13
Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu: 1.
Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi.
2. Benih bermutu dan berlabel.
3. Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
spesifik lokasi. 4.
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu PHT. Komponen teknologi pilihan dalam PTT yaitu:
1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit
per lubang. 2.
Peningkatan populasi tanaman. 3.
Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah.
4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,
5. Pengendalian gulma
6. Panen tepat waktu,
7. Perontokan gabah sesegera mungkin.
2.4. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Adopsi Teknolologi Budidaya
Dalam mengadopsi suatu inovasi tentunya akan dipengaruhi oleh faktor- faktor tertentu antara lain oleh factor-faktor intern atau faktor dari dalam diri
seseorang mencakup segi social dan ekonominya. Soekartawi 1988 mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan apakah seseorang menolak
atau menerima suatu inovasi banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan
Universitas Sumatera Utara
14
yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut misalnya pendidikan, pengalaman, umur dan sebagainya.
Faktor intern yaitu yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh
yang dating dari luar. Sehubungan dengan golongan masyarakat yang ditinjau dari kecepatan mengadopsi inovasi, beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
seseorang untuk mengadopsi inovasi antara lain:
2.4. 1. Umur Petani
Makin tua petani, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk
lebih cepat mengetahui dan melaksanakan inovasi tersebut walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman.Umur produktif seorang petani adalah antara 22-55
tahun. Menurut Hasyim2006, umur petani adalah salah satu faktor yang
berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melakukan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meliha aktvitas seseorang bekerja bilamana
kondisi umur masih prokduktif maka kemungkinan seseorang dapat bekerja secara maksimal.
Petani yang berusia lanjut sekitar 50 ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir,
cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap teknologi baru dan inovasi, semakin mudah umur petani, maka semakin tinggi semangat
mengetahui hal baru sehingga dengan demikian mereka dengan cepat melakukan adopsi walau mereka sebenanya belum bepengalaman soal adopsi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
15
2.4.2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju pengguna praktek pertanian
yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi Arifin, 2005.
Menurut Hasyim 2006, tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani
menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Menurut Mardikanto 1994, bahwa di dalam proses adopsi teknologi baru
akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena adopsi teknologi akan dapat
berkembang dengan cepat bila petani mempunyai dasar pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Pendidikan formal petani dapat diperoleh melalui
sekolah-sekolah formal yang pernah dialami petani.
Pendidikan formal menurut Soekartawi 1988 merupakan sarana belajar dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
inovasi. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka semakin tinggi penerapan inovasi budidaya padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
16
2.4.3. Lama Berusahatani
Pengalaman bertani juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan berinovasi. Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah
menerapkan inovasi dibandingkan dengan yang masih pemula dalam berusahatani.
Menurut Soekartawi 1999, pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani
akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh,
demikian pula penerapan teknologi. Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya
berusahatani dapat dijadikan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik di waktu mendatang
Hasyim, 2006.
2.4.4. Luas Lahan
Luas lahan akan berpengaruh pada sakla usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian , maka semakin berkurang upaya melakukan
tindakan yang mengarah pada segi efisiensi. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunan faktor produksi semakin baik, sehingga
usaha pertanian seperti ini lebih efektif. Meskipun demikian lahan yang terlalu sempit cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. Petani yang
mempunyai lahan yang lebih luas akan lebih susah menerapkan inovasi dibanding petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efesiensi dalam
penggunaan sarana produksi.
Universitas Sumatera Utara
17
2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin sulit dalam menerapkan teknologi karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga relatif
juga akan tinggi. Mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi yang diterapkan tersebut tidak berhasil.
Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya.
Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya
Hasyim, 2006. Aktivitas yang dimaksud adalah perubahan cara berusahatani yaitu dengan mengadopsi teknologi yang dianjurkan dan meninggalkan kebiasaan
sebelumnya. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup
yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani Soekartawi, 1999.
Universitas Sumatera Utara
18
2.5. Penelitian Terdahulu