33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Swamedikasi merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan di apotek. Hal ini membuat keberadaan apotek di tengah - tengah masyarakat
menjadi semakin penting dan informasi yang diberikan oleh para tenaga kefarmasian di apotek sangat diperlukan oleh masyarakat guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Zeenot, 2013. Dalam penelitian ini terdapat beberapa profil pelayanan swamedikasi yang dijadikan variabel pengamatan yaitu
patient assessment, rekomendasi, informasi obat dan informasi non farmakologi. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada 85 apotek yang berada di 21
kecamatan kota Medan, kemudian mengisi lembar checklist penelitian berdasarkan hasil simulasi selama melakukan pelayanan swamedikasi gastritis
dengan petugas apotek yang ada di apotek-apotek yang menjadi sampel.
4.1 Profil Patient Assessment
Patient assessment yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode ASMETHOD Ageappearance, Selfsomeone else, Medication, Extra
medication, Time symptoms, History, Other accompanying symptoms, Danger symptoms Blenkinsopp dan Paxton, 2002.
Berdasarkan data penelitian, kegiatan patient assessment yang dilakukan langsung oleh apoteker dalam pelayanan swamedikasi hanya sebesar 22,35 atau
19 apoteker. Data lengkap profil patient assessment yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 4.1 Distribusi Data Profil Patient Assessment yang Dilakukan Petugas
Apotek
Variabel Ya
Tidak Patient assessment dilakukan langsung oleh apoteker
19 22,35 66 77,65 Siapa yang menderita gastritis?
28 32,94 57 67,06 Berapa usia yang menderita gastritis?
2 2,35 83 97,65
Apa gejala yang dialami oleh pasien? 3 3,53
82 96,47 Apa faktor penyebab terjadinya gastritis?
0 0,00 85 100
Berapa lama pasien menderita gastritis? 3 3,53
82 96,47 Apa tindakan yang sudah diperbuat selama menderita
gejala gastritis? 0 0,00
85 100 Apa obat-obat lain yang sedang digunakan pasien?
0 0,00 85 100
Apa petugas melakukan medication record terhadap pasien?
0 0,00 85 100
Hasil ini menunjukan persentase keterlibatan apoteker secara langsung dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien masih tergolong rendah
Gambar 4.1. Seharusnya sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker harus memiliki peranan dan tanggung jawab yang besar pada pelayanan
kefarmasian yang sekarang sudah berorientasi terhadap pasien demi meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker merupakan profesi kesehatan
dalam bidang kefarmasian yang memiliki peranan penting dalam memberikan nasihat, bantuan dan petunjuk kepada pasien yang ingin melakukan swamedikasi
Menkes RI, 2006.
Gambar 4.1 Persentase Profil Patient Assessment yang Dilakukan oleh Petugas
Apotek.
22.35 32.94
2.35 3.53
0.00 3.53
0.00 0.00
0.00
Patient Assessment
P elaya
na n
Universitas Sumatera Utara
35 Komponen lain dari kegiatan patient assessment yang pernah ditanyakkan
oleh petugas apotek adalah siapa yang sakit sebanyak 28 32,94 apotek, berapa usia pasien sebanyak 2 2,35 apotek, gejala yang di alami pasien sebanyak 3
3,53 apotek dan sudah berapa lama menderita sakit sebanyak 3 3,53 apotek. Informasi siapa yang sedang sakit merupakan informasi awal yang
penting didapatkan petugas apotek untuk mengetahui apakah obat yang akan diberikan kepada pasien akan digunakan oleh pasien itu sendiri atau tidak. Dalam
kasus ini setelah petugas apotek mengetahui bahwa pengobatan ditujukan kepada pasien sendiri, sebagian besar petugas apotek tidak menanyakan usia pasien.
Informasi tentang gejala sakit dan lama sakit juga dibutuhkan oleh petugas apotek untuk mengenali jenis penyakit yang diderita oleh pasien sebagai pertimbangan
tenaga kefarmasian di apotek dalam memberikan rekomendasi berupa obat yang sesuai atau rujukan ke dokter.
Menurut WHO 1998, untuk memperoleh informasi yang benar tentang kondisi pasien, apoteker sebaiknya mengajukan beberapa pertanyaan kepada
pasien misalnya mengenai keluhan atau pengobatan yang pernah dilakukan pasien. Oleh karena itu apoteker harus dapat memenuhi kebutuhan pasien,
mendampingi dan membantu pasien untuk melakukan swamedikasi yang bertanggung jawab atau jika perlu memberikan rekomendasi kepada pasien untuk
melakukan rujukan kepada dokter Komponen kegiatan patient assessment yang sama sekali tidak pernah
ditanyakan oleh petugas apotek adalah informasi tentang faktor penyebab sakit, tindakan yang sudah dilakukan dan obat-obat yang sedang dikonsumsi oleh
pasien. Menurut Hasanah 2013 menyatakan bahwa semua item tersebut penting
Universitas Sumatera Utara
36 untuk diketahui oleh petugas apotek terutama tindakan yang telah dilakukan
sebelumnya dan obat yang sedang di konsumsi guna menentukan rekomendasi yang sesuai.
Pada komponen medication record hasil penelitian menunjukkan tidak ada satu pun petugas apotek yang melakukannya kepada pasien. Hasil ini
menunjukkan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien belum dijalankan sepenuhnya. Seharusnya dalam setiap pelayanan kefarmasian yang
dilaksanakan di apotek dilengkapi dengan dokumentasi berupa catatan pengobatan pasien Patient Medication Record untuk mendukung terlaksananya pelayanan
kefarmasian yang berorientasi kepada pasien. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347MENKESSKVII 1990 tentang obat wajib apotek,
menetapkan bahwa apoteker di apotek dalam melayani pasien swamedikasi, diwajibkan untuk membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
4.2 Profil Rekomendasi