Kedudukan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Menerima

90 BAB IV AKIBAT HUKUM PEMBERIAN PENGAMPUNAN PAJAK BAGI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

A. Kedudukan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Menerima

Pengampunan Pajak UMKM dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: standard regime dan presumptive regime . Dalam standard regime, UMKM tidak dibedakan perlakuan perpajakannya. Namun demikian terdapat beberapa negara yang menerapkan standard regime dengan penyederhanaan formulir perpajakan, tata cara pembayaran, atau dengan pengurangan tarif. Negara-negara yang menerapkan standard regime untuk UMKM pada umumnya negara-negara maju yang komunitas UMKM-nya telah memiliki efisiensi administrasi tinggi dan mempunyai kemampuan book-keeping yang memadai. Sementara itu, dalam model presumptive regime, pajak dikenakan berdasarkan pada kondisi tertentu dari Wajib Pajak. Presumptive regime biasa digunakan terutama di negara yang mayoritas pembayar pajaknya adalah kelompok tidak memenuhi kewajiban membayar pajak dan sumber daya administrasinya tidak memadai. Di negara tersebut sebagian besar Wajib Pajak tidak memiliki transparansi keuangan yang memungkinkan untuk pengenaan pajak secara efektif oleh Pemerintah. 102 102 Lukman Adam, Pengampunan Pajak Terhadap UMKM, Majalah Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik, Juli 2016, hal. 15 Universitas Sumatera Utara Hubungan yang tercipta antara UMKM dalam pengampunan pajak adalah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 3 UU Pengampunan Pajak bahwa Wajib Pajak turut serta dalam pemanfaatan program pengampunan pajak. 103 Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengampunan pajak dalam hal ini merupakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam undang-undang. 104 Ketentuan pemanfaatan pengampunan pajak bagi Wajib Pajak yang dimaksudkan dalam hal ini diantaranya : 105 1. Wajib Pajak Orang Pribadi 2. Wajib Pajak Badan 3. Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM 4. Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak Dari ketentuan tersebut UMKM selaku Wajib Pajak berhak dalam pemanfaatan pengampunan pajak. Hubungan yang tercipta antara UMKM sebagai Wajib Pajak dalam menerima pengampunan pajak, maka wajib bagi UMKM untuk tunduk dalam mematuhi peraturan perundang-undangan tentang pajak 103 Pasal 3 Butir 1 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak” 104 Pasal 1 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak” 105 Siapa Yang Bisa Memanfaatkan?, http:pajak.go.idcontentamnesti-pajak diakses tanggal 11 Maret 2017 Universitas Sumatera Utara terkhusus Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sesuai Pasal 2 ayat 1 UU No. 28 Tahun 2007 menekankan bahwa semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment , wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak. 106 Self assessment dalam hal ini muncul sejak perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983 yang merupakan awal dimulainya reformasi perpajakan Indonesia. Indonesia telah mengganti sistem pemungutan pajaknya pula dari sistem official-assessment menjadi sistem self- assessment yang masih diterapkan sampai dengan sekarang. Sistem Self- assessment merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak WP untuk menghitungmemperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. 107 Self Assesment System antara lain : a. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang ada pada WP sendiri 106 Pasal 2 Butir 1 UU No 28 Tahun 2007 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” 107 https:chimcute.wordpress.comtagself-assessment-system-official-assessment- system diakses pada tanggal 23 Maret 2017 Universitas Sumatera Utara b. Wajib Pajak Aktif mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi Sebaliknya pada sistem official-assessment besarnya pajak yang seharusnya terutang ditetapkan sepenuhnya oleh Fiskus aparat pajak. Kriteria dari Official Assesment system adalah : a. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus b. Wajib Pajak bersifat pasif c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. Serta Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotonganpemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. 108 Kewajiban mendaftarkan diri sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian 108 Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, Yogyakarta:Penerbit Andi:2009 hlm.22 Universitas Sumatera Utara pemisahan penghasilan dan harta. Wanita kawin selain tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya. Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut merupakan suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya. Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. 109 Pemberian Pengampunan Pajak bagi Wajib Pajak termasuk dalam hal ini termasuk UMKM dalam pelaksanaannya didasarkan atas beberapa asas, diantaranya : 110 1 Kepastian Hukum Asas kepastian hukum merupakan pelaksanaan Pengampunan Pajak harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum. 2 Keadilan 109 Penjelasan Pasal 2 UU No 28 Tahun 2007 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” 110 Penjelasan Pasal 2 Butir 1 UU No 11 Tahun 2016 tentang “ Pengampunan Pajak” Universitas Sumatera Utara Asas keadilan merupakan pelaksanaan Pengampunan Pajak menjunjung tinggi keseimbangan hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat. 3 Kemanfaatan Asas kemanfaatan merupakan seluruh pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak bermanfaat bagi kepentingan negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum. 4 Kepentingan Nasional Asas kepentingan nasional merupakan pelaksanaan Pengampunan Pajak mengutamakan kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat di atas kepentingan lainnya. Sesuai UU NO.20 Tahun 2008 tentang UMKM, ditentukan kriteria UMKM dalam memenuhi persyaratan untuk menerima pengampunan pajak yaitu: 111 1. Kriteria usaha mikro dalam pasal 6 ayat 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yaitu : b. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau c. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000 lima ratus juta rupiah. 2. Kriteria usaha kecil dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2008 yaitu : 111 Pasal 6 UU No 20 Tahun 2008 tentang “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah” Universitas Sumatera Utara a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah. 3. Kriteria usaha menengah pada Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang No.20 Tahun 2008 yaitu : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah. Penentuan kriteria Wajib Pajak UMKM dalam penerimaan pengampunan pajak didasarkan pada jumlah peredaran usaha dalam satu tahun yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Jumlah peredaran usaha yang termasuk ke dalam kriteria Wajib Pajak UMKM sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 adalah Wajib Pajak yang memiliki peredaran usaha sampai dengan Rp 4,8 Milyar dalam satu tahun. Universitas Sumatera Utara Selain itu, Penentuan Tarif uang tebusan Pengampunan Pajak Wajib Pajak UMKM juga didasarkan pada jumlah aset yang akan dideklarasikan. 112 Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 UU Pengampunan Pajak menekankan bahwa besarnya penentuan tarif uang tebusan bagi Wajib Pajak UMKM yang peredaran usahanya sampai dengan Rp 4,8 Milyar pada Tahun Pajak Terakhir dikenakan sebesar : 113 1 0,5 nol koma lima persen bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai Harta sampai dengan Rp 10 Milyar dalam Surat Pernyataan; atau 2 2 dua persen bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai Harta lebih dari Rp 10 Milyar dalam Surat Pernyataan, untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

B. Tata Cara dan Syarat Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha

Dokumen yang terkait

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 0 27

Nomor 118 PMK.03 2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak

0 0 94

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 0 8

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 0 1

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 0 25

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 0 33

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak Chapter III V

0 0 57

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 0 6

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGAMPUNAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK (TINJAUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK) - Repositori Universitas Kristen Indonesia

0 0 7

ANALISIS YURIDIS IMPLIKASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGAMPUNAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK (TINJAUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK) - Repositori Universitas Kristen Indonesia

0 0 10