8
2.2. Tingkat Adopsi
Pengertian adopsi sering rancu dengan adaptasi yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian,
tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi,
benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang baru inovasi, yaitu menerima sesuatu yang baru yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain
penyuluh. Tingkat adopsi dapat diartikan sebagai tingkat penerapan atau penggunaan
suatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi umumnya adalah penyuluhan. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi yang diterima Levis, 1996.
Terdapat 5 tahapan proses penerimaan inovasi yang dilalui sebelum bersedia menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu :
1. Sadar adalah seseorang belajar tentang ide baru. Dia hanya mempunyai
pengetahuan umum mengenai ide tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus akan ide yang akan diterapkannya tersebut.
2. Tertarik adalah tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin
mendapatkan informasi yang lebih banyakdan lebih detail. 3.
Penilaian adalah menilai semua informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru baik untuknya.
Universitas Sumatera Utara
9
4. Mencoba, apabila seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide
tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas.
5. Adopsi adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau keunggulan ide
baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena:
a. Memiliki keuntungan bagi petani
b. Sesuai dengan nilai-nilai sosial atau adat di daerah setempat
c. Tidak sulit dan rumit
d. Dapat di coba dalam skala kecil
e. Mudah diamati Ginting, 2002.
Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,
pengalaman pribadi, tekanan dalam kelompoknya serta sikap dan kondisi petani pada saat inovasi terssebut diperkenalkan. Menurut para pakar sosiologi menurut
kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan menjadi 5 macam yaitu :
1. Inovator adalah orang yang berpikir menerapkan inovasi dalam
berusahataninya. 2.
Penerap Dini early adopters adalah sejumlah petani yang mengikuti inovator. 3.
Penerap mayoritas awal early majority adalah petani lebih cepat menerima inovasi
4. Penerap mayoritas akhir late majority adalah petani yang lambat menerima
inovasi
Universitas Sumatera Utara
10
5. Kelompok Penentang laggard adalah sekelompok petani yang tidak mau
menerima inovasiteknologi atau praktek-praktek yang baru Suhardiyono, 1992.
Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Hal ini pada umumnya karena tingkat
kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan
kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui
penarikan minat, mudah dan dapat dipercaya, peragaan disertai dengan sarana, serta saat dan tempatnya harus tepat Sastraadmadja, 1993.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberhasilan agen pembahuruan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi
dengan kerja usaha yang akan ia lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi maka proses adopsinya juga
akan semakin cepat Sastria Negara, 2000. Peran media komunikasi menjadi sangat penting terutama dalam proses
pendekatan dalam menyampaikan suatu maksud agar dapat diterima oleh masyarakat petani. Sukses atau gagalnya serta untung atau ruginya hasil-hasil
pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh para petani Ginting, 2002
Universitas Sumatera Utara
11
2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah