum tentang tanggung jawab produk ini termasuk dalam perbuatan melanggar hukum, tetapi diimbuhi dengan tanggung jawab mutlak strict liability, tanpa melihat apakah ada unsur kesalahan pada pihak pelaku. Dalam kondisi demikian terlihat bahwa adagium caveat emptor konsumen bertanggung jawab telah ditinggalkan dan kini berlaku caveat venditor pelaku usaha bertanggung jawab. 99 Dalam hukum tanggung jawab produk, pihak konsumen yang akan menuntut kompensasi pada dasarnya hanya perlu menunjukan 3 tiga hal, yaitu : 100 1. Produk tersebut telah cacat pada waktu diserahkan oleh produsen; 98 Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm.66. 99 Az. Nasution, Op.Cit., hlm.251. 100 Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm.69. Universitas Sumatera Utara 2. Cacat tersebut telah menyebabkan atau turut menyebabkan kerugian atau kecelakaan; 3. Adanya kerugian. Namun, juga diakui secara umum bahwa pihak konsumen harus menunjukan bahwa pada waktu terjadinya kerugian, produk tersebut pada prinsipnya berada dalam keadaan seperti waktu diserahkan oleh produsen, artinya tidak ada modifikasi-modifikasi. Ketentuan mengenai tanggung jawab produk juga ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu apabila Konsumen menderita kerugian dan ingin menuntut pihak produsen, maka konsumen tersebut akan menghadapi beberapa kendala yang akan menyulitkannya untuk memperoleh ganti rugi. Kesulitan tersebut adalah pihak konsumen harus membuktikan ada unsur kesalahan yang dilakukan oleh pihak produsen. Jika konsumen tidak berhasil membuktikan kesalahan produsen, maka gugatan konsumen akan gagal. 101 101 Ibid., hlm. 67. Berdasarkan hal ini, maka produk barang dan jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggung jawaban pelaku usaha. Hal ini berarti tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang di alami konsumen. Berkaitan dengan tanggung jawab Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo terhadap keluhan Konsumen, jika ada produk yang rusak, maka belum sepenuhnya kerusakan produk tersebut dari pelaku usaha karena Perusahaan tidak akan pernah mengedarkan barang atau produk yang cacat ke masyarakat. Universitas Sumatera Utara

C. Mekanisme penyelesaian sengketa antara konsumen dengan

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Tanggung Jawab Media Penyiar Iklan Terhadap Konsumen Sesuai Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 126

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 11

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 1

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 19

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 19

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 3

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN ATAS DISTRIBUSI AIR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA PANGKALPINANG DI TINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 14

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB PT POS INDONESIA CABANG SEMARANG TERHADAP KONSUMEN POS EXPRESS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

0 1 9