41
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Pada Budidaya Pasi Sawah
Tingkat adopsi merupakan banyaknya komponen paket teknologi anjuran oleh PPL yang diterapkan atau tidak diterapkan oleh petani dalam teknologi
budidaya jagung.
Tabel 5.1. Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi di Desa
Percut
Uraian Skor Tingkat Adopsi
Jumlah Rendah
Sedang Tinggi
Jumlah Sampel
3 6
21 30
Persentase 10
20 70
100
Sumber : Lampiran 2, diolah 2016 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 30 sampel, 3 orang 10 petani
sampel tingkat adopsinya rendah, 6 orang 20 petani sampel tingkat adopsinya sedang, dan 21 orang 90 petani sampel tingkat adopsinya tinggi. Secara
keseluruhan diperoleh skor rata-rata 8,133 atau 81,33. Artinya tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan di daerah penelitian adalah tinggi.
Dengan demikian hipotesis 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah menerapkan teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan dengan baik. Hal ini
disebabkan oleh bahwa PPL didaerah penelitian aktif dalam kegiatan sosialisasi teknologi.
Universitas Sumatera Utara
42
5.2. Hubungan Faktor–Faktor Sosial Ekonomi Petani Pada Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Padi Sawah
Tingkat adopsi petani terhadap suatu teknologi selalu dihubungkan dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani itu sendiri, yang meliputi umur petani, tingkat
pendidikan, lama bertani, luas lahan,jumlah tanggungan keluarga dan sumber modal usahatani. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan masing-
masing faktor sosial ekonomi petani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya padi sawah maka digunakan pengujian dengan analisis
korelasi Chi – Square secara parsial.
5.2.1 Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat produktivitas seseorang dalam bekerja, karena dengan kondisi umur yang masih produktif maka
akan memungkinkan seseorang untuk bekerja lebih maksimal dan lebih baik. Hubungan umur terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya padi
sawah dapat dilihat pada hasil SPSS seperti berikut.
Universitas Sumatera Utara
43
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Pearson Chi-Square 1.106
a
4 .893
Likelihood Ratio 1.482
4 .830
Linear-by-Linear Association .003
1 .960
N of Valid Cases 30
a. 7 cells 77,8 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.
Dari output diperoleh nilai Chi-square sebesar 1, 106 dengan signifikansi sebesar 0,893
. Nilai signifikansi lebih besar α 5 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H
diterima dan H
1
ditolak : artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya
padi sawah. Hal ini disebabkan karena rata-rata umur petani di daerah penelitian adalah umur yang telah mencapai masa tidak produktif sehingga sulit untuk
menerima inovasi baru. Berdasarkan penelitiaan Gultom, 2008 diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat adopsi petani
pada teknologi karena rata-rat umur petani sampel sudah tidak produktif.
Universitas Sumatera Utara
44
5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan memperlihatkan tingkat pengetahuan serta wawasan petani itu sendiri, dimana pada akhirnya akan
mempengaruhi para petani dalam mengadopsi teknologi yang tepat dalam kegiatan usahatani mereka nantinya. Hubungan antara tingkat pendidikan dapat
dilihat pada hasil SPSS berikut :
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Pearson Chi-Square 30.544
a
4 .000
Likelihood Ratio 31.554
4 .000
Linear-by-Linear Association 11.571
1 .001
N of Valid Cases 30
a. 8 cells 88,9 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.
Dari output diatas diperoleh nilai Chi-square sebesar 30,544 dengan nilai signifikansi 0,000
. Nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α 5 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima : artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani
dalam teknologi budidaya padi sawah. Semakin tinggi pendidikan seorang petani maka daya serap dan adopsi petani terhadap suatu teknologi akan semakin tinggi
pula.Rata-rata pendidikan petani adalah SMP, maka keinginan petani untuk belajar akan teknologi baru juga akan semakin tinggi
.
Tingkat pendidikan formal petani akan menunjukkan pengtahuan serta wawasan yang luas untuk petani
Universitas Sumatera Utara
45
menerapkan apa yang diperolehnya umtuk peningkatan usahataninya Hasyim 2006 dan ada hubungan nyata anatara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi
petani terhadap teknologi budidaya Sidauruk 2015
5.2.3. Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah
Pengalaman petani dalam mengelola usahatani berbeda-beda. Oleh karena itu pengalaman dalam berusahatani umumnya juga dapat berhubungan dengan
tingkat adopsi petani terhadap penerapan teknologi budidaya padi sawah. Hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap
teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat dari hasil SPSS berikut :
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Pearson Chi-Square 4.673
a
4 .322
Likelihood Ratio 5.483
4 .241
Linear-by-Linear Association .005
1 .946
N of Valid Cases 30
a. 7 cells 77,8 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.
Dari output diperoleh nilai Chi-square sebesar 4,673 dengan nilai signifikansi 0,322
. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 5 0,05. Dengan
Universitas Sumatera Utara
46
demikian dapat disimpulkan bahwa H diterima dan H
1
ditolak : artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bertani terhadap tingkat adopsi petani
terhadap teknologi budidaya padi sawah. Berdasarkan penelitian Voldo Sidauruk 2015 lama bertani ternyata tidak menjamin seorang petani untuk mengadopsi
suatu teknologi.
5.2.4. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah
Luas lahan yang dikelola oleh petani mempunyai hubungan terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Hubungan antara
luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat pada pengujian SPSS berikut :
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Pearson Chi-Square 28.135
a
4 .000
Likelihood Ratio 25.842
4 .000
Linear-by-Linear Association 8.205
1 .004
N of Valid Cases 30
a. 7 cells 77,8 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.
Dari output diperoleh bahwa nilai Chi-square sebesar 28.135dengan signifikansi sebesar 0,000
. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 5 0,05. Dengan demikian maka H
ditolak dan H
1
diterima : artinya ada hubungan yang
Universitas Sumatera Utara
47
signifikan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Luas lahan secara parsial mempunyai hubungan yang nyata
terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya Sidauruk 2015
5.2.5. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah
Jumlah tanggungan keluarga seringkali dihubungkan dengan tingkat adopsi petani terhadap suatu teknologi. Hubungan antara jumlah tanggungan
keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat dari hasil pengujian SPSS berikut:
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. 2- sided
Pearson Chi-Square 6.750
a
4 .150
Likelihood Ratio 8.131
4 .087
Linear-by-Linear Association 3.612
1 .057
N of Valid Cases 30
a. 7 cells 77,8 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.
Dari output diperoleh nilai Chi-square sebesar 6,750 dengan signifikansi 0, 150
. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H
diterima dan H
1
ditolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi petani
terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian. Menurut penelitian
Universitas Sumatera Utara
48
Lampos Gultom 2008, tidak ada pengaruh anatara faktor sosial dengan tingkat adopsi teknologi budidaya anjuran dan Sidauruk 2015, jumlah tanggungan
keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan