commit to user lingkungan domestik yang terbatas. Atas dasar ini modal yang diperlukan tidak
seberapa, sehingga akan memberikan peluang kepada pengusaha kecil. Selain karena beberapa alasan tersebut industri kecil merupakan sektor baru di luar
sektor formal yaitu sektor informal yang mempunyai andil berarti dalam menjawab masalah kesempatan kerja yang terjadi akhir-akhir ini.
5. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Sektor Informal
Keberadaan sektor informal tidak dapat dilepaskan dari proses pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai gejala transisi dalam
proses pembangunan di negara berkembang. Sektor informal dinilai harus dilalui dalam menuju tahapan modern. Selain itu juga adanya sektor informal merupakan
gejala adanya ketidakseimbangan kebijaksanaan pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai akibat kebijaksanaan pembangunan yang dalam
banyak hal lebih berat pada sektor modern perkotaan atau industri besar daripada sektor tradisional atau pertanian. Sektor informal akan terus hadir dalam
proses pembangunan selama sektor tradisional tidak mengalami perkembangan atau dalam hal ini justru mengalami kemunduran. Perkembangan sektor informal
tergantung pada sifat kebijaksanaan pembangunan. Selama kebijaksanaan pembangunan cenderung menguntungkan sektor modern dan sektor tradisional
hanya dipandang sebagai penyedia bahan baku bagi sektor modern maka sektor informal akan ada dan cenderung bertambah Tajdudin Noer Effendi,1995:73.
Konsep sektor informal muncul dalam konsep keterlibatan pakar-pakar internasional dalam perencanaan pembangunan dunia ke-3. gejala ini muncul
setelah kelahiran negara maju dan setelah berakhirnya perang dunia ke- II. Pada waktu itu muncullah gagasan di tingkat internasional maupun nasional untuk
mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi pada negara-negara yang dimaksud. Jean Breman 1979 dalam Manning dan Effendi 1996:138 menyatakan
istilah sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Hart pada tahun 1971 dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak
terorganisir. Keith Hart seorang Antropolog Inggris adalah orang pertama kali yang melontarkan gagasan sektor informal.
Kendati telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun sejak dilontarkan
commit to user konsep sektor informal pada dasawarsa 1970-an hingga saat ini, perdebatan sektor
informal masih juga belum mencapai kesepakatan sektor informal sebagai berikut “cara bekerja yang mempunyai ciri-ciri tertentu”. Ciri–ciri yang dimaksud adalah :
i mudah dimasuki, ii pemakaian sumber-sumber daya lokal, iii pemilikan oleh keluarga, iv berskala lecil, v padat karya dan pemakaian teknologi sederhana, vi
ketrampilan yang dimiliki di luar sistem pendidikan formal, vii bergerak di pasar kompetitif dan tidak berada di badan pengaturan resmi. Kegiatan- kegiatan yang
bercirikan tersebut yang kemudian dinobatkan sebagai sebuah sektor informal. Sthurman dalam Manning dan Effendi 1996:90 mengemukakan istilah sektor
informal biasanya digunakan untuk mengajukan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil karena ,
a. umumnya mereka berasal dari kalangan miskin, b. sebagai suatu manifestasi dari suatu pertumbuhan kesempatan kerja di
negara berkembang, c. bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk
memperoleh keuntungan, d. umumnya mereka berpendidikan sangat rendah,
e. mempunyai ketrampilan rendah, f.
umumnya dilakukan oleh para migran dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan bahwa usaha itu berupaya menciptakan
kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan untuk dirinya sendiri. Menurut Setrhurman sendiri bahwa konseptualisasi sektor informal yang tersebut di atas
walaupan bermanfaat tapi belum dapat memecahkan masalah definisi. Hal itu karena masih diperlukannya beberapa definisi untuk menentukan batasan sektor
ini dari sudut pandang operasional maupun penelitian. Jean Breman dalam Manning dan Effendi 1996:139, tanpa memberikan
batasan istilah yang jelas tetapi membedakan sektor formal dan informal yang menunjuk pada suatu sektor ekonomi masing-masing dengan konsistensi dan
dinamika strukturnya sendiri. Sektor formal digunakan dalam pengertian pekerjaan yang permanen meliputi :
a. sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan yang merupakan bagian dari suatu struktur pekerjaan yang terjalin dan amat terorganisir,
b. pekerjaan secara resmi terdaftar dalam statistik perekonomian, c. syarat-syarat bekerja dilindungi oleh hukum,
11
commit to user kegiatan- kegiatan perekonomian yang memenuhi kriteria itu kemudian
dimasukkan dalam istilah sektor informal yaitu suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha
mandiri”. Tajdudin Noer Effendi 1995:74 memberikan pengertian tentang sektor
informal yaitu sektor informal diartikan sebagai “pekerja yang berusaha sendiri tanpa buruh, berusaha sendiri dengan buruh tak tetap, atau dibantu tenaga kerja
keluarga yang tidak dibayar”. Ini menekankan bahwa keberadaan sektor informal tampak dalam perannya sebagai penyerap tenaga kerja. Adapun ciri-ciri yang
dikemukakan mengenai sektor informal adalah sebagai berikut : a. kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik , karena timbulnya unit usaha
tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.
b. pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha . c. pola kegiatan berusaha tidak beraturan baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja. d. pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. e. unit usaha mudah keluar masuk dari subsektor ke lain subsektor.
f. teknologi yang digunakan bersifat tradisional. g. modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif
kecil. h. untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal karena
pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja . i. pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri
usahanya dan kalau mengerjakan, buruh berasal dari keluarga. j. sumber dana modal usaha pada umumnya dari tabungan sendiri atau dari
lembaga keungan yang tidak resmi. k. hasil produski atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan kota atau desa
yang berpenghasilan rendah tetapi kadang-kadang juga yang berpenghasilkan menengah.
Berdasarkan berbagai pendapat dapat disampaikan bahwa sektor informal lebih difokuskan pada aspek-aspek ekonomi, aspek sosial, dan budaya. Aspek
ekonomi diantaranya mengenai penggunaan modal yang rendah, pendapatan yang rendah, dan skala usaha relatif kecil. Aspek sosial diantaranya meliputi tingkat
pendidikan ekonomi rendah berasal dari kalangan ekonomi lemah. Sedangkan dari aspek budaya diantaranya kecenderungan untuk beroperasi di luar sistem regulasi,
commit to user penggunaan tekhnologi sederhana, tidak terikat waktu kerja. Dengan demikian
cara pandang tersebut tentunya sektor informal lebih menitikberatkan kepada suatu proses memperoleh penghasilan yang dinamis dan bersifat kompleks. Di
samping aspek-aspek di atas, sektor informal dapat dilihat dari dampak dari berkembangnya sektor tersebut yaitu diantaranya mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri, kemampuan menyerap angkatan kerja yang sekaligus menjadi katup pengaman terhadap pengangguran dan kerawanan sosial, membantu menambah
penghasilan keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Berdasarkan berbagai pendapat seperti telah diuraikan di atas maka ciri-
ciri kegiatan sektor informal dapat disimpulkan sebagai berikut : a. manajemennya sederhana,
b. tidak memerlukan ijin usaha, c. padat karya,
d. tingkat produktifitas rendah, e. tingkat pendidikan formal relatif rendah,
f. penggunaan teknologi sederhana,
g. sebagian besar pekerja adalah keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, h. mudahnya keluar masuk usaha,
i. sedikitnya dukungan dari pemerintah.
Sektor formal yang menjadi harapan masyarakat pada umumnya bisa menyerap angkatan kerja nampaknya tidak dapat melaksanakan hal itu. Ini dapat
disebabkan karena bekerja pada sektor formal membutuhkan keahlian khusus dan hal ini tidak banyak dimiliki oleh tenaga kerja di pedesaan. Keterbatasan sektor
industri besar dalam menyerap tenaga kerja bisa dikarenakan pengembangan industri tersebut lebih bersifat padat modal, teknologi tinggi, dan hemat tenaga
kerja. Pekerjaan tersebut menuntut keahlian dan ketrampilan khusus atau tinggi, sedangkan pendidikan para tenaga pedesaan kerja lebih banyak berpendidikan
rendah. Berbeda pada sektor informal yang tidak banyak membutuhkan keahlian dan ketrampilan, sehingga peluang untuk bekerja pada sektor informal akan
semakin besar. Selain itu juga dikarenakan, jika pendidikan tenaga kerja tersebut tinggi, namun belum dapat memenuhi sepenuhnya tuntutan dan permintaan pasar
13
commit to user kerja. Sehingga melahirkan pengangguran terdidik. Tidak menutup kemungkinan
karena alasan tersebut memaksa mereka untuk masuk dalam sektor informal Dari berbagai uraian konsep sektor informal tersebut di atas maka
keberadaan industri kecil di pedesaan dapat digolongkan sebagai sektor informal. Usaha kecil merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai
kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dan penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Mengingat bahwa
industri kecil pedesaan modal usahanya dari tabungan sendiri, tidak membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi, namun lebih pada belajar dari pengalaman
atau ketrampilan, teknologi yang digunakan lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang tradisional serta tenaga kerja yang digunakan
merupakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri atau kerabat dekat. Maka ciri dari industri kecil tersebut nampaknya mempunyai persamaan dengan
ciri dari kegiatan dalam sektor informal. Sektor informal lebih fleksibel, kelenturan ini dapat dilihat pula pada produk yang dihasilkan oleh kelompok
sektor informal ini. Terpenuhinya syarat–syarat industri kecil sebagai sebuah bagian sektor
informal dikarenakan bahwa industri kecil mempunyai ciri- ciri sebagai berikut : a. dilakukan di rumah sendiri,
b. tidak memerlukan ijin usaha, c. umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha pada
sektor pertanian, d. teknologi yang digunakan relatif sederhana,
e. tenaga kerja berasal dari lingkungan keluarga dan kerabat, f.
pendidikan formal tenaga kerja yang relatif rendah, dari berbagai karakteristik dari industri kecil yang memenuhi syarat sebagai
sebuah usaha sektor informal, maka keterkaitan industri kecil dan sektor informal begitu kental. Sehingga dari hal itu dapat dikatakan bahwa keberadaan industri
kecil kerajinan gitar yang ada di Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari usaha sektor informal.
Timbulnya sektor informal sebagai sumber baru dalam penciptaan
commit to user lapangan kerja dan peluang berusaha merupakan manifestasi dari tidak
sebandingnya pertumbuhan angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang ada, serta keterbatasan sektor formal untuk menampung kelebihan tenaga kerja.
perpindahan ke sektor informal merupakan solusi di tengah sempitnya kesempatan kerja di sektor formal. Untuk itu diperlukan penanganan yang intensif mengenai
perkembangan sektor informal dewasa ini. Dengan demikian sektor ini dapat lebih berfungsi sebagai peluang untuk berusaha dan menciptakan kesempatan kerja bagi
penganggur. Bukan hal baru bila dikatakan sektor informal memegang peran penting
dalam menyerap tenaga kerja, bahkan lebih penting dibanding sektor formal. Karena itu, keberhasilan penyerapan tenaga kerja yang kerap kali digembor-
gemborkan pemerintah sebetulnya lebih banyak disumbang sektor informal. Ironisnya, pemerintah sering kali lalai perhatiannya terhadap sektor tersebut
karena dianggap kurang penting peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Bekerja di sektor informal relatif lebih mudah. Pendirian usaha di sektor
tersebut tidak memerlukan banyak persyaratan administrasi, relatif sedikit modal, serta keuntungan yang menjanjikan. Di sisi lain, pemerintah tidak boleh berdiam
diri. Kiranya perlu memberikan insentif atau bantuan pada pekerja sektor informal, terutama mengenai akses ke permodalan, pemasaran, bimbingan
manajerial, dan peningkatan keterampilan, sehingga pekerjaan di sektor informal bisa menjanjikan bagi golongan masyarakat yang tidak terserap di sektor formal,
serta pekerja yang terdepak di sektor formal. Meski kurang diperhatikan pemerintah, kenyataannya sektor informal
berperan besar dalam menyerap tenaga kerja, khususnya yang tidak terserap ataupun yang terdepak dari sektor formal. Memang sedikit bermasalah bila terjadi
perpindahan tenaga kerja dari sektor formal ke informal secara besar-besaran karena makin banyak tenaga kerja yang menghadapi ketidakpastian pendapatan.
Namun bukan berarti kesempatan kerja di sektor informal itu berperan negatif bagi perekonomian bangsa. Justru dapat menjadi penyelamat di tengah kondisi
perekonomian yang memburuk. Lagi pula, tidak mungkin angkatan kerja di negeri 15
commit to user bisa diserap semua di sektor formal. Hanya saja, bila tenaga kerja yang diserap di
sektor formal lebih sedikit dibanding sektor informal, maka pemerintah perlu waspada dan mengambil langkah-langkah untuk mengeremnya.
Keberadaan industri kecil pedesaan yang merupakan bagian dari sektor informal tidak bisa terlepaskan dari tindakan mayarakat pedesaan. Masyarakat
pedesaan yang pekerjaan utamanya dalam sektor pertanian mempunyai inisiatif untuk mengisi waktu luang atau senggang antara musim tanam sampai musim
panen dengan melakukan kegiatan di luar sektor pertanian, dan salah satunya yaitu bekerja pada sektor industri kecil. Industri kecil di sini dapat dilihat sebagai
pengganti subtituen mata pencaharian pokok penduduk dalam waktu senggang di sektor pertanian. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan
penghasilan tambahan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Selain hal tersebut juga dikarenakan untuk mengatasi kondisi kelebihan tenaga kerja dalam
waktu-waktu tertentu.
6. Industri Kecil Pedesaan Sebagai Subtitusi Sektor Pertanian