C. Pengampunan Pajak Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
1. Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan Pengampunan Pajak Berdasarkan Pasal 4 UU No.11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,
ditekankan aspek penghitungan tarif uang tebusan dalam keikutsertaan wajib pajak dalam pengampunan pajak.
94
Uang Tebusan yang dimaksudkan merupakan sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan pengampunan
pajak. Tarif uang tebusan yang harus dibayarkan merupakan hasil dari Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak yang selanjutnya disebut Surat
Pernyataan yang merupakan surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk mengungkapkan Harta, Utang, nilai Harta Bersih serta penghitungan dan
pembayaran Uang Tebusan. Yang dimaksud dengan “Harta” adalah akumulasi tambahan kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud
maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam
danatau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan “Utang” adalah jumlah pokok utang yang belum dibayar yang berkaitan
langsung dengan perolehan Harta. Sesuai yang diatur dalam Pasal 4 bahwa tarif uang Tebusan yang
dikenakan terbagi sesuai dengan letak harta yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tarif Uang Tebusan dikenakan 2
didalam NKRI dan 4 diluar NKRI untuk periode penyampaian bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak UU Pengampunan Pajak
94
Pasal 4 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
Universitas Sumatera Utara
berlaku, 3 didalam NKRI dan 6 diluar NKRI untuk periode pada bulan keempat hingga tanggal 31 Desember 2016, dan 5 didalam NKRI dan 10
diluar NKRI untuk periode yang dimulai tanggal 1 Januari 2017 hingga 31 Maret 2017. Serta Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya
sampai dengan Rp 4,8 miliar pada Tahun Pajak Terakhir sebesar 0,5 bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai Harta sampai dengan Rp 10 miliar dalam
Surat Pernyataan dan 2 bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai Harta lebih dari Rp 10 miliar dalam Surat Pernyataan.
Sesuai dengan Pasal 5 UU Pengampunan Pajak, cara penghitungan Uang Tebusan dilakukan dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 dengan dasar pengenaan Uang Tebusan. Pengenaan Uang Tebusan dihitung berdasarkan nilai Harta bersih yang belum atau belum seluruhnya
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Terakhir SPT PPh. Nilai Harta Bersih merupakan selisih antara nilai Harta dikurangi nilai
Utang.
95
2. Tata Cara Pengampunan Pajak Atas Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Pasal 8 UU Pengampunan Pajak, untuk memperoleh
Pengampunan Pajak, Wajib Pajak harus menyampaikan Surat Pernyataan kepada Menteri.
Yang dimaksud
dengan “Menteri”
adalah menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara.
96
Penyampaian Surat Pernyataan dalam Pengampunan Pajak harus ditandatangani
95
Pasal 5 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
96
Pasal 8 UU No 11 tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
Universitas Sumatera Utara
oleh Wajib Pajak orang pribadi, pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau dokumen lain yang dipersamakan, bagi Wajib Pajak badan atau
penerima kuasa, dalam hal ini pemimpin tertinggi dalam keadaan sedang berhalangan. Pemberian Surat Pernyataan kepada Wajib Pajak setelah melalui
proses yang telah diatur dalam UU Pengampunan Pajak dengan dilakukannya pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan; danatau penyidikan Tindak Pidana
di Bidang Perpajakan untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir sampai dengan diterbitkannya Surat
Keterangan. Yang dimaksud dengan “Tahun Pajak” adalah jangka waktu 1 satu tahun kalender, kecuali jika Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak
sama dengan tahun kalender. Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan” adalah surat yang diterbitkan oleh Menteri sebagai bukti pemberian Pengampunan Pajak.
Bagi Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Keterangan sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU Pengampunan Pajak, memperoleh fasilitas Pengampunan
Pajak berupa :
97
a. penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak
dikenai sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian
Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;
97
Pasal 11 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
Universitas Sumatera Utara
b. penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda,
untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;
c. tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, atas kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak,
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir; dan d.
penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak
sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan atas kewajiban
perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang sebelumnya telah ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 3, yang
berkaitan dengan kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 5.
3. Perlakuan Perpajakan Pengampunan Pajak Sesuai dengan Pasal 14 undang-undang Pengampunan Pajak, kegiatan
dalam mengikuti pengampunan pajak diharapkan kewajiban bagi Wajib Pajak untuk menyelenggarakan pembukuan menurut ketentuan Undang-Undang
mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, harus membukukan selisih antara nilai Harta bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 3 yang
disampaikan dalam Surat Pernyataan dikurangi dengan nilai Harta bersih yang
Universitas Sumatera Utara
telah dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a, sebagai tambahan atas saldo laba ditahan
dalam neraca.
98
Perlakuan perpajakan berhubungan dengan pengalihan hak dan pembatasan hak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak terhadap Wajib
Pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak untuk dapat mendapatkan pengampunan pajak. Ketetapan perlakuan perpajakan atas
harta yang belum diungkap yang dituangkan dalam Pasal 18 menekankan adanya ditemukan hal yang berkaitan dengan data danatau informasi mengenai Harta
yang belum atau kurang diungkapkan dalam Surat Pernyataan setelah diperolehnya Surat Keterangan oleh Wajib Pajak. Dengan adanya penemuan hal
tersebut maka Wajib Pajak tidak lagi untuk menyampaikan Surat Pernyataan sampai dengan periode Pengampunan Pajak berakhir namun dianggap menjadi
tambahan penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada saat ditemukannya data danatau informasi mengenai Harta dimaksud, paling lama 3
tiga tahun terhitung sejak UU Pengampunan Pajak berlaku. Dengan ketentuan yang ada dalam UU Pengampunan Pajak maka Wajib Pajak akan dikenai Pajak
Penghasilan ditambah dengan sanksi administrasi perpajakan.
99
98
Pasal 14 Butir 1 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
99
Pasal 15 sampai 18 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
Universitas Sumatera Utara
4. Upaya Hukum Dan Ketentuan Pidana Mengenai sengketa pajak yang ada telah ditentukan upaya hukum yang ada
sesuai dengan Pasal 19 UU Pengampunan Pajak. Sengketa yang berkaitan dengan Undang-Undang ini hanya dapat diselesaikan melalui pengajuan gugatan kepada
badan peradilan pajak. Sengketa yang terjadi dalam perpajakan karena adanya penemuan pelanggaran akan kerahasiaan data dan informasi sebagaimana yang
ditentukan dalam Pasal 21 UU Pengampunan Pajak. Pasal ini menekankan aturan sebagai berikut :
100
1. Menteri menyelenggarakan Manajemen Data dan Informasi dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang ini.
2. Menteri, Wakil Menteri, pegawai Kementerian Keuangan, dan pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Pengampunan Pajak, dilarang membocorkan,
menyebarluaskan, danatau memberitahukan data dan informasi yang diketahui atau diberitahukan oleh Wajib Pajak kepada pihak lain.
3. Data dan informasi yang disampaikan Wajib Pajak dalam rangka Pengampunan Pajak tidak dapat diminta oleh siapapun atau diberikan kepada
pihak manapun berdasarkan peraturan perundang-undangan lain, kecuali atas persetujuan Wajib Pajak sendiri.
4. Data dan informasi yang disampaikan Wajib Pajak digunakan sebagai basis data perpajakan Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 21 UU Pengampunan Pajak, apabila terjadi pelanggaran maka telah diatur ketentuan pidananya dalam Pasal 23 UU
100
Pasal 19 sampai 21 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
Universitas Sumatera Utara
Pengampunan Pajak dimana ditekankan bagi setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 lima tahun serta penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar. Namun dalam Pasal 22 UU Pengampunan Pajak mengatur bahwa Menteri, Wakil Menteri, pegawai Kementerian Keuangan, dan
pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Pengampunan Pajak, tidak dapat dilaporkan, digugat, dilakukan penyelidikan, dilakukan penyidikan, atau dituntut,
baik secara perdata maupun pidana jika dalam melaksanakan tugas didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
101
101
Pasal 21 sampai 23 UU No 11 Tahun 2016 tentang “Pengampunan Pajak”
Universitas Sumatera Utara
90
BAB IV AKIBAT HUKUM PEMBERIAN PENGAMPUNAN PAJAK BAGI USAHA
MIKRO KECIL MENENGAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
A. Kedudukan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Menerima