21
p p
Z N
d N
p p
Z n
1 .
1 1
.
2 2
1 2
2 2
1
Keterangan: n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
N = jumlah populasi = 613
2 1
Z
= derajat kepercayaan = 1,645 p = proporsi dalm populasi sasaran, sebesar = 0,5
d = toleransi kesalahan, sebesar = 0,1 dengan persen kepercayaan yang diinginkan 90 maka diperoleh besar sampel
minimal, yaitu:
5 ,
1 5
, 645
, 1
1 613
1 ,
613 5
, 1
5 ,
645 ,
1
2 2
2
n
796 ,
6 700
, 414
n
n = 61,02
Berdasarkan perhitungan, didapatkan jumlah sampel sebanyak 61.02 apotek. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 85 apotek.
3.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi dalam sampel penelitian ini adalah apotek-apotek yang berada di wilayah kota Medan, sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah apotek-apotek yang berada di dalam lokasi klinik dan rumah sakit.
3.3 Tempat dan Waktu Pengambilan Data Penelitian
Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2016 di 85 apotek sampel yang berada di wilayah kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
22
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
3.4.1 Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penentuan sampel adalah kombinasi antara area sampling dan simple random sampling. Teknik area sampling yaitu teknik
sampling yang dilakukan dengan cara mengelompokkan wakil sampel dari setiap wilayah yang diteliti Sugiyono, 2012 Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Apotek Di Wilayah Kota Medan
No Nama Kecamatan Populasi
Sampel Status
1 Medan Tembung 33
5 Pinggiran
2 Medan Denai
23 3
Pinggiran 3 Medan Amplas
23 3
Pinggiran 4
Medan Johor 31
4 Pinggiran
5 Medan Tuntungan 20
3 Pinggiran
6 Medan Selayang 19
2 Pinggiran
8 Medan Sunggal 43
6 Pinggiran
6 Medan Helvetia 34
5 Pinggiran
9 Medan Marelan 16
2 Pinggiran
10 Medan Belawan 5
1 Pinggiran
11 Medan Labuhan 5
1 Pinggiran
12 Medan Deli
18 2
Pinggiran 13
Medan Timur 55
8 Pusat
14 Medan Perjuangan 33
5 Pusat
15 Medan Area
45 6
Pusat 16
Medan Kota 48
7 Pusat
17 Medan Maimun 16
2 Pusat
18 Medan Polonia 9
1 Pusat
19 Medan Baru
55 8
Pusat 20
Medan Petisah 40
5 Pusat
21 Medan Barat
42 6
Pusat Jumlah
613 85
129 Pemilihan penggunaan teknik ini adalah karena perbedaan jumlah populasi
pada 21 kecamatan di wilayah kota medan. Agar semua kecamatan dapat terwakili, maka distribusi pengambilan sampel dilakukan pada setiap kecamatan
secara proporsional .
Universitas Sumatera Utara
23 Pengambilan sample pada setiap kecamatan dilakukan secara simple
random sampling. Teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan adanya strata Notoatmodjo,
2010. Dasar memilih teknik ini karena sampel dianggap samahomogen yaitu tidak ada kriteria-kriteria tertentu pada apotek yang digunakan sebagai sampel dan
apotek-apotek yang dijadikan sebagai sampel dipilih tanpa mempertimbangkan apotek itu besar atau kecil, terkenal atau tidak, tempatnya di mana, dan yang
memberi informasi apoteker atau tenaga teknis farmasi. Prosedur pengambilan sampel adalah dengan cara undian.
3.4.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2012. Variabel pengamatan dalam penelitian ini meliputi patient assessment, rekomendasi, informasi obat dan informasi non
farmakologi yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
Objek Pengamatan Variabel Pengamatan
Patient assessment Ada tidaknya diajukan pertanyaan:
1. Apakah patient assessment dilakukan
langsung oleh apoteker ? 2.
Siapa yang sakit gastritis? 3.
Berapa usia yang sakit gastritis? 4.
Apa gejala yang dialami pasien? 5.
Apa faktor penyebab terjadinya penyakit gastritis ?
6. Berapa lama pasien gastritis mengalami
sakit? 7.
Apa tindakan yang sudah diperbuat selama mengalami gejala gastritis?
8. Pengobatan lain yang sedang digunakan?
9. Apa dilakukan patient medication record ?
Universitas Sumatera Utara
24 Rekomendasi
Ada tidaknya rekomendasi dan berupa apa: 10.
Rujukan ke dokter? 11.
Rekomendasi obat? Informasi obat
Ada tidaknya informasi obat meliputi: 12.
Indikasi 13.
Kontraindikasi 14.
Efek samping 15.
Cara pemakaian 16.
Dosis 17.
Waktu pemakaian 18.
Lama pemakaian 19.
Perhatian 20.
Terlupa minum obat 21.
Cara penyimpanan 22.
Cara perlakuan sisa obat 23.
Identifikasi obat yang rusak Informasi non farmakologi
Ada tidaknya Informasi non farmakologi: 24.
Pola makan 25.
Pola hidup
3.4.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data Notoatmodjo, 2010. Instrumen dalam penelitian ini adalah
skenario dan lembar checklist penelitian.
3.4.3.1 Skenario Penelitian
Skenario dalam penelitian ini dibuat dan disiapkan oleh peneliti untuk menghindari kecurigaan dari petugas apotek terhadap simulasi pasien yang
dijalankan sehingga pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat optimal. Skenario dalam penelitian ini berisi informasi mengenai kondisi pasien
dan disusun berdasarkan metode patient assessment yang digunakan dalam penelitian sehingga dapat memperlancar jalannya pengamatan. Saat menjalankan
simulasi pasien, jika petugas di apotek melakukan kegiatan patient assessment maka skenario yang digunakan peneliti dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 3.3 Skenario Penelitian
Age 21 tahun
SelfSomeone else Pengamat : sebagai pasien
Medication Belum ada
Extra medication Tidak ada
Time symptoms Kemarin
History Sering makan makanan pedas dan minum kopi
Other accompanying symptoms Nyeri pada perut dan ulu hati, mual dan perut kembung
Danger symptoms Tidak ada
Jika tidak ada pelayanan yang diberikan oleh petugas apotek, maka peneliti bertanya : “Berapa banyak obat yang diminum?”
3.4.3.2 Lembar Checklist Penelitian
Checklist adalah suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejalaidentitas lainnya dari sasaran pengamatan Notoatmodjo, 2010.
Lembar checklist yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian terdahulu Hasanah, 2013. Isi lembar checklist dalam penelitian ini
adalah variabel yang akan di ukur dalam pelayanan swamedikasi yang diberikan petugas apotek kepada pasien gastritis yang terdiri dari patient assessment,
rekomendasi, informasi obat dan informasi non farmakologi. 3.5
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi partisipatif yaitu teknik pengamatan yang digunakan untuk mengukur
suatu proses dan tindakan individu dalam sebuah peristiwa yang sedang diamati Sudjana, 2005. Data yang diperoleh dari observasi terhadap pelayanan yang
Universitas Sumatera Utara
26 diberikan oleh petugas apotek, hasilnya akan diisikan ke dalam format lembar
checklist dengan tanda check √.
Lembar checklist penelitian dilengkapi oleh peneliti di luar apotek setelah mengunjungi apotek sampel.
3.6 Definisi Operasional
3.6.1 Pelayanan Swamedikasi
Pelayanan swamedikasi adalah pelayanan yang diberikan apoteker kepada masyarakat dalam upaya mengobati penyakit yang umum diderita, dengan
menggunakan obat - bebas dan terbatas yang dijual bebas di pasaran yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek Asti dan
Indah, 2004. Dalam melakukan pelayanan swamedikasi terdapat beberapa profil pelayanan yang dilakukan oleh petugas apotek kepada pasien swamedikasi yang
terdiri dari patient assessment, rekomendasi, informasi obat dan informasi non farmakologi.
Penilaian variabel - variabel penelitian dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI 2008 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek, dimana penilaian terhadap pelayanan yang dilakukan di apotek memiliki nilai 2 jika dilakukan dan memiliki nilai 0 jika tidak dilakukan.
3.6.1.1 Patient Assessment
Patient assessment merupakan proses komunikasi dua arah yang sistematis
antara apoteker dengan pasien untuk mengidentifikasi dan memcahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan Chua, 2006.
Pada pelayanan obat tanpa resep diperlukan kegiatan patient assessment agar dapat ditetapkan rekomendasi terapi yang rasional Chua, 2006. Patient
Universitas Sumatera Utara
27 assessment dalam penelitian ini merujuk pada metode ASMETHOD
Ageappearance, Selfsomeone else, Medication, Extra medication, Time symptoms, History, Other accompanying symptoms, Danger symptoms
Blenkinsopp dan Paxton, 2002. Pertanyaan no 1 sampai no 9 pada variabel patient assessment dinilai 2
jika petugas apotek melakukan tindakan patient assessment dan dinilai 0 jika petugas apotek tidak melakukan tindakan patient assessment Menkes RI, 2008.
3.6.1.2 Rekomendasi
Rekomendasi merupakan saran menganjurkan yang diberikan petugas apotek kepada pasien swamedikasi yaitu dapat berupa rujukan ke dokter ataupun
rekomendasi obat Blenkinsopp dan Paxton, 2002. Rekomendasi yang tepat dapat diberikan sesuai dengan patient assessment yang telah ditanyakan oleh
petugas apotek. Penilaian pertanyaan no 10 dalam variabel rekomendasi diberi nilai 0 jika
petugas apotek memberikan rekomendasi rujukan ke dokter dan nilai 2 jika petugas apotek tidak memberikan rujukan ke dokter.
Penilaian ini berdasarkan skenario penelitian yang dibuat, bahwa pasien sedang menderita gastritis ringan yang belum memerlukan rujukan ke dokter.
Pertanyaan no 11 dalam variabel rekomendasi diberi nilai 2 jika petugas apotek memberikan rekomendasi obat dengan tepat yaitu memberi obat golongan
bebas dan bebas terbatas Menkes RI, 2008
3.6.1.3 Informasi Obat
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak dan
Universitas Sumatera Utara
28 dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat Menkes RI, 2014. Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau
obat bebas terbatas antara lain khasiat obat, kontraindikasi, efek samping, cara pemakaian, dosis, waktu pemakaian, lama penggunaan obat, hal yang harus
diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat, cara penyimpanan obat yang baik, cara memperlakukan obat yang
masih tersisa, dan cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak Menkes RI, 2006.
Pertanyaan no 12 sampai no 23 pada variabel informasi obat dinilai 2 jika petugas apotek memberikan pelayanan informasi obat dan dinilai 0 jika petugas
apotek tidak memberikan pelayanan informasi obat Menkes RI, 2008.
3.6.1.4 Informasi Non Farmakologi
Informasi non farmakologi merupakan informasi yang diberikan sebagai terapi tambahan tanpa menggunakan obat guna meningkatkan keberhasilan suatu
efek terapi. Informasi non farmakologi dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu pola makan dan pola hidup.
Pertanyaan no 24 dan 25 pada variabel informasi non farmakologi dinilai 2 jika petugas apotek memberikan pelayanan informasi non formakologi dan dinilai 0
jika petugas apotek tidak memberikan pelayanan informasi non farmakologi Menkes RI, 2008.
3.6.1.5 Penilaian Tingkat Pelayanan Swamedikasi
Tingkat pelayanan swamedikasi ditentukan berdasarkan hasil akumulasi nilai dari variabel patient assessment, rekomendasi, informasi obat dan informasi
Universitas Sumatera Utara
29 non-obat yang terdapat pada masing-masing lembar checklist penelitian. Hasil
nilai yang diperoleh akan diubah kedalam skor dan di interprestasikan kedalam kategori yang dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Penilaian Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Berdasarkan Menkes RI
Tahun 2008
Skor = Skor diperoleh x 100 Total skor
3.6.1.6 Wilayah Kota Medan
Kota medan memiliki 21 kecamatan. Peneliti membagi kota Medan menjadi dua wilayah yaitu wilayah pusat dan wilayah pinggiran dimana wilayah
pusat kota Medan terdiri dari 9 kecamatan dan wilayah pinggiran kota Medan terdiri dari 12 kecamatan. Pembagian wilayah di kota Medan oleh peneliti
didasarkan pada letak geografis di wilayah kota Medan, letak pemerintahan di wilayah kota Medan dan perkembangan infrastruktur ataupun perekonomian di
wilayah kota Medan. Pembagian wilayah kota Medan dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 54.
3.6.2 Gastritis
Gastritis atau maag adalah penyakit yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi asam lambung sehingga menyebabkan iritasi pada lambung. Maag atau
sakit lambung memiliki gejala khas berupa rasa nyeri atau pedih pada ulu hati meskipun baru saja selesai makan Menkes RI, 2006.
Skor Kategori
81-100 Baik
61-80 Cukup
60 Kurang
Universitas Sumatera Utara
30
3.6.3 Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker Menkes RI, 2014.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keaslian suatu instrumen Arikunto, 2006. Jenis validitas yang
digunakan dalam penelitian adalah validitas isi dan rupa. Uji validitas isi content validity digunakan untuk menilai validitas dari skenario dan lembar checklist.
Kedua instrumen tersebut dapat dikatakan valid karena isi dari kedua instrumen tersebut mewakili variabel yang akan diteliti yang diperoleh dari pustaka dan
sudah pernah digunakan pada penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini digunakan validitas rupa yang didasarkan pada
penilaian format tampilan dari alat ukur yang ada Nisfiannoor, 2009. Validitas ini dianggap terpenuhi apabila penampilan alat ukur atau tes telah meyakinkan
dan memberi kesan mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur Nisfiannoor, 2009. Metode simulasi pasien memiliki validitas rupa bila penyedia
layanan kesehatan tidak mengetahui adanya simulasi pasien Watson, et al, 2004. Skenario dan lembar checklist penelitian telah memenuhi uji validitas isi
content validity karena isi dari kedua instrumen tersebut telah divalidasi oleh expert yang ahli. Metode simulasi pasien yang digunakan telah memenuhi uji
validitas rupa karena setelah dilakukan pilot visit sebanyak sepuluh kali menunjukkan bahwa staf apotek tidak mengetahui adanya simulasi pasien.
Universitas Sumatera Utara
31 Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Notoatmodjo, 2010. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama Notoatmodjo, 2010. Agar data yang
diperoleh reliabel maka dilakukan kunjungan uji coba langsung ke apotek pilot visit. Dikatakan reliabel ketika peneliti mampu menjalankan skenario dan
menangkap semua informasi yang didapat saat melakukan pilot visit. Kemampuan tersebut dapat dilihat pada saat peneliti melakukan pilot visit ke apotek sebanyak
sepuluh kali. Data yang dikumpulkan dinyatakan reliabel karena peneliti mampu
menjalankan skenario dan menangkap semua informasi yang didapat saat melakukan pilot visi.
3.8 Teknik Analisis Data