commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Populasi penduduk Indonesia saat ini cukup besar. Pada tahun 2009 tercatat jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 230 juta jiwa dengan tingkat
pertumbuhan 1,33 per tahunnya. Perlu untuk diketahui bahwa penduduk merupakan sumber angkatan kerja. Setiap tahunnya pertumbuhan penduduk
Indonesia yang selalu meningkat tentunya juga akan diikuti peningkatan pada jumlah angkatan kerja. Dari total jumlah penduduk Indonesia tersebut, yang
merupakan angkatan kerja jumlahnya cukup besar yaitu sejumlah 113,74 juta jiwa atau 49, 45 dari jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu negara Indonesia
mempunyai sumber daya manusia yang begitu melimpah. http:www.antaranews.comview?i=1244043378c=EKBs=MAK
Salah satu wilayah di kepulauan Indonesia yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi berada di pulau Jawa. Jawa Tengah merupakan salah satu
provinsi yang mempunyai penduduk cukup besar. Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32,63 juta jiwa atau 14 dari total jumlah penduduk
Indonesia. Dari jumlah penduduk tersebut 16,69 juta jiwa atau 51,14 di antaranya merupakan angkatan kerja BPS : Jawa Tengah Dalam Angka 2009.
Tentunya jumlah angkatan kerja yang cukup besar tersebar ke dalam berbagai wilayah Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah.
Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu wilayah Kabupaten di Jawa Tengah nampaknya tidak luput pula perhatiannya dalam masalah angkatan kerja.
Penduduk Sukoharjo yang berjumlah 826 ribu jiwa, 569 ribu jiwa atau 68 di antaranya berada pada usia kerja dan sebagian besar terkonsentrasi di wilayah
pedesaan Sukoharjo dalam Angka 2009. Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo yang berpenduduk 2545 jiwa dengan jumlah angkatan kerja
sebesar 1657 jiwa atau 65,1 dari total jumlah penduduk Monografi Desa Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009, termasuk dalam salah satu wilayah
commit to user pedesaan di Kabupaten Sukoharjo dapat dikatakan mempunyai potensi sumber
daya manusia yang melimpah. Desa Ngrombo yang merupakan wilayah pedesaan tidak lepas dari
karakteristik desa pada umumnya. Kehidupan di pedesaan erat hubungannya dengan alam, mata pencaharian tergantung pada alam serta terikat pada alam.
Umumnya sebagian besar angkatan kerja di pedesaan mengambil bagian dalam kegiatan bertani. Dari jumlah total angkatan kerja tersebut yang bekerja di sektor
pertanian tercatat ada 460 jiwa atau 27,7. Pegawai sektor formal PNS, TNI, POLRI, Guru, Dokter sebesar 73 jiwa atau 4,4. Tercatat yang paling tinggi
adalah angka pada pekerja tidak tetap pekerja yang menggunakan sebagian jam kerja pada sektor pertanian dan sektor non pertanian mencapai 746 jiwa atau
45,2 dan sedang mencari pekerjaan 75 jiwa atau 4,5. Sedangkan untuk yang lain bekerja pada sektor informal Pengusaha, Karyawan perusahaan swasta,
usaha mandiri, penata laksana rumah tangga PRT sebesar 303 jiwa atau 18,28 Monografi Desa Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009.
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa sebagian masyarakat yang termasuk angkatan kerja cukup besar tingkatnya pada pekerja tidak tetapnya.
Melihat karakteristik Desa Ngrombo, diasumsikan bahwa pekerja tidak tetap merupakan pekerja yang menggunakan sebagian jam kerjanya pada waktu-waktu
tertentu pada sektor pertanian dan di waktu lain mereka bekerja diluar sektor tersebut.
Berbicara tentang angkatan kerja di pedesaan, tentunya juga tidak bisa terlepas dari karakter umum angkatan kerja di daerah pedesaan. Pada umumnya
angkatan kerja di daerah pedesaan mempunyai kualitas kerja yang rendah. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bambang Tri Cahyono1986:8, “angkatan
kerja yang sebagian besar berada di pedesaan pada umumnya mempunyai ciri-ciri tingkat pendidikan rendah, ketrampilan rendah dan mobilitas antar sektor dan
regional juga rendah”. Adanya ciri-ciri angkatan kerja di pedesaan demikian ini maka kesempatan kerja yang terbuka di luar sektor pertanian akan sangat terbatas.
Sektor pertanian merupakan daya serap tenaga kerja yang cukup tinggi. Namun secara relatif sektor ini semakin menurun daya serapnya di Desa
commit to user Ngrombo. Ada beberapa hal yang menjadi faktor berkurangnya daya serap sektor
pertanian terhadap angkatan kerja di pedesaan, antara lain sebagai berikut: 1. adanya sistem mekanisasi dalam pertanian, yaitu
penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian yang
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan mengurangi beban kerja petani, sehingga mengurangi jumlah tenaga
manusia yang digunakan dalam pengolahan di bidang pertanian. 2. menyempitnya lahan pertanian di pedesaan, dikarenakan lahan pertanian
sudah banyak yang beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan rumah penduduk.
3. banyak generasi muda yang mulai tidak tertarik untuk meneruskan usaha orang tuanya pada sektor pertanian.
4. kurangnya pembangunan ekonomi yang dilakukan di wilayah pedesaan, sehingga penduduk desa lebih memilih mencari peruntungan di kota daripada
melakukan usaha di pedesaan. Dari beberapa faktor di atas menyebabkan banyak angkatan kerja yang
tidak terserap pada sektor pertanian. Lapangan kerja dalam sektor pertanian di pedesaan menjadi terbatas. Di sisi lain, secara absolut pertumbuhan penduduk dan
angkatan kerja semakin meningkat dengan pesat dan kenaikan ini tidak sebanding dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor lain, sehingga
terjadilah kelebihan tenaga kerja di Desa Ngrombo. Kelebihan tenaga kerja yang tidak segera ditanggulangi dengan
pembukaan lapangan kerja baru akan menyebabkan adanya pengangguran. Untuk desa Ngrombo yang memiliki jumlah penduduk 2545 jiwa, 1657 jiwa atau
48,36 diantaranya merupakan angkatan kerja, namun angkatan kerja yang cukup besar tersebut, seperti terlihat dari data monografi penduduk desa Ngrombo tahun
2009 bahwa hanya 460 jiwa atau 27,5 yang dapat terserap secara maksimal dalam sektor pertanian Monografi Desa Ngrombo, Data Ketenagakerjaan 2009.
Sedangkan yang merupakan tenaga kerja tidak tetap dalam sektor pertanian mencapai 746 jiwa atau 45,2 dari jumlah total angkatan kerja. Dari data tersebut
dapat dipastikan banyak tenaga kerja yang menganggur di waktu waktu - tertentu 3
commit to user jika tidak ada pembukaan lapangan kerja baru di luar sektor pertanian yang bisa
memberikan kesempatan untuk bekerja lebih maksimal. Mereka yang tidak bekerja dan tidak terserap dalam lapangan kerja ini dimungkinkan tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara manusiawi. Untuk mempertahankan kehidupan, manusia senantiasa melakukan
berbagai usaha dan upaya. Kembali pada permasalahan terbatasnya lapangan pekerjaan di Desa Ngrombo, penduduk Desa Ngrombo mulai berusaha
mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi baru di luar sektor pertanian. Pengembangan kesempatan kerja yang dipandang mampu menyerap banyak
tenaga kerja dan memberi tambahan pendapatan keluarga sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup menjadi suatu prioritas yang utama. Salah satu upaya
masyarakat Desa Ngrombo dalam pengembangan kesempatan kerja yaitu membuka usaha pada sektor industri.
Bentuk industri yang paling sesuai untuk daerah pedesaan adalah bentuk industri kecil ataupun industri rumah tangga dan kerajinan. Hal yang mendasari
hal tersebut yaitu industri kecil ataupun industri rumah tangga dan kerajinan di pedesaan merupakan sutau kegiatan “marjinal” yang berpangkal tolak dari “kultur
tani” Irsan Azhary Saleh,1986:55. Artinya pola subsistem ini hampir dipastikan merupakan tautologi dari sifat sambilan atau musiman yang umumnnya melekat
pada masyarakat petani, mengingat masih terdapat pula masyarakat yang melakukan kegiatan dalam sektor pertanian di Desa Ngrombo. Seperti yang telah
diketahui bahwa kegiatan dalam sektor pertanian tidak dilakukan secara intens. Saat musim panen mungkin akan banyak tenaga kerja yang terserap dalam sektor
ini. Namun di waktu lain saat kegiatannya tidak begitu produktif hampir bisa dipastikan bahwa sektor ini tidak begitu maksimal dalam menyerap tenaga kerja
di Desa Ngrombo. Sifat musiman dalam sektor pertanian kadang memaksa masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi di luar itu, dan salah satunya yaitu
bekerja pada sektor industri. Pengembangan kesempatan kerja pada sektor industri di pedesaan ini
juga harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta daya dukung wilayah yang ada. Sebagaimana disadari, tenaga kerja di pedesaan pada umumnya tidak
commit to user memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang tinggi di luar sektor pertanian.
Selain keterampilan yang masih rendah, tingkat investasi di pedesaan tergolong masih rendah pula. Mengingat karakteristik di pedesaan tersebut tidak
memungkinkan pengembangan industri berskala besar maka alternatif terbaik dari pengembangan industri di pedesaan adalah pengembangan industri kecil.
Masyarakat Desa Ngrombo mulai mencoba mengembangkan Industri kecil kerajinan gitar. Industri kecil kerajinan gitar tersebut selanjutnya mulai
dikembangkan oleh masyarakat Desa Ngrombo dan menjadi alternatif pekerjaan utama. Saat ini di Desa Ngrombo merata pada setiap rukun tetangganya terdapat
usaha industri kecil kerajinan gitar. Melihat potensi tenaga kerja yang begitu besar di desa itu yaitu 746 jiwa atau 45,2 dari total angkatan kerja di desa itu yang
tidak bisa terserap secara maksimal dalam sektor pertanian, maka diharapkan keberadaan industri kecil kerajinan gitar dapat memberikan kontribusinya dalam
mengatasi permasalahan tenaga kerja yang berlebih di desa tersebut. Bekerja pada sektor industri kecil kerajinan gitar, masyarakat Desa Ngrombo berharap untuk
bisa mencukupi kebutuhan hidup serta industri tersebut mampu menjadi lapangan kerja baru
. Industri kecil kerajinan gitar di desa ngrombo pada mulanya berproduksi
dalam skala kecil atas permintaan dari masyarakat lokal saja. Namun lama- kelamaan, industri ini mulai meningkatkan produksinya karena banyak
permintaan dari masyarkat lokal maupun pada masyarakat di luar daerah bahkan sampai pada luar negeri. Pada saat industri ini mulai berkembang dan memperluas
pasar distribusinya, kebutuhan akan tenaga kerja dalam proses produksinyapun akan meningkat. Maka secara tidak langsung industri ini telah membuka lapangan
kerja baru bagi masyarakat di wilayah tersebut. Melihat kesempatan yang begitu bagus, maka masyarakat mulai serius menekuni kerajinan gitar tersebut. Dalam
pertumbuhannya usaha ini mengalami berbagai masalah, mulai dari masalah faktor produksi sampai pada masalah pemasaran. Namun sejak adanya usaha
pembinaan dari pemerintah usaha ini secara perlahan–lahan mampu menjadi alternatif pekerjaan yang cukup menjanjikan.
Berpijak pada latar belakang tersebut timbul pemikiran untuk mengkaji 5
commit to user lebih dalam dengan melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Industri kecil
Kerajinan Gitar dalam Upaya Penyerapan Tenaga Kerja studi kasus pada masyarakat Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
B. Rumusan Masalah