b Career Self-Management yaitu kemampuan untuk tetap mengikuti perubahan yang ada pada organisasi dan industri
dan untuk persiapan masa depan. 4
Konseling karir Career Counseling Konseling karir adalah aktifitas yang mengintegrasikan langkah-
langkah yang berbeda dalam proses pengembangan karir. Proses dalam membantu karyawan mendapatkan masukan-masukan untuk
karirnya kedepan. Karir konseling dilakukan oleh manajer yang dekat dengan karyawan maupun spesialis sumber daya manusia.
Manajer yang memiliki kecakapan dalam hubungan sumber daya manusia akan berhasil menjadi career counselors. Konseling karir
dilakukan untuk dengan tujuan menyediakan alternatif kepada bawahan dengan menyadarkan bahwa ada beberapa pilihan dan
mengambil keputusan tidak terbatas dengan pengalaman masa lalu. Konselor membantu dengan goal dan definisinya, pada akhirnya
karyawan yang harus mengambil keputusannya sendiri, namun konselor membantu apakah keputusan yangdiambil realistis ataupun
tidak.
3. Disiplin Kerja
a. Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Simamora 1997 disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau
prosedur. Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk
mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua. Hasibuan 2004 berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, dan bila melanggar akan ada sanksi atas pelanggarannya.
Holil dan Sriyanto 2011 menyatakan bahwa dari perspektif organisasi, disiplin kerja dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap
anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan
yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta keadaankeadaan baik lainnya. Menurut Sedarmayanti
2001 Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena
tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal. Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati
peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan.
Rivai 2004 dalam Regina Aditya Reza 2010 juga menyebutkan ada tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan disiplin, yaitu:
1 Aturan tungku panas yaitu pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner.
2 Tindakan disiplin progresif yaitu untuk memastikan bahwa terdapat hukum minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran.
3 Tindakan disiplin positif yaitu dalam banyak situasi, hukuman tindakan memotivasi karyawan mengubah suatu perilaku.
Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan 2005 “Disiplin adalah
sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikutimematuhi segala aturankeputusan yang
telah ditetapkan. Disiplin dalam hubungan kerja sangat erat kaitannya dengan motivasi kerja. Disiplin dapat dikembangkan melalui suatu latihan
antara lain dengan bekerja menghargai waktu, tenaga dan biaya”. Menurut
Alex S. Nitisemo 1996 bahwa “Kedisiplinan lebih tepat kalau diartikan
suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak”.
Terdapat beberapa tipe disiplin yang dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam pembinaan disiplin karyawan dalam organisasi antara
lain: 1 disiplin preventif, yaitu kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mendorong para karyawan agar menaati berbagai standar dan aturan perusahaan, sehingga dapat mencegah pengelewengan atau
pelanggaran. 2 disiplin korektif, yaitu kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang lebih lanjut
Susilo Martoyo 2000.