Mekanisme penyelesaian sengketa antara konsumen dengan

C. Mekanisme penyelesaian sengketa antara konsumen dengan

Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo. Seperti pada umumnya pendapat orang, sesuatu sengketa terjadiapabila terdapat perbedaan pandangan atau pendapat antara para pihak tertentutentang hal tertentu. Satu pihak merasa dirugikan hak-haknya oleh pihak lain,Oleh karena itu batasan sengketakonsumen adalah ”sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha publik atau privat tentang produk konsumen, barang danatau jasa konsumen tertentu”. 102 Berbagai macam keluhan dari rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap produk tertentu dan pelayanan jasa yang tidak memadai atau mengecewakan dapat berkembang menjadi konflik yang dialami dalam hal ini adalah konsumen. Apabila konflik yang dialami oleh konsumen tersebut tidak dapat terselesaikan danperbedaan pendapat tersebut berkembang terus dan berkelanjutan akhirnya akan menjadi sengketa. 103 Sengketa dalam pengertian sehari-hari dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya perniagaan mempunyai masalahyaitu menghendaki pihak lain untuk berbuat atau 102 Az. Nasution, Op.Cit., hlm. 221. 103 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen , Bandung : Nusa Media, 2010, hlm. 74. Universitas Sumatera Utara tidakberbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak atau tidak berlaku demikian. 104 Sengketa dapat juga dimaksudkan sebagai adanya ketidakserasian antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang mengadakan hubungan karena hak salah satu pihak terganggu atau dilanggar. 105 Adapun bentuk-bentuk kerugian yang dapat dialami konsumen adalah : Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan Surat Keputusan Nomor 350MPPKep122001 tanggal 10 Desember 2001,yang dimaksud dengan sengketa konsumen adalah ”sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran danatau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang danatau memanfaatkan jasa”. 106 1. Cacat tubuh personal injury Adalah cacat fisik atau kerugian yang melekat pada diri konsumensebagai akibat mengkonsumsi suatu produk. 2. Cacat fisik Injury to the Product Itself or Someother Property Adalah kerugian yang diderita akibat rusaknya produk atau tidakberfungsinya produk yang sudah dibeli dimana konsumen dirugikanatau dicelakakan akibat kerusakan atau kesalahan dari barang yangdiproduksi oleh pelaku usaha atau produsen. 3. Kerugian ekonomi Pure Economic Loss Adalah kerugian yang langsung berkaitan dengan produk yangdibelinya yang muncul ketika produk itu tidak sesuai dengan tingkatperformance yang diharapkan. 104 Komar Kartaatmadja, Beberapa Masalah dalam Penerapan ADR di Indonesia, dalamProspek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 21. 105 Soerjono Soekanto, Mengenai Antropologi Hukum, Bandung : Alumni 1979, Hlm. 26. 106 Abdul Halim Barkatullah, Op.Cit., hlm. 78. Universitas Sumatera Utara Sengketa konsumen adalah sengketa berkenaan dengan pelanggaran hak- hak konsumen. 107 1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Lingkupnya mencakup semua segi hukum, baik keperdataan, pidana maupun tata usaha Negara. Pihak konsumen yang bersengketa itu haruslah konsumen yang dimaksud dalam UUPK, yaitu pemakai, pengguna danatau pemanfaat keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk tujuan komersial, Sedangkan produk yang disengketakan haruslah produk konsumen, artinya produk itumerupakan barang danatau jasa yang umumnya dipakai, digunakan ataudimanfaatkan bagi memenuhi kepentingan diri, keluarga, danatau rumah tangga konsumen. Dalam Pasal 54 ayat 3 UUPK dikatakan bahwa putusan yang dijatuhkan majelis BPSK bersifat final dan mengikat. Walaupun demikian, para pihak yang tidak setuju atas putusan tersebut dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri untuk diputus. Konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha dan menyelesaikan sengketanya di peradilan umum. Dalam bagian ini sengketa konsumen yang dibahas dibatasi pada sengketa perdata. Masuknya suatu sengketa atau perkara ke depan pengadilan bukanlah karena kegiatan sang hakim, melainkan karena inisiatif dari pihak yang bersengketa dalam hal ini penggugat baik itu pelaku usaha ataupun konsumen. konsumen. Pengadilan yang memberikan pemecahan atas hukum perdata 107 Shidarta, Op.Cit., hlm. 165. Universitas Sumatera Utara yangtidak dapat bekerja di antara pihak secara sukarela. 108 Dalam hubungan iniSatjipto Raharjo mengatakan bahwa “pembicaraan mengenai bekerjanyahukum dalam hubungan dengan proses peradilan secara konvensionalmelibatkan pembicaraan tentang kekuasaan kehakiman, prosedur berperkaradan sebagainya”. 109 Istilah prosedur berperkara didahului dengan pendaftaran surat gugatan di kepaniteraan perkara perdata di pengadilan negeri. Sebelumnya, itu berarti surat gugatan harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu secara teliti dan cermat. Dalam kasus perdata di Pengadilan Negeri, pihak konsumen yang diberikan hak untuk mengajukan gugatan. Rumusan Pasal 46 ayat 1 UUPK yang menyatakan bahwa setiap gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh : 110 a Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan b Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama c Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. d Pemerintah danatau instansi terkait apabila barang danatau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. Pada klasifikasi kedua huruf b, gugatan dapat dilakukan oleh sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama. Ketentuanini harus dibedakan dengan gugatan yang mewakilkan kepada orang lainseperti diatur dalam Pasal 123 ayat 1 HIR. Penjelasan Pasal 46 menyebutkangugatan 108 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit. hlm.175. 109 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Bandung : Angkasa, 1986, hal.70. 110 Ibid., hlm.177. Universitas Sumatera Utara kelompok ini dengan istilah class action. Gugatan perwakilan atau gugatankelompok class action dimungkinkan bagi sejumlah konsumen yangmemiliki keluhan-keluhan serupa similar complaints pada suatu saat, daripada menempuh proses atau acara yang terpisah satu sama lainnya. 111 Kemudian klasifikasi ketiga huruf c, adalah lembaga swadaya masyarakat dipakai istilah “lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat” yang berkaitan dengan legal standing. Terminologi legal standing terkait dengan konsep locus standi atau prinsip persona standi judicio the concept of locus standi, yaitu seorang yang mengajukan gugatan harus mempunyai hak dan kualitas sebagai penggugat. Kata seseorang di sini memperluas pada badan hukum. Badan hukum rechtspersoon, legal entities, corporation sebagai subjek penggugat ataupun tergugat bukanlah hal yang sama sekali baru. 112 Dalam hukum perlindungan konsumen yang dikaitkan dengan aspek perjanjian dalam hukum keperdataan merupakan faktor yang sangat penting, walaupun bukan faktor mutlak yang harus ada. Dalam perjalanan sejarah hukum Jadi, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang dimaksud dengan klasifikasi ketiga di atas harus memenuhi syarat sebagai badan hukum,memiliki Anggaran Dasar yang menyebutkan bahwa organisasi tersebut untukkepentingan perlindungan konsumen, dan telah melaksanakan kegiatan sesuai Anggaran Dasar tersebut. 111 Yusuf Shofie, Op.Cit., hlm. 80. 112 Ibid., hlm. 91-92. Universitas Sumatera Utara perlindungan konsumen, pernah ada suatu kurun waktu yangmengangap unsur perjanjian mutlak baru ada lebih dulu, barulah konsumen dapat memperoleh perlindungan yuridis dari lawan sengketanya. 113 Gugatan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran atau kerugian yang dialami konsumen akibat ulah pelaku usaha diajukan berdasarkan pelanggaran atas Pasal 19 UUPK, sehingga beban pembuktian ada pada pihak produsen berdasarkan asas tanggung jawab mutlak strict liability. Bila gugatan diajukan berdasarkan atas pelanggaran pelaku usaha terhadap ketentuan-ketentuanyang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1365 tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Pasal 1234 tentang Ingkar Janji, maka pembuktian harus dilakukan oleh konsumen sebagai penggugat, hal ini akan memberatkan konsumen. Pasal 19 ayat 1 UUPK menentukan “Pelaku usaha bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”. 114 113 Shidarta, Op.Cit., hlm.101. 114 Abdul Halim Barkatullah, Op.Cit., hlm.81. Jika tidak dipenuhinya perjanjian sesuai Pasal 1234 tersebut akibat lalai memenuhi perjanjian maka pelaku usaha dapat dimintai penggantian biaya, rugi dan bunga oleh konsumen sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata. Hal ini berkaitan jika pelaku usaha gagal membuktikan tidak adanya unsur kesalahan, maka gugatan ganti rugi penggugat akan dikabulkan dalam hal memiliki alasan yang sah menurut hukum. Universitas Sumatera Utara Demikian adapun Penyelesaian sengketa di Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo adalah melalui Penyelesaian di Luar Pengadilan, karena untuk sampai saat ini Perusahaan Air Minum Aqua belum sampai bersengketa Melalui Proses Pengadilan. Maka Penyelesaian sengketa yang dilakukan di Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo masih dilakukan di Luar Pengadilan. 2. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Untuk mengatasi keberlikuan proses pengadilan, UUPK memberi jalan alternatif dengan menyediakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa kosumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadinya kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. 115 Ini berarti penyelesaian di pengadilan pun tetap dibuka setelah para pihak gagal menyelesaikan sengketa mereka di luar pengadilan. Konsumen yang ingin menyelesaikan sengketa konsumen dengan cara non-pengadilan bisa melakukan alternatif resolusi masalah atauAlternative Dispute ResolutionADR ke Badan walaupun tidak akan menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Di dalam Pasal 45 ayat 4 UUPK menyebutkan “jika telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya itu dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.” 115 Pasal 47 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Universitas Sumatera Utara Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK, Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM, Direktorat Perlindungan Konsumen di bawah Departemen Perdagangan, atau lembaga-lembaga lain yang berwenang.Di Indonesia, ADR mempunyai daya tarik khusus karenakeserasiannya dalam sistem sosial budaya tradisional berdasarkan musyawarah mufakat. Beberapa hal di bawah ini merupakan keuntungan yang sering muncul dalam ADR, yaitu : 116 a. Sifat kesukarelaan dalam proses. b. Prosedur yang cepat : 1 keputusan nonyudisial 2 kontrol tentang kebutuhan organisasi 3 prosedur rahasia confidential 4 fleksibilitas dalam merancang syarat-syarat penyelesaian masalah 5 hemat waktu 6 hemat biaya 7 pemeliharaan hubungan 8 tingginya kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan 9 kontrol dan lebih mudah memperlihatkan hasil 10 keputusan bertahan sepanjang waktu Dalam penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan ini, yang dimaksud dengan di luar pengadilan dapat berupa upaya perdamaian diantara mereka yang bersengketa dan juga termasuk penyelesaian melalui BPSK. Pada prinsipnya PT. Tirta Sibayakindo dalam setiap tahap proses penyelesaian sengketa, selalu diupayakan pendekatan yang ditempuh untuk menyelesaikannya secara damai di antara kedua belah pihak yang bersengketa. Perundingan dilakukan secara kekeluargaan atau musyawarah untuk memperoleh 116 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlidungan Konsumen, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 184. Universitas Sumatera Utara kesepakatan, baik mengenai teknik maupun penyelesaian sengketa konsumen, demikian juga bentuk dan besarnya jumlah ganti rugi, sehingga keputusan yang diambil saling menguntungkan win win solution yang diharapkan dapat memuaskan bagi para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada pasal 45 ayat 2 UUPK tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaiansecara damai oleh para pihak yang bersengketa. Yang dimaksud denganpenyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh keduabelah pihak yang bersengketa pelaku usaha dan konsumen tanpa melaluipengadilan atau BPSK, dan tidak bertentangan dengan UUPK. Penyelesaian sengketa secara damai membutuhkan kemauan dankemampuan berunding untuk mencapai penyelesaian sengketa secaradamai. Memang sangat diperlukan waktu dan tenaga yang lebih banyakdalam upaya ini disamping kesabaran. Faktor-faktor internal sepertikepribadian, gengsi atau apa yang disebut kehormatan perlu mendapatkanperhatian khusus. 117 Dengan penyelesaian sengketa secara damaidimaksudkan penyelesaian sengketa antar para pihak dengan atau tanpa kuasa atau pendamping bagi masing-masing pihak melalui cara-cara damai. Perundingan secara musyawarah dan mufakat antar para pihak yang bersangkutan juga. 118 117 Az. Nasution, Op.Cit., hlm. 224. 118 Ibid., hlm. 225. Penyelesaian sengketa dengan cara ini disebut pula sebagai penyelesaian secara kekeluargaan. Universitas Sumatera Utara Dengan penyelesaian sengketa secara damai ini sesungguhnya ingindiusahakan bentuk penyelesaian yang mudah, murah dan relatif cepat. Dasar hukum penyelesaian tersebut terdapat pula dalam KUH Perdata Indonesia Buku Ke-III, Bab 18, Pasal 1851-1854 tentang perdamaian atau dading dan dalam Pasal 45 Ayat 2 jo.Pasal 47 UUPK.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Tanggung Jawab Media Penyiar Iklan Terhadap Konsumen Sesuai Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 126

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 11

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 1

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 19

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 19

Tanggung Jawab Perusahaan Air Minum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo Berastagi)

0 0 3

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN ATAS DISTRIBUSI AIR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA PANGKALPINANG DI TINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 14

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB PT POS INDONESIA CABANG SEMARANG TERHADAP KONSUMEN POS EXPRESS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI

0 1 9