20 lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak
terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM., 1979.
3.5.2 Penentuan tipe emulsi sediaan krim
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang
pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi ma, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi am Ditjen
POM., 1985. 3.5.3 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH
7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquades, lalu dikeringkan dengan
tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml aquades. Kemudiaan elektroda
dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 2003.
3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan krim
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna dan
perubahan bau pada saat sediaan telah selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 0, 7, 14, dan 90 hari .
3.6 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap 18 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan eritema dan edema. Reaksi iritasi yang
Universitas Sumatera Utara
21 diamati yaitu eritema dan edema dengan sistim skor. Eritema: tidak eritema 0,
sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2, edema sedang 3,
edema sangat parah 4 Barel, dkk., 2009.
3.7 Pengujian Efektivitas Anti-Aging Terhadap Sukarelawan
Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap 18 orang sukarelawan wanita yang dibagi menjadi 6 kelompok dengan mengoleskan masing-masing krim
dua kali sehari yaitu pada pagi dan malam selama 4 minggu pada kulit punggung tangan dan dilakukan pengukuran parameter meliputi kadar air, kehalusan kulit,
besar pori, dan banyaknya noda menggunakan skin analyzer Aramo-SG pada kondisi awal dan setiap minggu selama perawatan 4 minggu.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sari Tomat Filtrat yang diperoleh sebanyak 2 L, kemudian dikeringkan dengan freeze
dryer dan diperoleh sari tomat yang berupa serbuk kering seberat 30 gram. Gambar sari tomat kering dapat dilihat pada Lampiran 3, Halaman 44.
4.2 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan
Berdasarkan hasil pengamatan homogenitas krim yang dilakukan, pada sediaan krim tidak terdapat butiran kasar pada gelas objek, maka semua sediaan
krim dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sediaan pembanding yakni olay dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya
butiran kasar pada gelas objek. Gambar uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6 Halaman 48.
4.2.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim
Dari hasil uji tipe emulsi semua sediaan krim menunjukkan bahwa warna biru metil dapat homogen atau tersebar merata di dalam krim sehingga dapat dibuktikan
bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air ma Ditjen POM., 1985. Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah
menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya pencucian. Hasil penentuan tipe emulsi ma pada sedíaan krim menggunakan biru
metil dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar pada Lampiran 6 Halaman 48.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan biru metil No Formula
Kelarutan Biru Metil pada Sediaan
Ya Tidak
1 FA √
- 2 FB
√ -
3 FC √
- 4 FD
√ -
5 FE √
- 6 FF
√ -
Keterangan : F: Formula, FA: blanko tanpa sari tomat, FB: sari tomat 5, FC: sari tomat 7,5, FD: sari tomat 10, FE: sari tomat 12, FF: Olay®
√ : larut dalam biru metil, -: tidak larut dalam biru metil
4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan
Hasil pengukuran pH sediaan krim sari tomat dilakukan dengan menggunakan pH meter.
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim Formula
Nilai pH Rata-rata Pada Hari Ke 0 7 14
21 28 90 FA 6,0
6,0 6,0
6,0 6,0
6,0 FB 5,9
5,9 5,9
5,9 5,9
5,8 FC 5,8
5,8 5,8
5,7 5,7
5,6 FD 5,8
5,8 5,6
5,6 5,5
5,5 FE 5,7
5,7 5,6
5,5 5,5
5,4 FF 6,4
6,4 6,4
6,4 6,4
6,4 Keterangan: FA: dasar krim blanko, FB: krim sari tomat 5, FC: krim sari
tomat 7,5, FD: krim sari tomat 10, FE: krim sari tomat 12, dan FF: Olay®
Tabel 4.2 di atas, memperlihatkan bahwa semakin banyak konsentrasi sari tomat yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH semakin menurun atau
semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya kandungan asam yang terdapat di dalam sari tomat. Penurunan pH ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu
4,5 – 6,5 dan masih aman untuk digunakan Tranggono dan Latifah, 2007.
4.2.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan krim
Hasil organoleptis sediaan krim sari tomat yang dibuat dengan berbagai variasi
Universitas Sumatera Utara
24 konsentrasi dan blanko memiliki perbedaan kecerahan warna dari masing-masing
sediaan, data organoleptis dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan data hasil pengamatan stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.3 Data organoleptis sediaan krim yang dibuat Formula
Penampilan Warna Bau
Konsistensi
FA Putih Jasmine semi
padat FB
Putih kekuningan Jasmine
semi padat FC
Putih kekuningan Jasmine
semi padat FD Jingga
Jasmine semi
padat FE Jingga
Jasmine semi
padat Keterangan: FA: dasar krim blanko, FB: krim sari tomat 5, FC: krim sari tomat
7,5, FD: krim sari tomat 10, dan FE: krim sari tomat 12
Tabel 4.4 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat
sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari
No Formula Pengamatan
setelah Selesai
dibuat 7 hari
14 hari 21 hari
28 hari 90
hari X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z
1 FA
- - - - - - - - - - - - - - - - - - 2
FB - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3 FC
- - - - - - - - - - - - - - - - - - 4
FD - - - - - - - - - - - - - - - - - -
5 FE
- - - - - - - - - - - - - - - - - - 6
FF - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan: FA: dasar krim blanko, FB: krim sari tomat 5, FC: krim sari tomat 7,5, FD: krim sari tomat 10, FE: krim sari tomat 12, dan FF:
olay, X: perubahan warna, Y: perubahan bau, Z: pecahnya emulsi, dan - : tidak terjadi
Menurut Ansel 2005, rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
perubahan bau. Menurut Rawlins 2003, sumber tidak stabilnya suatu emulsi adalah
mikroorganisme. Emulsi ma yang dibuat dengan bahan-bahan alami seperti gom, karbohidrat, dan protein mudah sekali ditumbuhi fungi dan bakteri pembusuk.
Universitas Sumatera Utara
25 Tingginya kandungan air juga menyebabkan mikroba cepat berkembang, sehingga
kebutuhan konsentrasi pengawet pada fase air harus cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroba, dan sebagian pengawet juga dimasukkan dalam fase minyak.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak
terjadi perubahan warna, bau dan pecahnya emulsi selama 90 hari penyimpanan, dengan demikian krim sari tomat memenuhi persyaratan kestabilan. Gambar sediaan
krim yang telah dibuat disimpan selama 90 hari di dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 5 Halaman 47.
4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan