commit to user lebih dalam dengan melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Industri kecil
Kerajinan Gitar dalam Upaya Penyerapan Tenaga Kerja studi kasus pada masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
B. Rumusan Masalah
Setelah mempelajari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Mengapa Masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan Industri kecil kerajinan gitar?
2. Bagaimana Kontribusi Industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga kerja yang ada di Desa Ngrombo Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo ?
3. Bagaimana cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya Industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui alasan Masyarakat Desa Ngrombo mengembangkan Industri kecil kerajinan gitar.
2. Untuk mengetahui kontribusi Industri kecil kerajinan gitar dalam menyerap tenaga kerja yang ada di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten
Sukoharjo. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang menghambat jalannya
Industri kecil di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan menambah
wawasan, pengalaman, referensi dan pengetahuan bagi pengembangan ilmu ilmu sosial, khususnya dalam bidang kewirausahaan.
commit to user b. Mampu mendorong adanya penelitian sejenis serta bisa digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberi acuan kepada pemerintah dalam mengadakan pelatihan kerja kepada industri kecil kerajinan gitar Desa
Ngrombo sebagai upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pengembangan industri kecil kerajinan gitar di Desa Ngrombo Kecamatanm
Baki, Kabupaten Sukoharjo. b. Dapat memberikan gambaran tentang pengembangan industri kecil kerajinan
gitar sehingga dapat digunakan sebagi acuan perencanaan sosial yang mencakup manfaat usaha dan pengembangan sumber daya manusia terkait
dengan industri kecil kerajinan gitar . 7
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Industri
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang mempunyai penduduk dengan jumlah yang cukup besar. Sebagian masyarakatnya bekerja
pada sektor pertanian. Seiring perkembangan zaman kegiatan utama penduduk pada sektor pertanian mengalami kemajuan yang pesat karena terjadinya
mekanisasi pertanian, akan tetapi dari mekanisasi pertanian tersebut membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap lapangan kerja di sektor pertanian
yaitu makin menyempitnya lapangan kerja ,di samping itu juga dipicu dengan penyempitan lahan pertanian yang disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian ke
industri maupun perumahan penduduk.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soediono 1998:301 :
”..pertambahan luas untuk tanaman pangan tidak dapat diharapkan secara terus menerus, lebih-lebih di Jawa
kejenuhanambang batas untuk pertanian pangan sudah sangat didekati. Bahkan ada perkiraan bahwa luasan itu berkurang
dengan 10.000 ha pertahun, karena tanah berubah penggunaanya untuk pemukiman perluasan kota, aneka prasarana, rekreasi
dan sebagainya...”
Kondisi ini mendorong masyarakat melakukan kegiatan di luar sektor pertanian, dan salah satunya yaitu mengembangkan usaha dalam sektor industri.
Bentuk industri yang berkembang di masyarakat mulai dari home industri dan atau industri kecil sampai pada industri raksasa yang bermodalkan besar.
Soerjono Soekanto 1987:2 mengungkapkan bahwa “manusia secara hakiki bersifat industrial” lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa manusia senantiasa
menggunakan alat-alat untuk mendapatkan makanan dan memenuhi kebutuhannya. Industri yang maju mempergunakan alat-alat dan mesin-mesin
yang lebih rumit dan canggih daripada cangkul, panah dan busur yang dipergunakan warga masyarakat terdahulu untuk memenuhi kebutuhannya.
Manusia tidak hanya merupakan makhluk yang mempergunakan alat-alat, tetapi
commit to user juga membuatnya homo faber. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai
taraf kecerdasan tertentu dan dapat menyerasikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, manusia sebenarnya adalah makhluk yang
cerdas homo sapiens dan juga makhluk industrial homo industrialis. Sebenarnya kata industri berasal dari bahasa latin industria yang berarti
ketrampilan dan penuh sumber daya; dengan demikian manusia industrial merupakan makhluk yang terampil dan penuh sumber daya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa secara etimologis industri senantiasa dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan bantuan alat-alat tertentu. Dalam
perkembangannya industri diartikan sebagai kegiatan produksi untuk menghasilkan barang atau jasa.
Istilah industri itu sendiri memiliki beberapa pengertian. Industri menurut Soerjono Soekanto 1987:1 adalah “penerapan cara-cara yang kompleks dan
canggih terhadap produksi itu, yang secara emplisit berarti penggunaan mesin- mesin, dipergunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi”.
Pengertian yang lain tentang industri dikemukakan oleh Dumairy 1996:227 “industri mempunyai dua arti, pertama industri dapat berarti himpunan perusahaan
sejenis”. Dalam konteks ini bisa diartikan misalnya industri kosmetika, berarti himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetik, industri tekstil
mempunyai maksud himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Lebih lanjut lagi Dumairy mengartikan industri sebagai “sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat
kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi” dalam hal ini industri bertujuan menambah nilai guna suatu barang
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Direktorat Jendral Industri Kecil 1984:4 memberikan pengertian
tersendiri tentang industri, “industri merupakan usaha untuk memproduksi barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah
besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan serendah mungkin dengan mutu setinggi mungkin”. Sedangkan menurut UU RI No 5 tahun
1984 tentang perindustrian menyebutkan bahwa “industri merupakan kegiatan eknomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi menjadi
commit to user barang yang lebih tinggi penggunaannya termasuk kegiatan usaha rancang bangun
dan rekayasa industri”. Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa industri merupakan unit usaha produksi dengan tujuan untuk mengubah nilai guna suatu
barang dan meningkatkan manfaat barang tersebut. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan
produktif atau kegiatan untuk menghasilkan barang yang lebih tinggi nilainya. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Untuk mengetahui secara lebih jelas tentang konsep industri, maka diperlukan juga penjelasan mengenai klasifikasi industri terutama yang berada di
Indonesia.
2. Klasifikasi Industri
Berbagai macam industri terdapat dalam kehidupan masyarakat, untuk itulah diperlukan penggolongan dan pengklasifikasian industri tersebut, yaitu
sebagai berikut. Dumairy 1996:232 mengelompokkan jenis industri berdasarkan sebagai
berikut : 1 pengelompokkan berdasarkan keperluan perencanaan anggaran negara
dan analisis pembangunan pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga sub sektor yaitu :
a Sub sektor industri pengolahan non migas, b Sub sektor pengilangan minyak bumi,
c Sub sektor pengolahan gas alam cair
2 untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri serta berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan ,
Industri Indonesia digolongkan berdasarkan arus produknya menjadi : a industri hulu,
1 Industri kimia dasar, 2
Industri mesin logam dasar dan elektronika, b Industri Hilir ,
1 Aneka industri , 2 Industri Kecil .
Penjelasan mengenai penggolongan industri di atas dapat diuraikan sebagai berikut, sub sektor industri pengolahan non migas yaitu kegiatan industri yang
10
commit to user merubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau
anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mesin atau dengan tangan, baik dibuat di pabrik atau pada
rumah tangga, termasuk perakitan bagian-bagian suku cadang barang-barang industri di pabrik seperti perakitan mobil dan alat elektronik. Sedangkan untuk
sub sektor pengilangan minyak bumi yaitu dimana komoditi minyak bumi yang dicakup di sini adalah semua hasil pengilangan minyak yang dihasilkan oleh
perusahaan pengilangan. Untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri serta berkaitan
dengan administrasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan membagi industri menjadi industri hulu dan industri hilir.
Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya
hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
Industri hulu terbagi menjadi dua yaitu; 1 Industri Kimia Dasar merupakan
industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju,
2 Industri mesin logam dasar dan elektronika, Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi
mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Untuk Industri hilir, yaitu
industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya:
industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
Industri ini dapat dibedakan menjadi : 1 Aneka industri dimana Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam
barang kebutuhan hidup sehari-hari, 2 Industri Kecil
Industri, industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi
sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah gerabah.
Selain itu Burger dalam Dawam Raharjo 1986 : 169 membedakan tiga jenis industri :
1 Industri rumah tangga pedesaan yang umumnya hanya
commit to user pekerjaan sambilan
2 Industri kecil yang sudah memakai sistem kerja upahan
tetapi umumnya belum memakai mesin dengan tenaga kerja kurang dari 50 orang
3 Industri pabrik yang sudah memakai mesin dengan
tenaga kerja lebih dari 50 orang. Ketiga jenis industri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Industri rumah
tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari
anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe tahu, dan industri makanan ringan. Untuk industri kecil dapat dijelaskan sebagai industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,
teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas
berskala lokal. Misalnya: industri kerajinan dan industri makanan ringan. Sedangkan
Industri pabrik yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara
kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan fit
and profer test. Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
Pengelompokan tentang jenis industri yang ada di Indonesia yaitu pembagian jenis industri yang biasa dipergunakan dalam sensus industri adalah
pembagian berdasar jumlah tenaga kerjanya. Klasifikasi industri menurut BPS 2005:228 berdasarkan skala penggunaan tenaga kerjanya dan tanpa melihat
modal usahanya dibagi menjadi 4 yaitu : 1 Industri besar
: pekerja 100 orang lebih 2 Industri sedang
: pekerja 20 – 90 orang 3 Industri kecil
: pekerja 5 – 19 orang 4 Industri Rumah tangga : pekerja kurang dari 5 orang
Source : BPS 2005:228 Dari beberapa pengklasifikasian jenis industri di atas, penulis
12
commit to user menggunakan pengelompokkan tentang jenis industri yang di dasarkan pada skala
penggunaan tenaga kerja sebagai acuannya. Sehingga terdapat empat jenis industri yang terdiri dari industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri rumah
tangga. Berbagai jenis dan pengelompokan industri di atas tentunya akan
membawa pengaruh pada sendi-sendi kehidupan penduduk. Tidak kalah pentingnya perlu dijelaskan juga mengenai menfaat yang didapat dari adanya
pengembangan sektor industri dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat.
3. Manfaat Industri Pedesaan
Kehadiran industri di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan telah membawa perubahan–perubahan sosial yang cukup berarti. Pola mata pencaharian
penduduk pun mengalami perubahan yang cukup signifikan. Berkurangnya kegiatan penduduk dalam sektor pertanian menunjukkan bahwa golongan generasi
muda cenderung meninggalkan kegiatan dalam bidang pertanian. Selain hilangnya kesempatan untuk bekerja sebagai petani karena tanah garapan sudah berkurang
juga adanya kesempatan bekerja di luar sektor pertanian. Ini berarti peluang kerja pada ekonomi bebas meningkat sejalan dengan adanya industri. Jadi dapat
dikatakan bahwa kawasan industri telah membuka lapangan kerja baru bagi penduduk setempat meskipun usaha tergolong kecil. Peluang-peluang ekonomi
yang terbuka bersamaan dengan perkembangan industri tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat sekitar industri pedesaan.
Dengan adanya pengembangan industri banyak manfaat yang didapatkan. Menurut Irsan Azhary 1986:5 manfaat industri adalah sebagai berikut :
a terpenuhinya kebutuhan masyarakat, baik itu sandang, pangan dan papan, b terciptanya lapangan kerja baru, semakin banyak jumlah industri yang
dibangun maka banyak pula tenaga kerja yang diserap terutama pada industri padat karya.
c meningkatkan devisa negara, d dapat meningkatkan pendapatan perkapita,
e dapat ikut serta mendukung pembangunan nasional di bidang ekonomi
terutama sektor industri . Dari berbagai manfaat dari industri dapat dijelaskan kembali bahwa, walaupun
relatif kecil namun keberadaan industri cukup memberikan andil dalam
commit to user peningkatan devisa negara. Dengan berkembangnnya industri, masyarakat
semakin meningkat pendapatan perkapitanya, hal ini dapat terjadi karena masyarakat yang tadinya tidak bekerja terserap dalam sektor industri tersebut. Ini
menunjukkan bahwa dengan adanya industri masyarakat mempunyai peluang yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pada akhirnya
penciptaan lapangan kerja merupakan jawaban dari masalah keterbatasan lapangan pekerjaan yang ada dewasa ini khusunya di daerah pedesaan yang
berkurang kegiatannya di sektor pertanian. Cukup jelas nampaknya uraian mengenai konsep industri yang berkaitan
mengenai pengertian, dan manfaat serta berbagai macam klasifikasi industri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Salah satu bentuk industri yang
berkembang di Indonesia adalah industri kecil pedesaan. Berkaitan dengan hal itu dalam penelitian ini akan lebih difokuskan pada sektor industri kecil yang tumbuh
di wilayah pedesaan.
4. Konsep Industri Kecil
Industri kecil merupakan bagian dari struktur perekonomian Indonesia. Selain industri besar dan sedang, eksistensi industri kecil juga mempunyai
pengaruh yang berarti dalam struktur perekonomian. Keberadaan industri kecil dalam perekonomian Indonesia terutama dalam kaitan penyerapan tenaga kerja
atau pengangguran bisa dikatakan mempunyai pengaruh yang cukup berarti. Sebelum lebih jauh membahas mengenai industri kecil terlebih dahulu
dapat dikemukakan beberapa pengertian dari industri kecil itu sendiri. Industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha yang mempekerjakan antara 5 sampai
dengan 19 orang tenaga kerja Irsan Azhary ,1986:4. Definisi tersebut didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam melakukan kegiatan usaha.
Menurut Undang-Undang No 9 tahun 1995 tentang usaha kecil adalah “kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 1 Milyar
dan memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha paling banyak Rp.200 juta”Mudrajad Kuncoro,2007:365. Pengertian itu
didasarkan pada nilai ekonomis dari kegiatan industri kecil tersebut. Selanjutnya Dawam Rahardjo 1986:144 mengemukakan pengertian industri kecil sebagai
14
commit to user “satuan-satuan industri kecil dengan tenaga kerja 5-19 orang atau kegiatan rumah
tangga yang telah memiliki arti ekonomis”. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa industri kecil merupakan unit usaha yang merupakan
kegiatan ekonomi dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang. Karakteristik industri kecil adalah bahwa industri kecil membutuhkan
modal yang relatif kecil juga, tenaga kerja yang mengerjakan cukup anggota keluarga sendiri, dilakukan di rumah sendiri, peralatan yang digunakan masih
sederhana.
Haryadi dalam
Cristiana Winarsih
2001:30 mengatakan”karakteristik dari usaha kecil yaitu usaha yang
berbasis dirumah dengan kegiatan produksi menyatu dengan rumah tempat tinggal, disamping itu usaha kecil dalam sistemnya juga
masih sangat sederhana”.
Karakteristik industri kecil tersebut karena sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pengganti kegiatan di sektor pertanian dan hanya
untuk mengisi waktu luang atau kosong sebagai upaya untuk menambah penghasilan. Maka pada umumnya persebaran industri kecil ini biasanya terdapat
di daerah pedesaan. ”..ada gejala bahwa kegiatan industri-lokal ini pada galibnya lebih
merupakan aktivitas sambilan atau musiman dengan berpangkal tolak dari kultur tani yang secara tradisional memang berpengaruh terhadap
berbagai faset kegiatan perekonomian Indonesia pada umumnya. Di beberapa tempat kegiatan industri lokal ini bahkan kurang memiliki arti
ekonomis, dalam arti lebih merupakan manifestasi dari tradisi setempat dalam bentuk usaha kerajinan tangan yang semata-mata membantu
kegiatan utama yaitu kegiatan pertanian. Namun sebaliknya dapat dikemukakan pula kenyataan empiris yang justru menampakkan prospek
tumbuh dari industri lokal ini, yaitu dengan mengambil contoh petani- petani Klaten, Jawa Tengah. Dewasa ini mereka memperoleh pendapatan
dari dua sumber utama, yakni pertanian dan usaha kerajinan. Petani- petani Klaten itu sejak beberapa tahun belakangan ini kian menempatkan
usaha pertanian dan kerajinan rumah tangga sebagai dua sumber pendapatan yang sama pentingnya. Padahal, pada mulanya, usaha
kerajinan para petani Klaten itu hanyalah kegiatan sampingan yang dihidupi dengan menginvestasikan surplus produksi dari bidang-bidang
kegiatan pertanian mereka, dan kemudia , secara gradual usaha kerajinan itu semakin mampu menciptakan retainability kekuatan bertahan secara
permanen dalam proses perkembangan selanjutnya” Irsan Azhary,, 1986:52
commit to user Lebih lanjut lagi identitas dan ciri-ciri industri kecil dan rumah tangga
dijelaskan oleh Irsan Azhary 1986:21 sebagai berikut : a dilakukan dirumah
b umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha agraria
c memerlukan banyak tenaga tangan d menggunakan alat-alat dan tenaga sederahana
e pengetahuan yang sangat terbatas f upah sedikit
g membuat barang untuk keperluan sehari-hari.
Namun saat ini telah berkembang industri kecil pedesaan yang menjadi matapencaharian pokok. Seiring dengan menurunnya penyerapan tenaga kerja
pada sektor pertanian karena menyempitnya lahan pertanian, industri kecil mulai melebarkan usaha untuk mengembangkan usahanya.
Kemunculan industri kecil tidak terlepas dari sejarah perindustrian di negara Indonesia. Pada awalnya industrialisasi di Indonesia sudah dimulai pada
masa penjajahan Belanda, tepatnya setelah pemerintah kolonial Belanda mengintrodusir sistem tanam paksa cultivation system pada 1830-an. Pada
periode ini sejumlah industri seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan rokok kretek telah ditemukan. Pada masa Orde Baru arah pembangunan politik
menuju pada industrialisasi. Jadi secara sengaja pemerintah bermaksud merombak struktur ekonomi Indonesia, dari yang berbasis pertanian ke yang berbasis
industri. Menurut Dawam Rahardjo 1986:228 “industrialisasi sendiri dalam implementasinya didasarkan pada 4
argumentasi yaitu, argumentasi keunggulan komparatif, argumentasi keterkaitan industrial, argumentasi penciptaan lapangan kerja dan
argumentasi loncatan teknologi. Negara yang industrialisasinya didasarkan pada penciptaan kesempatan emploiment creation niscaya akan lebih
memprioritaskan pengembangan industri-industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukannnya bertumpu pada
industri-industri yang padat karya dan industri-industri kecil”.
Indonesia sendiri bentuk industri yang berkembang kebanyakan adalah kelompok industri kecil.
Sebagian besar kelompok-kelompok itu muncul secara spontan, yang dirangsang oleh banyaknya bahan baku dan tenaga kerja terampil. Melihat
16
commit to user banyaknya industri-industri yang berkembang terutama industri-industri kecil
dengan sistem kluster atau kelompok dalam satu lokasi yang sama, pemerintah Indonesia berusaha melakukan pembinaan. Melalui lokasi yang sama ini,
perusahaan-perusahaan yang ada di dalam kluster secara mudah bisa memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan. Lokasi yang sama juga akan memudahkan
perusahaan-perusahaan itu berhubungan dengan para suppliers dan buyers. Relasi antar perusahaan yang ada di dalam kluster akan bersifat dinamis manakala
perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya mengadakan aksi bersama joint action. Di dalam aksi bersama itu bukan berarti bahwa semua perusahaan yang
ada di dalam kluster serentak melakukan hal yang sama. Aksi bersama itu bisa dilakukan oleh sekelompok kecil perusahaan. Di dalam proses produksi, misalnya,
ada perusahaan yang melakukan penggarapan sampai setengah jadi, sedangkan proses penyelesaiannya finishing bisa dilakukan oleh perusahaan yang lain.
Dengan demikian, antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain terdapat relasi yang saling menguntungkan.
commit to user http:www.ekonomirakyat.orgedisi_10artikel_3.htmhttp:www.ekonomirakyat
.orgedisi_10artikel_3.htm .
Dasar pemikiran yang lebih luas di balik ketetapan politik pemerintah untuk memberi kesempatan, melindungi, mendorong, bahkan membina dengan
penyediaan berbagai fasilitas khusus atau tersendiri kepada sektor industri kecil, bahwa industri kecil tidak membutuhkan modal yang begitu banyak, bisa
memanfaatkan sumber-sumber yang dapat diperoleh dengan mudah, hanya menggunakan teknologi yang dapat dikuasai dengan ketrampilan tangan serta
dapat dikelola dengan management yang sederhana, maka faktor-faktor ini semua lebih mudah penciptaan dan pengembangan lapangan kerja. Di sini kemampuan
sektor industri untuk menyerap tenaga kerja antara lain tidak diukur dengan besar kecilnya modal yang dibutuhkan orang atau perusahaan.
“pembinaan pengusaha kecil jelas merupakan usaha yang perlu terus- menerus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya golongan ekonomi lemah. Pembinaan itu semestinya dimulai dari apa yang dimiliki pengrajin itu
sendiri untuk mengembangkan potensi yang ada. kunci pembinaan usaha kecil dewasa ini terletak di bidang pemasaran yang bertujuan agar hasil
produksi industri kecil dapat terjual. Hadi Prayitno,1987:70 ”
Tidak kurang pentingnya bahwa industri kecil juga memberi manfaat sosial social benefits yang sangat berarti bagi struktur perekenomian Indonesia.
Selanjutnya oleh Mubyarto 1985:216, industri kecil yang sebagian berada di pedesaan memegang peranan penting yaitu:
i industri kecil dan rumah tangga mampu mendirikan
lapangan pekerjaan yang pada umumnya tidak bekerja secara utuh,
ii industri kecil dan rumah tangga memberi tambahan
pendapatan bagi pekerja kepala keluarga dan juga anggota keluarga lainnya,
iii industri kecil dan industri rumah tangga mampu
memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara efisien dan
murah.
Dari peranan industri kecil yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan sementara bahwa keberadaan industri kecil begitu penting dalam menjawab
commit to user masalah pengangguran yang merupakan kerawanan sosial secara struktural yang
akhir-akhir ini terjadi di Indonesia. Seperti diketahui bahwa setiap usaha tidak akan lepas dari kendala-
kendala. dalam perkembangannya usaha kecil pun juga mengahadapi berbagai kendala. Kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha kecil menurut Irsan
Azhary 1986:32: a pemasaran yang kurang lancar diakibatkan karena persaingan dari
barang atau bahan pengganti sejenis yang harganya lebih murah b model barang yang dihasilkan relatif kurang bervariasi
c bahan baku untuk jenis-jenis barang tertentu sangat sulit untuk diperoleh karena masih tergantung dengan negara lain.
Lebih lanjut lagi Maryatmo dan Sri Susilo 1996:3 menjelaskan bahwa kendala dalam industri kecil yaitu kendala yang bersifat baik internal maupun
secara eksternal. ”Kendala internal terutama berkaitan dengan kualitas sumber daya
manusia. Karena keterbatasan sumber daya tersebut maka mereka kurang mampu memanfaatkan peluang yang ada, baik akses pasar, akses terhadap
sumber pembiayaan dan akses terhadap teknologi. Lebih lanjut lagi kendala eksternal adalah berkaitan dengan iklim usaha yang kurang
kondusif terhadap perkembangan usaha kecil. Selama ini terkesan bahwa berbagai kebijaksanaan lebih banyak berpihak kepada sektor usaha besar,
sehingga berbagai fasilitas yang disediakan pemerintah lebih banyak dinikmati oleh usaha besar ”
Di Indonesia yang termasuk sebagai negara berkembang, begitu mengedepankan pertumbuhan industri dalam negeri. Hal ini dikarenakan bahwa
sebagai tolak ukur kemajuan suatu bangsa, banyak penilaian yang mendasarkan pada perkembangan industri di negara tersebut. Menyadari begitu pentingnya
perkembangan industri dalam negeri pemerintahpun mulai melakukan kebijaksanaan dan langkah pembinaan terhadap kegiatan usaha industri kecil.
Sesungguhnya alasan untuk tetap mengembangkan keberadaan industri kecil tidak semata- mata untuk menunjukan kemajuan suatu bangsa, namun lebih jauh dari
hal itu perlu dipahami bahwa industri kecil memberi akses untuk bergerak pada dimensi pengembangan usaha yang ditopang sumber-sumber bahan pertanian dan
bahan lokal lainnya, dengan target pemasaran yang umumnya berada di 9
commit to user lingkungan domestik yang terbatas. Atas dasar ini modal yang diperlukan tidak
seberapa, sehingga akan memberikan peluang kepada pengusaha kecil. Selain karena beberapa alasan tersebut industri kecil merupakan sektor baru di luar
sektor formal yaitu sektor informal yang mempunyai andil berarti dalam menjawab masalah kesempatan kerja yang terjadi akhir-akhir ini.
5. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Sektor Informal
Keberadaan sektor informal tidak dapat dilepaskan dari proses pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai gejala transisi dalam
proses pembangunan di negara berkembang. Sektor informal dinilai harus dilalui dalam menuju tahapan modern. Selain itu juga adanya sektor informal merupakan
gejala adanya ketidakseimbangan kebijaksanaan pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai akibat kebijaksanaan pembangunan yang dalam
banyak hal lebih berat pada sektor modern perkotaan atau industri besar daripada sektor tradisional atau pertanian. Sektor informal akan terus hadir dalam
proses pembangunan selama sektor tradisional tidak mengalami perkembangan atau dalam hal ini justru mengalami kemunduran. Perkembangan sektor informal
tergantung pada sifat kebijaksanaan pembangunan. Selama kebijaksanaan pembangunan cenderung menguntungkan sektor modern dan sektor tradisional
hanya dipandang sebagai penyedia bahan baku bagi sektor modern maka sektor informal akan ada dan cenderung bertambah Tajdudin Noer Effendi,1995:73.
Konsep sektor informal muncul dalam konsep keterlibatan pakar-pakar internasional dalam perencanaan pembangunan dunia ke-3. gejala ini muncul
setelah kelahiran negara maju dan setelah berakhirnya perang dunia ke- II. Pada waktu itu muncullah gagasan di tingkat internasional maupun nasional untuk
mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi pada negara-negara yang dimaksud. Jean Breman 1979 dalam Manning dan Effendi 1996:138 menyatakan
istilah sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Hart pada tahun 1971 dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak
terorganisir. Keith Hart seorang Antropolog Inggris adalah orang pertama kali yang melontarkan gagasan sektor informal.
Kendati telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun sejak dilontarkan
commit to user konsep sektor informal pada dasawarsa 1970-an hingga saat ini, perdebatan sektor
informal masih juga belum mencapai kesepakatan sektor informal sebagai berikut “cara bekerja yang mempunyai ciri-ciri tertentu”. Ciri–ciri yang dimaksud adalah :
i mudah dimasuki, ii pemakaian sumber-sumber daya lokal, iii pemilikan oleh keluarga, iv berskala lecil, v padat karya dan pemakaian teknologi sederhana, vi
ketrampilan yang dimiliki di luar sistem pendidikan formal, vii bergerak di pasar kompetitif dan tidak berada di badan pengaturan resmi. Kegiatan- kegiatan yang
bercirikan tersebut yang kemudian dinobatkan sebagai sebuah sektor informal. Sthurman dalam Manning dan Effendi 1996:90 mengemukakan istilah sektor
informal biasanya digunakan untuk mengajukan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil karena ,
a. umumnya mereka berasal dari kalangan miskin, b. sebagai suatu manifestasi dari suatu pertumbuhan kesempatan kerja di
negara berkembang, c. bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk
memperoleh keuntungan, d. umumnya mereka berpendidikan sangat rendah,
e. mempunyai ketrampilan rendah, f.
umumnya dilakukan oleh para migran dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan bahwa usaha itu berupaya menciptakan
kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan untuk dirinya sendiri. Menurut Setrhurman sendiri bahwa konseptualisasi sektor informal yang tersebut di atas
walaupan bermanfaat tapi belum dapat memecahkan masalah definisi. Hal itu karena masih diperlukannya beberapa definisi untuk menentukan batasan sektor
ini dari sudut pandang operasional maupun penelitian. Jean Breman dalam Manning dan Effendi 1996:139, tanpa memberikan
batasan istilah yang jelas tetapi membedakan sektor formal dan informal yang menunjuk pada suatu sektor ekonomi masing-masing dengan konsistensi dan
dinamika strukturnya sendiri. Sektor formal digunakan dalam pengertian pekerjaan yang permanen meliputi :
a. sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan yang merupakan bagian dari suatu struktur pekerjaan yang terjalin dan amat terorganisir,
b. pekerjaan secara resmi terdaftar dalam statistik perekonomian, c. syarat-syarat bekerja dilindungi oleh hukum,
11
commit to user kegiatan- kegiatan perekonomian yang memenuhi kriteria itu kemudian
dimasukkan dalam istilah sektor informal yaitu suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha
mandiri”. Tajdudin Noer Effendi 1995:74 memberikan pengertian tentang sektor
informal yaitu sektor informal diartikan sebagai “pekerja yang berusaha sendiri tanpa buruh, berusaha sendiri dengan buruh tak tetap, atau dibantu tenaga kerja
keluarga yang tidak dibayar”. Ini menekankan bahwa keberadaan sektor informal tampak dalam perannya sebagai penyerap tenaga kerja. Adapun ciri-ciri yang
dikemukakan mengenai sektor informal adalah sebagai berikut : a. kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik , karena timbulnya unit usaha
tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.
b. pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha . c. pola kegiatan berusaha tidak beraturan baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja. d. pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. e. unit usaha mudah keluar masuk dari subsektor ke lain subsektor.
f. teknologi yang digunakan bersifat tradisional. g. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif
kecil. h. untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal karena
pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja . i. pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri
usahanya dan kalau mengerjakan, buruh berasal dari keluarga. j. sumber dana modal usaha pada umumnya dari tabungan sendiri atau dari
lembaga keungan yang tidak resmi. k. hasil produski atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan kota atau desa
yang berpenghasilan rendah tetapi kadang-kadang juga yang berpenghasilkan menengah.
Berdasarkan berbagai pendapat dapat disampaikan bahwa sektor informal lebih difokuskan pada aspek-aspek ekonomi, aspek sosial, dan budaya. Aspek
ekonomi diantaranya mengenai penggunaan modal yang rendah, pendapatan yang rendah, dan skala usaha relatif kecil. Aspek sosial diantaranya meliputi tingkat
pendidikan ekonomi rendah berasal dari kalangan ekonomi lemah. Sedangkan dari aspek budaya diantaranya kecenderungan untuk beroperasi di luar sistem regulasi,
commit to user penggunaan tekhnologi sederhana, tidak terikat waktu kerja. Dengan demikian
cara pandang tersebut tentunya sektor informal lebih menitikberatkan kepada suatu proses memperoleh penghasilan yang dinamis dan bersifat kompleks. Di
samping aspek-aspek di atas, sektor informal dapat dilihat dari dampak dari berkembangnya sektor tersebut yaitu diantaranya mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri, kemampuan menyerap angkatan kerja yang sekaligus menjadi katup pengaman terhadap pengangguran dan kerawanan sosial, membantu menambah
penghasilan keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Berdasarkan berbagai pendapat seperti telah diuraikan di atas maka ciri-
ciri kegiatan sektor informal dapat disimpulkan sebagai berikut : a. manajemennya sederhana,
b. tidak memerlukan ijin usaha, c. padat karya,
d. tingkat produktifitas rendah, e. tingkat pendidikan formal relatif rendah,
f. penggunaan teknologi sederhana,
g. sebagian besar pekerja adalah keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, h. mudahnya keluar masuk usaha,
i. sedikitnya dukungan dari pemerintah.
Sektor formal yang menjadi harapan masyarakat pada umumnya bisa menyerap angkatan kerja nampaknya tidak dapat melaksanakan hal itu. Ini dapat
disebabkan karena bekerja pada sektor formal membutuhkan keahlian khusus dan hal ini tidak banyak dimiliki oleh tenaga kerja di pedesaan. Keterbatasan sektor
industri besar dalam menyerap tenaga kerja bisa dikarenakan pengembangan industri tersebut lebih bersifat padat modal, teknologi tinggi, dan hemat tenaga
kerja. Pekerjaan tersebut menuntut keahlian dan ketrampilan khusus atau tinggi, sedangkan pendidikan para tenaga pedesaan kerja lebih banyak berpendidikan
rendah. Berbeda pada sektor informal yang tidak banyak membutuhkan keahlian dan ketrampilan, sehingga peluang untuk bekerja pada sektor informal akan
semakin besar. Selain itu juga dikarenakan, jika pendidikan tenaga kerja tersebut tinggi, namun belum dapat memenuhi sepenuhnya tuntutan dan permintaan pasar
13
commit to user kerja. Sehingga melahirkan pengangguran terdidik. Tidak menutup kemungkinan
karena alasan tersebut memaksa mereka untuk masuk dalam sektor informal Dari berbagai uraian konsep sektor informal tersebut di atas maka
keberadaan industri kecil di pedesaan dapat digolongkan sebagai sektor informal. Usaha kecil merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai
kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dan penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Mengingat bahwa
industri kecil pedesaan modal usahanya dari tabungan sendiri, tidak membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi, namun lebih pada belajar dari pengalaman
atau ketrampilan, teknologi yang digunakan lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang tradisional serta tenaga kerja yang digunakan
merupakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri atau kerabat dekat. Maka ciri dari industri kecil tersebut nampaknya mempunyai persamaan dengan
ciri dari kegiatan dalam sektor informal. Sektor informal lebih fleksibel, kelenturan ini dapat dilihat pula pada produk yang dihasilkan oleh kelompok
sektor informal ini. Terpenuhinya syarat–syarat industri kecil sebagai sebuah bagian sektor
informal dikarenakan bahwa industri kecil mempunyai ciri- ciri sebagai berikut : a. dilakukan di rumah sendiri,
b. tidak memerlukan ijin usaha, c. umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha pada
sektor pertanian, d. teknologi yang digunakan relatif sederhana,
e. tenaga kerja berasal dari lingkungan keluarga dan kerabat, f.
pendidikan formal tenaga kerja yang relatif rendah, dari berbagai karakteristik dari industri kecil yang memenuhi syarat sebagai
sebuah usaha sektor informal, maka keterkaitan industri kecil dan sektor informal begitu kental. Sehingga dari hal itu dapat dikatakan bahwa keberadaan industri
kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari usaha sektor informal.
Timbulnya sektor informal sebagai sumber baru dalam penciptaan
commit to user lapangan kerja dan peluang berusaha merupakan manifestasi dari tidak
sebandingnya pertumbuhan angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang ada, serta keterbatasan sektor formal untuk menampung kelebihan tenaga kerja.
perpindahan ke sektor informal merupakan solusi di tengah sempitnya kesempatan kerja di sektor formal. Untuk itu diperlukan penanganan yang intensif mengenai
perkembangan sektor informal dewasa ini. Dengan demikian sektor ini dapat lebih berfungsi sebagai peluang untuk berusaha dan menciptakan kesempatan kerja bagi
penganggur. Bukan hal baru bila dikatakan sektor informal memegang peran penting
dalam menyerap tenaga kerja, bahkan lebih penting dibanding sektor formal. Karena itu, keberhasilan penyerapan tenaga kerja yang kerap kali digembor-
gemborkan pemerintah sebetulnya lebih banyak disumbang sektor informal. Ironisnya, pemerintah sering kali lalai perhatiannya terhadap sektor tersebut
karena dianggap kurang penting peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Bekerja di sektor informal relatif lebih mudah. Pendirian usaha di sektor
tersebut tidak memerlukan banyak persyaratan administrasi, relatif sedikit modal, serta keuntungan yang menjanjikan. Di sisi lain, pemerintah tidak boleh berdiam
diri. Kiranya perlu memberikan insentif atau bantuan pada pekerja sektor informal, terutama mengenai akses ke permodalan, pemasaran, bimbingan
manajerial, dan peningkatan keterampilan, sehingga pekerjaan di sektor informal bisa menjanjikan bagi golongan masyarakat yang tidak terserap di sektor formal,
serta pekerja yang terdepak di sektor formal. Meski kurang diperhatikan pemerintah, kenyataannya sektor informal
berperan besar dalam menyerap tenaga kerja, khususnya yang tidak terserap ataupun yang terdepak dari sektor formal. Memang sedikit bermasalah bila terjadi
perpindahan tenaga kerja dari sektor formal ke informal secara besar-besaran karena makin banyak tenaga kerja yang menghadapi ketidakpastian pendapatan.
Namun bukan berarti kesempatan kerja di sektor informal itu berperan negatif bagi perekonomian bangsa. Justru dapat menjadi penyelamat di tengah kondisi
perekonomian yang memburuk. Lagi pula, tidak mungkin angkatan kerja di negeri 15
commit to user bisa diserap semua di sektor formal. Hanya saja, bila tenaga kerja yang diserap di
sektor formal lebih sedikit dibanding sektor informal, maka pemerintah perlu waspada dan mengambil langkah-langkah untuk mengeremnya.
Keberadaan industri kecil pedesaan yang merupakan bagian dari sektor informal tidak bisa terlepaskan dari tindakan mayarakat pedesaan. Masyarakat
pedesaan yang pekerjaan utamanya dalam sektor pertanian mempunyai inisiatif untuk mengisi waktu luang atau senggang antara musim tanam sampai musim
panen dengan melakukan kegiatan di luar sektor pertanian, dan salah satunya yaitu bekerja pada sektor industri kecil. Industri kecil di sini dapat dilihat sebagai
pengganti subtituen mata pencaharian pokok penduduk dalam waktu senggang di sektor pertanian. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan
penghasilan tambahan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Selain hal tersebut juga dikarenakan untuk mengatasi kondisi kelebihan tenaga kerja dalam
waktu-waktu tertentu.
6. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Subtitusi Sektor Pertanian
Di daerah pedesaan Indonesia, sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja terutama di daerah luar pulau Jawa. Tetapi
proses pembangunan telah mengakibatkan terjadinya pergeseran tenaga kerja yang cukup berarti dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Pergeseran kesempatan
kerja ini akibat pengaruh tekanan penduduk terutama di Jawa dan pola penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang begitu bervariasi, baik menurut
jenis komoditi maupun menurut waktu musim. Ini menandakan bahwa pergeseran tenaga kerja ke luar sektor pertanian terutama disebabkan faktor push
dorongan dari sektor tersebut. Salvatore dalam Zaenab Bakir dan Chris manning 1984:189
mengungkapkan bahwa “mengingat salah satu ciri umum negara berkembang adalah populasi penduduk sebagian besar berada di pedesaan”. Penduduk
pedesaan mempunyai kaitan yang erat dengan sektor pertanian. Namun tidak semua penduduk mempunyai lahan pertanian sendiri. Umumnya petani
mempunyai lahan yang sempit dan kadang–kadang bukan miliknya sendiri.
commit to user Teknik produksi mereka masih dualistis, yaitu adanya teknologi baru pada skala
terbatas di samping adanya proses produksi tradisional yang tidak tersentuh oleh perubahan. Sebelum mengenal teknologi modern dalam mengolah lahan
pertanian, masih banyak digunakan tenaga manusia dalam pengolahan lahan pertanian. Sehingga sistem produksinya bersifat padat karya pada waktu itu.
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terutama pada perannya dalam penyerapan tenaga kerja.
Sektor pertanian juga memiliki surplus tenaga kerja yang penting bagi pengembangan industrialisasi. Salah satu cara yang dimungkinkan dapat berjalan
tanpa menganggu produktivitas dalam sektor pertanian, yaitu dengan memanfaatkan waktu luang tenaga kerja dalam sektor pertanian tersebut melalui
pengembangan usaha dalam bidang industri. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi di luar sektor
pertanian. Pada umumnya kegiatan ekonomi ditujukan untuk mendapatkan penghasilan. Begitu juga dengan industri kecil yang berkembang di masyarakat
pedesaan dilakukan untuk memperoleh tambahan penghasilan masyarakat petani karena kegiatannya dalam sektor pertanian tidak memberikan penghasilan yang
tetap dan kurang bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini dikarenakan petani tidak mempunyai kegiatan di luar sektor pertanian pada waktu-waktu senggang
mereka dalam kelangsungan kegiatan produksi di sektor pertanian. Hal ini memaksa petani pedesaan untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar sektor
pertanian untuk menambah penghasilan mereka. Salah satunya yaitu bekerja pada sektor industri.
Industri yang berkembang di masyarakat pedesaan pada umumnya merupakan bentuk industri kerajinan rumah tangga maupun industri kecil.
Awalnya kegiatan industri kecil ini merupakan pekerjaan sambilan atau musiman yang kurang memiliki arti ekonomis. Pada umumnya kegiatan ini hanya berupa
tradisi pedesaan untuk menggunkan waktu senggang mereka dengan tujuan untuk menambah penghasilan mereka di luar sektor pertanian. Barang produksi yang
dihasilkan umumnya tidak dimaksudkan sebagai pekerjaan pokok namun hanya 17
commit to user sebagai penghasilan tambahan semata. Masyarakat pada mulanya juga
menganggap bahwa bekerja pada sektor industri kecil dan kerajinan hanya sebagai pekerjaan sampingan yang mungkin terpaksa mereka lakukan karena adanya
beberapa faktor penyebab misalnya, gagal panen, selain itu juga karena faktor banyaknya waktu luang yang tersisa dalam proses pengolahan dalam pertanian.
Karena hal tersebut maka masyarakat petani pedesaan mempunyai alternatif untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian yaitu di sektor industri kecil.
Dari berbagai uraian di atas dapat di simpulakan sementara bahwa keberadaan industri kecil pedesaan juga dapat dikatakan sebagai kegiatan subtituen
pengganti kegiatan sektor pertanian Tindakan dalam mengembangkan industri kecil kerajinan gitar merupakan
keputusan yang diambil dari hasil pemikiran sendiri dengan cara dan jalan yang mereka pilih. Ini menekankan bahwa apa yang mereka lakukan mempunyai tujuan
yang jelas sesuai dengan interpretasi mereka masing-masing. Sejalan dengan pernyataan tersebut Pip Jones menjelaskan bahwa :
“hampir semua tindakan manusia adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua yang kita
lakukan adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu cara tertentu bukan cara lain. Ini adalah pilhan purposif atau berorientasi pada tujuan.
Kita memilih diantara banyak pilihan karena kita manusia, kita mampu mengarah pada tujuan atau hasil dan mengambil tindakan untuk
mencapainya. Oleh karena itu hampir semua tindakan manusia adalah tindakan yang di sengaja: kita mengambil tindakan tertentu dalam rangka
mencapai tujuan yang dikehendaki” Pip Jones, 2009:25
Dilihat dari segi sasarannya dimana yang menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa individu atau sekumpulan orang, hal ini dikarenakan
tindakan mereka dilakukan untuk menambah penghasilan sehingga dapat berpengaruh kepada kesejahteraan individu yang kemudian secara tidak langsung
akan berpengaruh juga kepada orang lain yaitu anggota keluarga khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Tindakan masyarakat pedesaan untuk melakukan kegiatan ekonomi sektor industri bisa dilihat sebagai sebuah tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan
sebuah paradigma sosial yang dikemukakan oleh Weber. Ritzer 2004:38
commit to user mengungkapkan “secara definitif Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha menafsirkan dan memahami interpretatif understanding tindakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal”. Dalam
definisi ini terkandung dua konsep dasarnya. Pertama konsep tindakan sosial. Kedua konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Konsep yang terakhir ini
menyangkut metode untuk menerangkan yang pertama”. Tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata di arahkan kepada orang
lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat “subyektif” yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu,
atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa, ataupun berupa persetujuan secara pasif dari situasi tertentu.
Selanjutnya oleh Weber, Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan
itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut Weber menyatakan sebagai berikut : “tindakan-tindakan yang tercakup dalam sifat kelaziman rasional ia nilai
secara khas sebagai tipe yang paling bisa dipahami, dan perbuatan manusia ekonomis adalah contoh utamanya. Tindakan-tindakan yang kurang
rasional oleh Weber digolonglan, kaitannya dengan pencarian “tujuan- tujuan absolut sebagai berasal dari sentimen berpengaruh affectuall
sentiment, atau sebagai tradisional. Karena tujuan absolut dipandang oleh sosiologi sebagai data yang terberi given, maka sebuah tindakan bisa
menjadi rasional dengan mengacu pada sarana yang digunakan” Max Weber , 2009:66
Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut pandang waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu atau waktu yang
akan datang. Dilihat dari segi sasarannya maka yang menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa individu atau sekumpulan orang. Berkaitan dengan
ciri tindakan sosial tersebut maka tindakan masyarakat untuk melakukan kegiatan industri kecil dan kerajinan termasuk dalam ciri tindakan sosial yang dilihat dari
segi sasarannya dimana yang menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa individu atau sekumpulan orang, hal ini dikarenakan tindakan mereka
dilakukan untuk menambah penghasilan sehingga dapat berpengaruh kepada kesejahteraan individu yang kemudian secara tidak langsung akan berpengaruh
19
commit to user juga kepada orang lain yaitu anggota keluarga khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dalam memahami motif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh si aktor
terdapat dua cara yang disarankan oleh Weber yaitu 1 dengan melalui kesungguhan, 2 dengan coba mengenangkan dan menyelami pengalaman si
aktor. Pemahaman ini menempatkan Weber terpisah dari penganut paradigma lainnya. Metode pemahaman yang diajukan Weber ini bukan hanya bersifat
pemberian penjelasan kausal belaka terhadap tindakan sosial manusia seperti penjelasan dalam ilmu alam. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber
membedakannya dalam empat tipe. Semakin rasional tindakan itu semakin mudah dipahami, ke empat tipe tersebut yaitu :
a Zwerk Rational. Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar
menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.
b Werkrational Action Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya ini merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain.
c Affectual Action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-
puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional. d Traditional Action
Tindakan yang didasarkan pada atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja Ritzer, 2004: 40-41.
Dari ke empat tipe tindakan sosial di atas, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pelaku kegiatan
industri kecil di pedesaan termasuk dalam tindakan Zwerk Rational di mana dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai
tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tindakan masyarakat pedesaan dalam melakukan kegiatan industri didasarkan pada keadaan untuk
mecari jalan keluar dalam menghadapi terbatasnya lapangan kerja di sektor pertanian, selain itu juga motivasi dari mereka untuk mendapatkan tambahan
penghasilan guna mencukupi kebutuhan keluarga serta meningkatkan kesejahteraan hidup.
commit to user
7. Tenaga Kerja
Indonesia mempunyai potensi sumber daya manusia yang begitu melimpah. Oleh karena itu faktor penduduk sebagai pencerminan manusia
Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang dimiliki oleh Rakyat dan bangsa Indonesia.
Sebagian besar angkatan kerja di Indonesia , seperti halnya dengan negara berkembang lainnya masih berat pada sektor sektor pertanian dan umumnya
struktur ekonomi ditandai oleh adanya dualisme antara sektor modern dan tradisional. Namun di sini terjadi perubahan, penyerapan angkatan kerja pada
sektor pertanian menjadi menurun. Sebaliknya presentase angkatan kerja di sektor-sektor non pertanian meningkat terutama di sektor industri, jasa dan
perdagangan, Wirosuhardjo,1986:307. Karena proses yang lambat dalam pertumbuhannya, mengakibatkan berkembang pesatnya sektor non pertanian,
salah satunya sektor Industri. Untuk daerah pedesaan sendiri yang kental pada sektor pertanian inipun mulai mengembangkan sektor industri. Sektor indusri
pedesaan ini umumnya adalah industri kecil dan rumah tangga. Dan sektor industri kecil dan rumah tangga disini mampu menjadi penyedia dalam
menampung angkatan kerja yang sudah tidak bisa lagi tertampung pada sektor pertanian.
Membahas masalah ketenagakerjaan tidak dapat melepaskan diri dari pendekatan atau konsep yang dipergunakan dalam perumusan dan pengukuran
mengenai apa yang disebut bekerja. Menurut SAKERNAS , mereka yang disebut bekerja ialah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh
penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam sehari termasuk pekerja keluarga tanpa upah, yang membantu suatu usaha,
Wirosuhardjo, 1986 : 203. Bekerja diartikan sebagai melakukan kegiatan untuk menghasilkan atau
membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau barang, dalam kurun waktu time reference tertentu
Bagoes Mantra, 2000:299. Jadi dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa bekerja merupakan suatu kegiatan yang secara sengaja dilakukan untuk
21
commit to user menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan.
Selanjutnya dari sini muncul definisi tenaga kerja. Secara umum orang yang melakukan kegiatan bekerja dapatlah dikatakan sebagai tenaga kerja. Namun
pengertian tenaga kerja lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut. Undang-
Undang Nomor. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok mengenai
Tenaga Kerja menjelaskan bahwa “Tenaga kerja adalah tiap orang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.” Dari definisi tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa tenaga kerja di sini
diartikan sebagai tenaga kerja yang bekerja di luar maupun didalam hubungan kerja dengan alat produksi adalah tenaganya sendiri, baik fisik maupun pikiran.
Ciri khas dari hubungan kerja diatas adalah ia bekerja atas perintah orang lain dengan menerima imbalan atau upah .
Wirosuhardjo 1986:193 mengartikan tenaga kerja sebagai berikut, “tenaga kerja merupakan jumlah seluruh penduduk yang dapat memproduksi
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka , dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan definisi tenaga kerja
menurut BPS adalah Tenaga kerja manpower adalah seluruh penduduk dalam usia kerja berusia 15 tahun atau lebih yang potensial dapat memproduksi barang
dan jasa”. Dari definisi itu dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja itu terdiri dari orang yang akan melakukan pekerjaan atau orang yang masih atau akan mencari
pekerjaan. Lebih jauh lagi, tenaga kerja menurut BPS dapat dibedakan menjadi dua
yaitu sebagai berikut : 1 Skilled Labour
Yaitu tenaga kerja yang melalui proses pendidikan yang dibuktikan dengan adanya sertifikat .
2 Unskilled Labour Yaitu tenaga kerja yag tidak melalui proses pendidikan tetapi dari
pengalaman- pengalaman termasuk di dalam Unskilled Labour yang bekerja tidak pada bidangnya.
commit to user Tenaga kerja yang dipakai dalam industri rumah tangga kerajinan gitar
adalah tenaga kerja yang merupakan Unskilled Labour yaitu tenaga kerja yang bermodalkan ketrampilan dan pengalaman. Hal ini merupakan pemenuhan dari
syarat sektor informal. Dimana untuk masuk kedalam sektor informal tenaga kerja tidak di tuntut untuk mempunyai pendidikan formal yang tinggi, namun keahlian
ketrampilan dari hasil pengalaman-pengalaman cukup untuk memenuhi persyaratan masuk dalam sektor informal di mana di sini sektor informal yang
dimaksud adalah industri kecil kerajian gitar di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Berkaitan dengan karakteristik tenaga kerja pada sektor indstri kecil pedesaan dapat dijelaskan bahwa industri kecil pedesaan merekrut tenaga kerja
yang merupakan anggota keluarganya sendiri atau kerabat dekat. Hal ini merupakan syarat terpenuhinya industri kecil pedesaan sebagai sektor informal.
Seperi yang telah diuraikan sebelumnya dalam sektor informal tenaga kerja berasal dari lingkungan anggota keluarga dan kerabat. Untuk industri kecil
pedesaan keluarga petani merupakan unit produksi dari kegiatan di sektor industri kecil tersebut.
Berbicara mengenai tenaga kerja maka tidak akan terlepas dari konsep angkatan kerja. Karena tenaga kerja merupakan bagian penting untuk membentuk
suatu angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan
jasa Wirosuhardjo,1986:194. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja manpower yang tidak bekerja maupun mencari pekerjaan. Jadi
mereka ini adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat, atau tidak berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan prosuktif, yaitu memproduksi barang
dan jasa. Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja bisa dikatakan sebagai seorang yang menganggur atau pengangguran. Konsep ini sering dikatakan
sebagai keadaan pengangguran terbuka. Masalah yang lebih sering kita hadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara yaitu
pengertiannya sebagai berikut : a Setengah menganggur Underemployment
23
commit to user terletak antara ‘full employment’ dan sama sekali menganggur.
Pengertian yang dipakai ILO adalah : Underemployment adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul
dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakan.
Konsep ini bisa dibagi dalam : - setengah menganggur yang kentara visible Underemployment :
adalah jika seseorang bekerja tidak tetap part time diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam kurun waktu yang lebih pendek daripada
biasanya.
- setengah menganggur yang tidak kentara invisible Underemployment adalah jika seseorang bekerja secara penuh full time tetapi
pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendaptan yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk
mengembangkan seluruh kemampuannya.
b. Pengangguran tidak kentara disguised unemployment dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja , tetapi
sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya tidak memiliki
produktivitas dalam pekerjaannya.
c. Pengangguran friksional : Adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan yang lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan
pekerjaan yang lain tersebut. Wirosuhardjo,1986:209.
Dari uraian tentang jenis pengangguran di atas, maka jika dikaitkan dengan kondisi angkatan kerja di pedesaan dapat dijelaskan bahwa angkatan kerja
pedesaan yang sebagian besar bekerja di dalam sektor pertanian termasuk dalam keadaan pengangguran friksional dimana dalam angkatan kerja mereka
dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Hal ini didasarkan pada waktu kerja yang
mereka gunakan dalam kegiatan produksi tersebut. Dimungkinkan akan banyak waktu yang tersisa atau waktu yang senggang yang di mana mereka tidak
menggunakan waktu mereka untuk bekerja secara optimal yaitu waktu diantara musim tanam dan musim panen. Pada waktu musim panen dan musim tanam
mereka menggunakan waktu mereka secara optimal di sektor pertanian, namun waktu di musim lain mereka dipastikan tidak melakukan kegiatan ekonomi. Jadi
di sini mereka sebenarnya tidak memiliki produktivitas dalam pekerjaannya.
8. Tenaga Kerja di Pedesaan
commit to user Angkatan kerja Indonesia sebagian besar berada di daerah pedesaan.
Lapangan kerja di pedesaan yang dapat menampung tenaga kerja sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Namun sektor pertanian semakin hari semakin
menunjukan keterbatasannya dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan lahan yang dapat dioleh untuk pertanian semakin terbatas. Para petani kaya yang
selama ini bisa memperkerjakan banyak buruh tani mulai bersikap komersial, mereka berusaha memperoleh keuntungan maksimal dengan cara mengurangi
biaya panen atau biaya lainnya. Pelaksanakan berbagai program pemerintah dalam upaya memajukan
daerah pedesaan dengan menggalakkan penggunaan teknologi baru, baik sistem produksi maupun organisasi, lambat laun cenderung menggeser kedudukan
teknologi dan pranata sosial tradisional yang selama ini menjadi tonggak kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan Tadjudin Noer effendi
1995 : 175. Hal ini lebih banyak menguntungkan para petani kaya dan lebih banyak sisi buruknya bagi petani kecil dan buruh tani. Hal ini pun menyebabkan
adanya hubungan yang mulai renggang antara petani kaya dan petani kecil. Menurut Coller dkk, 1974 dalam Tadjudin Noer Effendi,1995:9175 perubahan
itu dimungkinkan karena berubahnya dari sistem bawon ke tebasan. Berubahnya penggilingan padi dari tumbuk ke huller. Berubahnya sistem garapan yang
dulunya menerapkan sistem maro beralih ke sistem kedokan ceblokan
1
. Perubahan–perubahan itu telah memperkecil kemungkinan buruh tani untuk
melibatkan diri dalam kegiatan pertanian. Penanggulangan masalah di atas rasionalnya adalah membuka kesempatan
kerja yang bersifat padat karya. Pengembangan industri kecil pedesaan dan industri rumah tangga nampaknya perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini
juga harus diimbangi dengan antusiasme warga masyarakat dalam berusaha menciptakan kesempatan kerja sendiri dengan jalam menjual jasa ataupun mereka
bekerja untuk menjadi buruh di kota. Gejala ini begitu nampak dengan besarnya arus urbanisasi dari desa ke kota. Mengkaji permasalahan tersebut maka terjadi
suatu pergeseran pekerja dari sektor pertanian menuju sektor yang lain di
1 Suatu bentuk hubungan kerja dimana buruh panen mengerjakan pekerjaan tambahan di sawah pemilik lahan tanpa mendapat upah, dengan harapan bila panen tiba ia berhak menuai padi.
25
commit to user pedesaan.
Di daerah pedesaan sektor primer atau pertanian yang memegang peranan penting mulai berkurang perannya dalam menampung tenaga kerja namun
dibarengi dengan kenaikan proporsi pada pekerja di sektor tersier dan sekunder. Keadaan ini lebih disebabkan karena adanya tekanan-tekanan di sektor primer
sendiri. Dengan adanya penggunaan teknologi baru dan mekanisasi di bidang pertanian memaksa sektor ini lebih menekan penggunaan tenaga kerja. Dan
sebaliknya sektor tersier dan sekunder mulai berkembang dan salah satunya yaitu sektor informal.
Industri yang mulai berkembang sebagai salah satu sektor di luar sektor pertanian, pada awalnya masih merupakan bentuk industri yang padat modal
sehingga masih belum dapat diandalkan untuk menampung kelebihan tenaga kerja akibat menurunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer sebelumnya.
Begitu juga dengan bentuk industri yang berkembang di perkotaan juga masih merupakan jenis industri padat modal. Hal ini tidak membawa keberuntungan bagi
warga migran dari desa ke kota. Industri jenis industri ini kebanyakan membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan dan berkeahlian tinggi. Selain itu
juga menggunakan teknologi yang maju dan menuntut ketrampilan khusus untuk mengoperasikannya. Tetapi kenyataan berbicara bahwa pekerja migran dari desa
ke kota kebanyakan merupakan pekerja yang mempunai tingkat pendidikan rendah dan kualias kerja yang rendah. Karena kondisi ini membawa masalah baru
bagi kehidupan di kota maupun bagi kehidupan migran tersebut. Faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya proporsi pekerja di
sektor primer atau pertanian adalah berkaitan dengan perubahan aspirasi generasi muda pedesaan, terutama yang berpendidikan. Kecenderungan enggan bagi
mereka untuk bekerja di sektor pertanian, karena menganggap bahwa bekerja di sektor pertanian mempunyai status yang rendah, dan lebih memilih untuk bekerja
pada sektor sekunder ataupun tersier.
9. Kaitan Industri Kecil dan Sektor informal Rumah Tangga dalam Penyerapan Tenaga Kerja.
Timbulnya sektor informal di desa tidak terlepas dari latar belakang
commit to user sejarah perekonomian tradisional yaitu perekonomian pedesaan yang sebagian
besar didasarkan pada struktur pertanian dan pola bercocok tanam sederhana. Karena rendahnya upah tenaga kerja di sektor pertanian dan semakin
menyempitnya lahan pertanian di pedesaan maka banyak tenaga kerja yang memiliki alternatif untuk urbanisasi dan bekerja di sektor non pertanian.
Sepertinya dari tahun ke tahun penyediaan kesempatan kerja pada sektor pertanian mengalami kemunduran, sedangkan pada sektor non pertanian menunjukkan
kenaikan. Dalam hubungan ini ternyata sebagian besar angkatan kerja terserap pada sektor informal.
Angkatan kerja yang merupakan bagian dari tenaga kerja dimana tenaga kerja itu sendiri mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga Simanjutak 1985:2. Dengan demikian tidak semua
penduduk digolongkan sebagai tenaga kerja, sebab diantara penduduk tersebut ada yang kurang mampu memproduksi barang atau jasa misalnya anak-anak di bawah
usia kerja, orang yang lanjut usia atau jompo. Secara praktis pengertian tenaga kerja hanya dilihat dari segi umur dan
melihat batas umur. Maka secara praktis pula dapat ditentukan golongan tenaga kerja dan bukan golongan tenaga kerja. Di setiap negara batas umur tenaga kerja
ini tidak sama. Di Indonesia dipilih batas umur 15 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan memperhatikan hal tersebut maka kesekuruhan penduduk bila
dilihat dari struktur ketenagakerjaan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu : penduduk usia kerja working age population dan penduduk di luar usia
kerja non working age population. Namun dari pengertian itu tidak semua tenaga kerja berpartisipasi aktif dalam pekerjaan atau kegiatan produktif. Hanya
sebagian dari mereka yang sesungguhnya terlibat. Mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan produktif disebut bukan angkatan kerja non in the labour force.
Sedangkan mereka yang terlibat dalam pekerjaan atau usaha produktif disebut angkatan kerja labour force
Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang sedang mencari pekerjaan atau menganggur. Golongan yang bekerja yaitu orang-
27
commit to user orang yang sudah aktif dalam kegiatannya dalam proses produksi guna
menghasilkan barang atau jasa. Jumlah orang yang terserap dalam suatu pekerjaan tergantung dari besarnya permintaan demand dalam masyarakat. Sedangkan
besar kecilnya permintaan tenaga kerja dipengaruhi antara lain oleh aktvitas ekonomi maupun tingkat upah. Permintaan tenaga kerja ini dapat datang dari
sektor formal maupun informal. Sektor informal yang umumnya dipandang sebagai pekerjaan yang
inferior, ternyata mempunyai banyak bidang usaha satu diantaranya adalah bidang usaha industri dan salah satunya pelaku di bidang usaha industri adalah industri
kecil kerajinan. Industri kecil kerajinan dalam usahanya mempunyai beberapa karakteristik dasar diantaranya yaitu : tidak memiliki izin usaha, modal dari
keluarga sendiri, tenaga kerja kebanyakan dari keluarga sendiri, waktu yang digunakan tidak pernah teratur. Beberapa karakteristik ini dapat mempengaruhi
permintaan maupun penawaran angkatan kerja untuk memasuki kerja yang terserap oleh sektor informal. Oleh karenanya kaitan antara sektor informal dan
penyerapan angkatan kerja dapat dikemukakan sebagai berikut : a. persyaratan masuk. Angkatan kerja mudah terserap pada sektor informal,
alasan ini karena sektor informal memberi kebebasan masuk maupun keluar kerja kepada angkatan kerja tanpa adanya persyaratan. Persyaratan
seperti yang diberlakukan pada sektor informal. Akibatnya bagi angkatan kerja yang berminat atau tertarik untuk memasuki kerja di sektor informal
langsung dapat terserap sesuai dengan jenis yang diminati. b. Waktu kerja. Dari segi waktu kerja sektor ini memberikan kebebasan
waktu kepada angkatan kerja. Dengan adanya kebebasan waktu kerja ini angkatan kerja akan lebih fleksibel untuk menjalankan usahanya sehingga
bagi siapapun yang memasuki sektor ini dapat memilih waktu yang diinginkan.
c. Umur kerja. Secara relatif bekerja pada sektor informal tidak ada batas umur yang mengikat seperti yang diberlakukan pada sektor formal.
Siapapun yang berminat memasuki sektor ini dalam usia berapapun dapat membuka dan menjalankan usahanya.
commit to user d. Jenjang pendidikan. Bagi angkatan kerja yang mempunyai pendidikan
formal terbatas rendah, tentunya akan sulit memasuki kerja di sektor formal. Oleh karena itu sektor informal menawarkan kesempatan kerja
kepada angkatan kerja yang berminat memasukinya. Dari berbagai kelebihan-kelebihan sektor informal di atas maka
keberadaan sektor informal mempunyai pengaruh yaitu : 1 mempunyai kemampuan untuk menyerap tenaga kerja atau
angkatan kerja. Hal ini mengingat bahwa sektor formal sangat terbatas dalam penyerapan tenaga kerja.
2 Mampu menciptakan lapangan kerja baru. Dari berbagai uraian tentang sektor informal maka dapat disimpulkan
bahwa sektor ini memberi andil dan ikut berperan dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan dasar mengenai proses pembangunan ekonomi dan perubahan sosial.
Dalam rangka mengemban misi pemerataan pembangunan di era otonomi daerah, maka sudah selayaknya bila kebijakan ekonomi mengarah pada pemerataan
kesempatan berusaha di sektor industri kecil pedesaan dan sektor informal. 29
commit to user
B. Penelitian yang Relevan
Menurut Luciana Intan S.N, 2003. Penelitian tentang Industri Kecil dan Peranannya dalam Memberikan kesempatan kerja bagi Masyarakat Studi kasus di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa
terdapat sebanyak 86 industri kecil yang ada di kecamatan Jebres. Industri kecil ini bergerak dalam berbagai bidang, seperti makanan, konveksi, kayu, dan
kerajinan tangan. Perkembangan industri kecil yang dapat dilihat dari tahun 1997 hingga tahun 2003 dari aspek permodalan menunjukan bahwa sebagian industri
kecil yaitusebanyak 48 industri kecil 55,81 mengalami peningkatan modal. Dilihat dari jenis teknologi yang digunakan dalam proses produksi sebagian besar
industri kecil masih menggunakan teknologi manual yaitu sebanyak 45 industri kecil 52,32. Dilihat dari orientasi pasar, sebagian besar industri kecil memiliki
pasar lokal Solo dan Sekitarnya yaitu sebanyak 43 industri kecil 50. Dilihat dari produksinya sebagian besar industri kecil mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 57 industri kecil 66,28. Dilihat dari jumlah tenaga kerja sebagian besar industri kecil mengalami peningkatan yaitu sebanyak 44 industri kecil
51,16 dengan demikian secara keseluruhan, sebagian besar industri kecil di Kecamatan Jebres mengalami perkembangan dalam usaha. Dari 86 industri kecil
yang ada di kecamatan Jebres tersebut selama ini telah mampu menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 1.107 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.010
merupakan tenaga kerja yang berasal dari kecamatan Jebres sendiri, sementara itu sisanya 97 orang karyawan berasal dari luar kecamatan Jebres. Berarti sebanyak
1,03 dari total 98.451 angkatan kerja telah tertampung pada sektor industri kecil ini.
Penelitian Ika Setyowati 2009. Penelitian tentang industri kecil dalam menyerap tenaga kerja studi kasus industri kecil genteng pres Di Desa Grogol
commit to user Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo hasil penelitian menunjukan bahwa
industri kecil Genteng Pres memiliki kemampuan dalam menyerap tenaga kerja bagi mereka yang memiliki ketrampilan dan ketekunan. Keberadaan industri ini
mampu meningkatkan kehidupan ekonomi desa Grogol dan tercukupinya kebutuhan hidup.
Penelitian Ester Jawanti 2003. Penelitian tentang industri kecil penyulingan minyak cengkeh terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan industri kecil penyulingan minyak cengkeh memiliki peranan terhadap penyerapan tenaga
kerja khususnya tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan memiliki ketrampilan terbatas. Keberadaan industri penyulingan minyak cengkeh telah
menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat sehingga menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah kesempatan kerja di pedesaan.
Fitriah, Idatul. 2008. Peranan industri rumah tangga bordir dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan di Desa Pacul kecamatan Talang
kabupaten Tegal. Simpulan yang diperoleh industri rumah tangga bordir yang berada di Desa Pacul Kecamatan Talang Kabupaten Tegal turut berperan dalam
yang menyerap tenaga kerja dengan persentase 70,00. Industri rumah tangga bordir yang berada di Desa Pacul Kecamatan Talang turut berperan dalam
meningkatkan pendapatan pengrajin border. 31
commit to user
C. KERANGKA BERPIKIR