Profil Informasi Non Farmakologi

44 pasien, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan. Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya berperan penting sebagai pemberi informasi drug informer dalam pelayanaan swamedikasi Menkes RI, 2006. Menurut PP No.51 2009 bahwa salah satu pekerjaan kefarmasian yang harus dilakukan apoteker adalah pelayanan informasi obat. Seharusnya apoteker yang merupakan profesi berkapasitas ilmu tentang obat, bertanggung jawab atas terciptanya kualitas hidup pasien yang lebih baik. Apabila pemberian informasi obat pada pelayanan swamedikasi tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka ada kemungkinan hasil terapi yang diinginkan tidak akan tercapai dan tidak sesuai dengan harapan pasien.

4.4 Profil Informasi Non Farmakologi

Informasi non farmakologi merupakan informasi yang diberikan sebagai terapi tambahan tanpa menggunakan obat guna meningkatkan keberhasilan suatu efek pengobatan farmakologis obat gastritis yang lebih baik. Dari 85 apotek yang dikunjungi, data lengkap profil informasi non farmakologi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Profil Informasi Non Farmakologi yang Diberikan oleh Petugas Apotek. Variabel Ya, n Tidak, n Pola Makan 6 7,06 79 92,94 Pola Hidup 6 7,06 79 92,94 Pada tabel 4.7 informasi non farmakologi terdapat dua variable yaitu pola makan dan pola hidup. Berdasarkan hasil penelitian yang dideroleh, hanya 6 Universitas Sumatera Utara 45 7,06 petugas apotek yang memberikan informasi non farmakologi mengenai pola hidup dan juga pola makan Gambar 4.4. Hasil ini menunjukkan bahwa petugas apotek kurang optimal dalam melakukan pelayanan kefarmasian khususnya swamedikasi. Pola makan dan pola hidup yang di informasikan oleh petugas apotek yaitu berupa anjuran untuk mengurangi makanan yang bersifat pedas, asam dan anjuran makan secara teratur. Gambar 4.4 Persentase Profil Informasi Non Farmakologi yang Diberikan oleh Petugas Apotek. Kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan, seperti frekuensi makan seseorang dan pola makanan yang dimakan. Gastritis umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang diantaranya makanan yang pedas dan asam. Perubahan pola hidup meliputi tidak teraturnya jadwal waktu makan juga dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis Megawati dan Hasna, 2014 Menurut Menkes RI 2006, Hal yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit gastritis adalah dengan membiasakan hidup sehat dan makan secara teratur. Kambuhnya penyakit gastritis dapat dihindarkan dengan mengatur waktu makan, sebaiknya penderita makan sedikit demi sedikit tetapi sering. 7.06 7.06 Pola Makan Pola Hidup Pelayanan Informasi Non Farmakologi P el aya na n Universitas Sumatera Utara 46

4.5 Tingkat Pelayanan Swamedikasi