D. Pengaturan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
Pengaturan UMKM sangat erat kaitannya dengan peraturan perundang- undangan nasional dan internasional. Undang-Undang yang pertama kali dibuat
pemerintah mengenai UMKM adalah Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang “Usaha Kecil”. Undang-Undang ini lahir dengan didampingi undang-undang yang
mendukungnya yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang “Perindustrian”, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang “Perkoperasian”,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang “Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang “ Penanaman Modal Dalam
Negeri”. Semua undang-undang tersebut menjadi acuan dibentuknya undang- undang usaha kecil. Pengaturan perundang-undangan perdagangan internasional
yang berkaitan dengan usaha kecil yaitu aturan penanaman mengenai perdagangan barang ekspor-impor yaitu TRIM yang tercantum dalam WTO yang merupakan
tindakan lanjut GATT 1994. Segala pengaturan yang ada kaitannya dengan usaha kecil tersebut adalah
pengaturan yang ikut mendukung terbentuknya undang-undang usaha kecil yang saat ini dikenal dengan UMKM.
59
Dengan berkembangnya sistem perekonomian di Indonesia, Undang-Undang usaha kecil mengalami perubahan, yang dimana
substansi dari undang-undang tersebut banyak mengalami perubahan. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang “Usaha Kecil” telah di ubah menjadi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang “Usaha Mikro Kecil dan Menengah”.
59
Jeane Nelte Saly, Usaha Kecil, Penanaman Modal Asing Dalam Perspektif Perdagangan Internasional,
Jakarta : Penerbit Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2001, hal. 25
Universitas Sumatera Utara
Dalam undang-undang yang baru ini berisi aturan mengenai : 1.
Landasan, Asas, dan Tujuan 2.
Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan 3.
Kriteria 4.
Penumbuhan Iklim Usaha 5.
Pengembangan Usaha 6.
Pembiayaan dan Penjaminan 7.
Kemitraan 8.
Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
9. Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana
a. Landasan, Asas dan Tujuan
Landasan pemberdayaan UMKM adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Asas yang tercantum dalam undang-undang ini yaitu kekeluargaan,
demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan
ekonomi nasional. Asas ini diberlakukan agar para pengusaha dari UMKM ini lebih efektif dan lebih menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam
membangun perekonomian Indonesia dengan menerapkan asas-asas tersebut. Asas-asas yang ada didalam undang-undang tersebut yaitu : Asas kekeluargaan,
asas demokrasi nasional, asas kebersamaan, asas efisiensi berkeadilan, asas berwawasan lingkungan, asas kemandirian, asas keseimbangan kemajuan, asas
Universitas Sumatera Utara
kesatuan ekonomi nasional. Dan semua asas itu ada dalam bab II, Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan usaha kecil dilakukan untuk menumbuhkan sikap kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan UMKM agar dapat berkarya
dengan prakarsa sendiri. Selain itu dapat juga mewujudkan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan berkeadilan, dan melakukan pengembangan usaha
berbasis potensi daerah dan berorientasi dalam UMKM tersebut sehingga dapat melakukan peningkatan daya saing yang berorientasi tinggi.
Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM ada dalam Bab II, Pasal 4 dan Pasal 5. c.
Kriteria-Kriteria UMKM Berdasarkan Pasal 6 beserta penjelasannya, pada UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM, kriteria UMKM dilihat dari jumlah kekayaan bersih dan hasil dari para pengusaha UMKM. Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah
hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Yang dimaksud dengan “hasil
penjualan tahunan” yang ada tertulis dalam undang-undang tersebut mengartikan hasil penjualan bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam
satu tahun buku. Kriteria-kriteria UMKM ini juga ditetapkan pada undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, namun besaran jumlah yang ada dalam
undang-undang lama berbeda dengan undang-undang yang baru. Terdapat perbedaan jumlah nominal yang ada didalam undang-undang tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995 Tentang Koperasi dan Usaha
Universitas Sumatera Utara
Kecil Menengah, kegiatan ekonomi rakyat ini memiliki kekayaan bersih berkisar 50 juta-200 juta dengan omzet penjualan sebesar Rp 1 milyar, namun pada UU
No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, usaha ini memiliki kekayaan bersih berkisar Rp 50 juta-Rp 500 juta dengan penjualan tahunan
berkisar Rp 300-Rp 2,5 milyar. d.
Penumbuhan Iklim Usaha Penumbuhan iklim usaha dituangkan dalam Pasal 7 UU Nomor 20 Tahun
2008. Penumbuhan iklim usaha bagi kegiatan UMKM tersebut harus disertai dengan bantuan pemerintah setempat. Bantuan tersebut dapat berupa pendanaan,
sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan, kesempatan berusaha, promosi dagang, dukungan kelembagaan. Hal-hal tersebut dapat
dilaksanakan jika masyarakat mendukung program-program yang telah ditetapkan pemerintah setempat demi terciptanya usaha-usaha baru yan berbasis UMKM.
Dengan berkembangnya iklim usaha tersebut membuat banyaknya lapangan pekerjaan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat yang memiliki latar
belakang pendidikan rendah. e.
Pendanaan dan Pembiayaan UMKM Berdasarkan Pasal 8 UU No.20 Tahun 2007 tentang UMKM, aspek
pendanaan dan pembiayaan UMKM juga dikenal dengan aspek pendanaan usaha yang dimana hal tersebut dituangkan dalam Pasal 7 dalam Undang-Undang
tersebut. Pendanaan usaha digerakkan demi memperluas jaringan usaha dari UMKM tersebut melalui pemberian fasilitas peminjaman melalui perbankan
dengan prosedur yang lebih mudah. Dengan kemudahan mendapatkan dana,
Universitas Sumatera Utara
UMKM yang ada pasti akan mudah untuk melakukan inovasi-inovasi yang baru terhadap produk-produk UMKM yang ada.
Pembiayaan UMKM dijelaskan dalam Pasal 21 dan Pasal 22 UU No.20 Tahun 2008 dimana peran pemerintah, BUMN, Usaha Besar dapat memiliki
inisiatif terhadap pemberian kredit atau mengalokasikan dana khusus untuk membesarkan pengusaha UMKM sendiri.
f. Sarana dan Prasarana Serta Informasi UMKM
Pasal 8 UU UMKM menjelaskan kegiatan pemberian sarana dan prasarana dalam UMKM memaksudkan adanya pemberihan kemudahan terhadap para
pengusaha UMKM dalam keringanan tarif prasarana tertentu sesuai dengan peraturan daerah setempat. Aspek informasi UMKM dapat dilihat dari Pasal 10
yang menjelaskan untuk membantu para pihak yang di dalam UMKM memperoleh informasi dalam mengembangkan usahanya dan memperoleh
informasi dalam kemudahan mencari dana tambahan. g.
Aspek Perizinan UMKM Pasal 12 UU UMKM mengatur aspek perizinan berhubungan dengan
penyederhanaan tata cara dan jenis perizinan dalam pendirian UMKM. Aspek ini dimulai dari kesederhanaan dalam proses, kejelasan dalam pelayanan, kepastian
waktu penyelesaian, kepastian biaya, dan lain-lain yang menyangkut mengenai pendirian UMKM. Adanya aspek ini dicetuskan dalam undang-undang, agar para
pengusaha lebih terbantu dalam membuka usahanya. Dengan adanya kejelasan dalam aspek perizinan ini membuat minat masyarakat dalam mengembankan
UMKM menjadi lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
h. Kesempatan Berusaha UMKM
Pasal 13 UU UMKM, aspek kesempatan berusaha ini dilakukan dengan tujuan untuk memberdayakan UMKM tersebut dengan cara pemberian lokasi
yang layak, menetapkan alokasi, mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha untuk lebih mudah dikembangkan dan juga untuk melindungi usaha tertentu yang
dianggap baik untuk dikembangkan oleh UMKM. Hal ini juga jelas lebih menguntungkan produk yang dihasilkan oleh UMKM melalui pengadaan secara
langsung dan memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan bagi para pengusaha UMKM jika mengalami permasalahan.
i. Aspek Promosi dan Pemasaran UMKM
Pasal 14 UU UMKM memaparkan bahwa promosi dan pemasaran lebih ditujukan untuk meningkatkan daya promosi dari usaha-usaha UMKM.
Peningkatan aspek promosi dan pemasaran ini dapat membantu para pengusaha UMKM sendiri untuk lebih mudah mengembangkan produk-produknya diluar
daerah produknya dibuat atau bahkan dapat diperkenalkan di luar negaranya. Kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan secara intensif dan terarah akan
menghasilkan nilai positif bagi Indonesia sendiri, dimana dengan dikenalnya produk-produk UMKM di Indonesia dan di luar negeri, ini akan membantu
meningkatkan nilai ekonomi di Indonesia. Kegiatan ini akan berjalan dengan lancar jika pemerintah memberikan fasilitas yang memadai dan melindungi hak
atas kekayaan intelektual atas produk-produk UMKM.
Universitas Sumatera Utara
j. Aspek Dukungan Kelembagaan UMKM
Pasal 15 UU UMKM memaparkan aspek dukungan kelembagaan UMKM terdiri atas :
a. Inkubator Bisnis
b. Lembaga Layanan Pengembangan Usaha
c. Konsultan Keuangan Mitra Bank
k. Aspek Pengembangan UMKM
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berperan dalam mengembangkan UMKM yang sesuai dengan Pasal 16 UU UMKM dimana fungsi dari pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yaitu memfasilitasi UMKM dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi. Selain
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha juga memiliki peranan yang penting untuk mengembangkan UMKM agar mampu bersaing dengan produk-produk luar
yang masuk ke Indonesia. l.
Aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia UMKM Pasal 19 UU UMKM pengembangan SDM UMKM dapat dilakukan
dengan meningkatkan ketrampilan secara teknik kepada para pengusaha dan memperkenalkan dunia UMKM kepada SDM melalui program-program
ketrampilan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. m.
Aspek Perjanjian, Kemitraan dan Pola Kemitraan Pasal 34 UU UMKM mengatur aspek perjanjian, serta tujuan dan
pengaturan kemitraan UMKM diatur pada Pasal 11 dan Pasal 25, dan pola kemitraan terdapat dalam Pasal 26 UU UMKM.
Universitas Sumatera Utara
n. Saksi Administrasi dan Ketentuan Pidana
Sanksi administrasi dan ketentuan pidana diatur dalam Pasal 39 dan Pasal 40 UU UMKM. Disini diatur mengenai pelanggaran yang dilakukan dari para
pengusaha, baik pengusaha besar ataupun menengah yang telah melanggar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan UU UMKM. Jumlah nominal yang harus
dibayar oleh pihak yang bersalah telah ditentukan dalam Pasal tersebut, dan jika terdapat tindakan yang mengacu terhadap penipuan agar dapat memperoleh
keuntungan demi dirinya, sanksi yang diberikan bukan hanya ganti rugi namun adanya kurungan penjara yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang