Tenaga Kerja di Pedesaan

commit to user terletak antara ‘full employment’ dan sama sekali menganggur. Pengertian yang dipakai ILO adalah : Underemployment adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakan. Konsep ini bisa dibagi dalam : - setengah menganggur yang kentara visible Underemployment : adalah jika seseorang bekerja tidak tetap part time diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam kurun waktu yang lebih pendek daripada biasanya. - setengah menganggur yang tidak kentara invisible Underemployment adalah jika seseorang bekerja secara penuh full time tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendaptan yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh kemampuannya. b. Pengangguran tidak kentara disguised unemployment dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja , tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak memiliki produktivitas dalam pekerjaannya. c. Pengangguran friksional : Adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut. Wirosuhardjo,1986:209. Dari uraian tentang jenis pengangguran di atas, maka jika dikaitkan dengan kondisi angkatan kerja di pedesaan dapat dijelaskan bahwa angkatan kerja pedesaan yang sebagian besar bekerja di dalam sektor pertanian termasuk dalam keadaan pengangguran friksional dimana dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Hal ini didasarkan pada waktu kerja yang mereka gunakan dalam kegiatan produksi tersebut. Dimungkinkan akan banyak waktu yang tersisa atau waktu yang senggang yang di mana mereka tidak menggunakan waktu mereka untuk bekerja secara optimal yaitu waktu diantara musim tanam dan musim panen. Pada waktu musim panen dan musim tanam mereka menggunakan waktu mereka secara optimal di sektor pertanian, namun waktu di musim lain mereka dipastikan tidak melakukan kegiatan ekonomi. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak memiliki produktivitas dalam pekerjaannya.

8. Tenaga Kerja di Pedesaan

commit to user Angkatan kerja Indonesia sebagian besar berada di daerah pedesaan. Lapangan kerja di pedesaan yang dapat menampung tenaga kerja sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Namun sektor pertanian semakin hari semakin menunjukan keterbatasannya dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan lahan yang dapat dioleh untuk pertanian semakin terbatas. Para petani kaya yang selama ini bisa memperkerjakan banyak buruh tani mulai bersikap komersial, mereka berusaha memperoleh keuntungan maksimal dengan cara mengurangi biaya panen atau biaya lainnya. Pelaksanakan berbagai program pemerintah dalam upaya memajukan daerah pedesaan dengan menggalakkan penggunaan teknologi baru, baik sistem produksi maupun organisasi, lambat laun cenderung menggeser kedudukan teknologi dan pranata sosial tradisional yang selama ini menjadi tonggak kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan Tadjudin Noer effendi 1995 : 175. Hal ini lebih banyak menguntungkan para petani kaya dan lebih banyak sisi buruknya bagi petani kecil dan buruh tani. Hal ini pun menyebabkan adanya hubungan yang mulai renggang antara petani kaya dan petani kecil. Menurut Coller dkk, 1974 dalam Tadjudin Noer Effendi,1995:9175 perubahan itu dimungkinkan karena berubahnya dari sistem bawon ke tebasan. Berubahnya penggilingan padi dari tumbuk ke huller. Berubahnya sistem garapan yang dulunya menerapkan sistem maro beralih ke sistem kedokan ceblokan 1 . Perubahan–perubahan itu telah memperkecil kemungkinan buruh tani untuk melibatkan diri dalam kegiatan pertanian. Penanggulangan masalah di atas rasionalnya adalah membuka kesempatan kerja yang bersifat padat karya. Pengembangan industri kecil pedesaan dan industri rumah tangga nampaknya perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini juga harus diimbangi dengan antusiasme warga masyarakat dalam berusaha menciptakan kesempatan kerja sendiri dengan jalam menjual jasa ataupun mereka bekerja untuk menjadi buruh di kota. Gejala ini begitu nampak dengan besarnya arus urbanisasi dari desa ke kota. Mengkaji permasalahan tersebut maka terjadi suatu pergeseran pekerja dari sektor pertanian menuju sektor yang lain di 1 Suatu bentuk hubungan kerja dimana buruh panen mengerjakan pekerjaan tambahan di sawah pemilik lahan tanpa mendapat upah, dengan harapan bila panen tiba ia berhak menuai padi. 25 commit to user pedesaan. Di daerah pedesaan sektor primer atau pertanian yang memegang peranan penting mulai berkurang perannya dalam menampung tenaga kerja namun dibarengi dengan kenaikan proporsi pada pekerja di sektor tersier dan sekunder. Keadaan ini lebih disebabkan karena adanya tekanan-tekanan di sektor primer sendiri. Dengan adanya penggunaan teknologi baru dan mekanisasi di bidang pertanian memaksa sektor ini lebih menekan penggunaan tenaga kerja. Dan sebaliknya sektor tersier dan sekunder mulai berkembang dan salah satunya yaitu sektor informal. Industri yang mulai berkembang sebagai salah satu sektor di luar sektor pertanian, pada awalnya masih merupakan bentuk industri yang padat modal sehingga masih belum dapat diandalkan untuk menampung kelebihan tenaga kerja akibat menurunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer sebelumnya. Begitu juga dengan bentuk industri yang berkembang di perkotaan juga masih merupakan jenis industri padat modal. Hal ini tidak membawa keberuntungan bagi warga migran dari desa ke kota. Industri jenis industri ini kebanyakan membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan dan berkeahlian tinggi. Selain itu juga menggunakan teknologi yang maju dan menuntut ketrampilan khusus untuk mengoperasikannya. Tetapi kenyataan berbicara bahwa pekerja migran dari desa ke kota kebanyakan merupakan pekerja yang mempunai tingkat pendidikan rendah dan kualias kerja yang rendah. Karena kondisi ini membawa masalah baru bagi kehidupan di kota maupun bagi kehidupan migran tersebut. Faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya proporsi pekerja di sektor primer atau pertanian adalah berkaitan dengan perubahan aspirasi generasi muda pedesaan, terutama yang berpendidikan. Kecenderungan enggan bagi mereka untuk bekerja di sektor pertanian, karena menganggap bahwa bekerja di sektor pertanian mempunyai status yang rendah, dan lebih memilih untuk bekerja pada sektor sekunder ataupun tersier. 9. Kaitan Industri Kecil dan Sektor informal Rumah Tangga dalam Penyerapan Tenaga Kerja. Timbulnya sektor informal di desa tidak terlepas dari latar belakang commit to user sejarah perekonomian tradisional yaitu perekonomian pedesaan yang sebagian besar didasarkan pada struktur pertanian dan pola bercocok tanam sederhana. Karena rendahnya upah tenaga kerja di sektor pertanian dan semakin menyempitnya lahan pertanian di pedesaan maka banyak tenaga kerja yang memiliki alternatif untuk urbanisasi dan bekerja di sektor non pertanian. Sepertinya dari tahun ke tahun penyediaan kesempatan kerja pada sektor pertanian mengalami kemunduran, sedangkan pada sektor non pertanian menunjukkan kenaikan. Dalam hubungan ini ternyata sebagian besar angkatan kerja terserap pada sektor informal. Angkatan kerja yang merupakan bagian dari tenaga kerja dimana tenaga kerja itu sendiri mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga Simanjutak 1985:2. Dengan demikian tidak semua penduduk digolongkan sebagai tenaga kerja, sebab diantara penduduk tersebut ada yang kurang mampu memproduksi barang atau jasa misalnya anak-anak di bawah usia kerja, orang yang lanjut usia atau jompo. Secara praktis pengertian tenaga kerja hanya dilihat dari segi umur dan melihat batas umur. Maka secara praktis pula dapat ditentukan golongan tenaga kerja dan bukan golongan tenaga kerja. Di setiap negara batas umur tenaga kerja ini tidak sama. Di Indonesia dipilih batas umur 15 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan memperhatikan hal tersebut maka kesekuruhan penduduk bila dilihat dari struktur ketenagakerjaan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu : penduduk usia kerja working age population dan penduduk di luar usia kerja non working age population. Namun dari pengertian itu tidak semua tenaga kerja berpartisipasi aktif dalam pekerjaan atau kegiatan produktif. Hanya sebagian dari mereka yang sesungguhnya terlibat. Mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan produktif disebut bukan angkatan kerja non in the labour force. Sedangkan mereka yang terlibat dalam pekerjaan atau usaha produktif disebut angkatan kerja labour force Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang sedang mencari pekerjaan atau menganggur. Golongan yang bekerja yaitu orang- 27 commit to user orang yang sudah aktif dalam kegiatannya dalam proses produksi guna menghasilkan barang atau jasa. Jumlah orang yang terserap dalam suatu pekerjaan tergantung dari besarnya permintaan demand dalam masyarakat. Sedangkan besar kecilnya permintaan tenaga kerja dipengaruhi antara lain oleh aktvitas ekonomi maupun tingkat upah. Permintaan tenaga kerja ini dapat datang dari sektor formal maupun informal. Sektor informal yang umumnya dipandang sebagai pekerjaan yang inferior, ternyata mempunyai banyak bidang usaha satu diantaranya adalah bidang usaha industri dan salah satunya pelaku di bidang usaha industri adalah industri kecil kerajinan. Industri kecil kerajinan dalam usahanya mempunyai beberapa karakteristik dasar diantaranya yaitu : tidak memiliki izin usaha, modal dari keluarga sendiri, tenaga kerja kebanyakan dari keluarga sendiri, waktu yang digunakan tidak pernah teratur. Beberapa karakteristik ini dapat mempengaruhi permintaan maupun penawaran angkatan kerja untuk memasuki kerja yang terserap oleh sektor informal. Oleh karenanya kaitan antara sektor informal dan penyerapan angkatan kerja dapat dikemukakan sebagai berikut : a. persyaratan masuk. Angkatan kerja mudah terserap pada sektor informal, alasan ini karena sektor informal memberi kebebasan masuk maupun keluar kerja kepada angkatan kerja tanpa adanya persyaratan. Persyaratan seperti yang diberlakukan pada sektor informal. Akibatnya bagi angkatan kerja yang berminat atau tertarik untuk memasuki kerja di sektor informal langsung dapat terserap sesuai dengan jenis yang diminati. b. Waktu kerja. Dari segi waktu kerja sektor ini memberikan kebebasan waktu kepada angkatan kerja. Dengan adanya kebebasan waktu kerja ini angkatan kerja akan lebih fleksibel untuk menjalankan usahanya sehingga bagi siapapun yang memasuki sektor ini dapat memilih waktu yang diinginkan. c. Umur kerja. Secara relatif bekerja pada sektor informal tidak ada batas umur yang mengikat seperti yang diberlakukan pada sektor formal. Siapapun yang berminat memasuki sektor ini dalam usia berapapun dapat membuka dan menjalankan usahanya. commit to user d. Jenjang pendidikan. Bagi angkatan kerja yang mempunyai pendidikan formal terbatas rendah, tentunya akan sulit memasuki kerja di sektor formal. Oleh karena itu sektor informal menawarkan kesempatan kerja kepada angkatan kerja yang berminat memasukinya. Dari berbagai kelebihan-kelebihan sektor informal di atas maka keberadaan sektor informal mempunyai pengaruh yaitu : 1 mempunyai kemampuan untuk menyerap tenaga kerja atau angkatan kerja. Hal ini mengingat bahwa sektor formal sangat terbatas dalam penyerapan tenaga kerja. 2 Mampu menciptakan lapangan kerja baru. Dari berbagai uraian tentang sektor informal maka dapat disimpulkan bahwa sektor ini memberi andil dan ikut berperan dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan dasar mengenai proses pembangunan ekonomi dan perubahan sosial. Dalam rangka mengemban misi pemerataan pembangunan di era otonomi daerah, maka sudah selayaknya bila kebijakan ekonomi mengarah pada pemerataan kesempatan berusaha di sektor industri kecil pedesaan dan sektor informal. 29 commit to user

B. Penelitian yang Relevan