86
4.5.4 Pendidikan Sebagai Mobilitas Sosial dalam Pekerjaan
Mobilitas sosial bentuk perpindahan status dan peranan seseorang atau sekelompok orang dari kelas sosial yang lebih rendah ke kelas sosial yang lebih
tinggi, atau dari kelas sosial yang lebih tinggi ke kelas sosial yang lebih rendah vertikal. Menurut Horton dan Hunt, mengartikan mobilitas sosial sebagai gerak
perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Sebab lembaga
pendidikan seperti sekolah merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang vertikal.
Buruh penderes memiliki keyakinan dengan adanya pendidikan yang dimiliki anak dapat mensejahterakan kehidupan masa depan anak. Kesejahteraan
yang dipahami buruh penderes adalah sejahtera secara ekonomi melalui pendidikan anak menghantarkan pada pekerjaan yang lebih tinggi dari orang
tuanya, sehingga dapat membantu keluarga. Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas sosial yang penting, bahkan jenis pekerjaan kasar yang berpenghasilan
baik pun sukar diperoleh, kecuali jika seseorang mampu membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Menaiki tangga mobilitas sosial tanpa
ada bukti ijazah pendidikan tinggi merupakan suatu hal yang jarang terjadi. Diduga bahwa tambah tingginya taraf pendidikan yang dimiliki individu maka
makin besar kemungkinan anak-anak golongan rendah mengalami mobilitas sosial secara vertikal Setiadi: 530. Pentingnya pendidikan membawa perubahan
ekonomi keluarga menjadi lebih baik melalui tingkat pendidikan anak, hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan informan oleh ibu N.br Hutapea :
“Yakinlah sama pendidikan dapat merubah anak, pendidikan itu bagus.Yah pinginlah anak pendidikannya tinggi dan bagus biar cita-
citanya tercapai. Biar jangan bodoh kayak kami mamak bapaknya di kebon.Inilah anaku yang pelayaran sebelum bekerja jurusan
nakhoda kapal udah ada sekolahannya tapi masih dasarnya terus mintak tambah lagi sekolahannya di STIP, ini mau lanjut sekolah
Universitas Sumatera Utara
87
lagi biar bisa jadi perwira atau kapten kapal, agar kerjaannya makin bagus, gajinya besar. Yah kami usahakan dan dukung anak kami
sekolahkan semampu otaknya kalau mampu sampai tinggi kami siap kami dukung walaupun sakit mencari duit. Kadang tidak cukup,
kurang gaji bapaknya di kebon tapi, ya harus berani ambil resikolah untuk sekolah anak. Usahakan terus minjam-minjam duit pun tidak
apa-apa. Sering minjam duit bunga sama orang, pernah juga minjam duit dari bank..” Hasil Wawancara 28 Agustus 2015
Jadi, buruh penderes perkebunan menginginkan anaknya mengalami peningkatan dalam pekerjaan yang lebih tinggi dari orang tuanya, sebab orang tua
menilai pendidikan dapat merubah nasib anak. Buruh ini menyadari untuk melakukan perpindahahan jabatan kerja level atas memerlukan peningkatan
pendidikan. Modal pendidikan yang dimiliki seorang anak dapat mengalami mobilitas sosial secara vertikal. Walaupun dilihat dari pekerjaan orang tua berada
dilapisan bawah menjadi buruh penderes, namun potensi anak mampu mengikuti persaingan yang cukup ketat dalam pendidikan melalui ujian penyeleksian
sehingga anak menjadi saluran gerak sosial yang vertikal karena berhasil mendapatkan kursi di lembaga pendidikan yang bagus melalui ujian. Tingkat
pendidikan dan skill yang di miliki individu mengahantarkan seorang ke peluang yang sudah terbuka lebar untuk meraih jabatan pada level atas dengan gaji sangat
baik sesuai dengan kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan skill pekerjaan. Gerak sosial vertikal pada pekerjaan umumnya berlaku untuk semuah
kalangan masyarakat. Pada kenyataannya tidak semuah individu berada dalam gerak sosial vertikal sebab sedikit banyak ada hambatan yang mempengaruhi
seseorang mengalami gerak sosial vertikal. Individu yang dapat mempertahankan gerak sosial vertikal akan memiliki peluang besar untuk melakukan perpindahan
pekerjaan dari satu kedudukan ke kedudukan yang lain. Gerak sosial vertikal ini seperti pekerjaan nakhoda kapal mengalami pergerakan naik status menjadi
Universitas Sumatera Utara
88
perwira kapal. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan individu memiliki pendidikan yang menghantarkan sampai dapat status kapten atau perwira.
Pendidikan memperlihatkan modal individu dalam persaingan untuk naik tangga sosial cukup ketat dengan demikian peran pendidikan semakin penting. Individu
yang berhasil dalam pendidikan, dialah yang memiliki kemungkinan untuk naik tangga sosial. Hal ini senada dengan pernyataan disampaikan oleh informan bapak
Maruli Lumban Gaol, yaitu: “Yah memang menurut ku akuin hanya di bidang pendidikan ini
nanti yang dapat merubah nasib anak-anaku, selain dari situ tidak ada yang bisa ku kasih, karna aku seorang buruh penderes, tanah
aku tidak punya dari mana mau kasih. Apalagi uang aku tidak ada uang banyak untuk mereka. yah hanya pendidikan lah yang bisa ku
usahakan untuk anak-anakku biar bisa nanti anaku kuharapkan lebih meningkat kehidupannya dari saya. Dan pekerjaan mereka
harus layak untuk mereka jangan seperti aku seorang penderes tamatan SMPnya jadi, kemana mau ku andalkan mereka kalau
tidak ada tamatan. Sedangkan di perkebunan ini saja mau jadi seorang penderes harus tamatan SMA apalagi diluaran sana kerja
lain. makanya anak ku dorong terus hayo kejar terus-terus pendidikan mencapai cita-cita”
Jawaban hasil wawancara dengan informan pentingnya pendidikan dapat
merubah nasib didukung oleh hasil wawancara dari anak beliau yang sedang mengecap pendidikan di perguruan tinggi Jeni br Marbun, yaitu :
“Saya yakin pendidikan dapat membawa perubahan ekonomi, tetapi tergantung dengan individunya kalau dia pandai
menggunakan keahlian jurusannya dia akan terjamin mendapat pekerjaan yang menjamin. Lain hal dengan yang punya pendidikan
tetapi tidak digunakan keahliannya dengan jurusannya yah dia tidak akan mendapat pekerjaan yang dia inginkan. Saya yakin
dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pekerjaan kita akan menjadi lebih tinggi. Misalnya dari guru honor, diangkat menjadi
kepala sekolah karena memiliki pendidikan S1 dan sertifikasi. mudah-mudahan cita-citaku tercapai, biar bantu orang tuaagar
tidak bekerja di perkebunan lagi, tidak berlama-lama lagi sampai pensiun. jadi tidak harus banting tulang lagi orang tuadi
perkebunan karna udah kita fasilitasi kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
89
Pendidikan saluran resmi yang paling rasional dalam menentukan pergerakan status sosial seseorang. Buruh ini menilai jika pendidikan di berikan
maka tidak akan hangus begitu karena pendidikan sudah melekat dalam diri. Minimnya pendidikan yang dimiliki buruh ini membawa pada hidup serba terbatas
hanya bisa menjadi seorang buruh. Semakin menumbuhkan nilai fungsi pendidikan sangat penting untuk anak. Orang tua penderes berasumsi bahwa jika
pendidikan anak hanya tamatan sekolah dasar atau sekolah pertama akan membawa anak mendapat penghasilan yang rendah ketika mereka mulai bekerja.
Buruh penderes dalam konteks ini berasumsi pendidikan diberikan kepada anak harus sampai pada jenjang pendidikan yang tinggi supaya anak mengalami
mobilitas sosial secara vertikal terhadap pekerjaannya. Jika anak tidak memiliki pendidikan yang tinggi, orang tua penderes ini menilai belum cukup untuk
mensejahterakan anak di masa hidupnya. Pendidikan sangat signifikan menjadi anak tangga mobilitas sosial bahkan
mengalami pergerakan sosial secara vertikal. Semakin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat pengahasilannya. Keberhasilan pendidikan seseorang
mempengaruhi kedudukan sosialnya di masyarakat dapat membawa meningkatkan derajat orang tua yang berada di level bawah sebagai buruh
penderes karet menjadi tepandang di masyarakat perkebunan. Dampak positif dari pendidikan anak inilah yang semakin menumbuhkan nilai dan fungsi pendidikan
sangat penting dalam keluarga dan nilai pendidikan dapat dijadikan prinsip keluarga buruh penderes terhadap pendidikan anaknya.
Pada dasarnya pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari ketiga jenis pendidikan yang tersedia yakni pendidikan informal, dan pendidikan non
Universitas Sumatera Utara
90
formal, pendidikan formal, tampaknya jenis pendidikan yang terakhir lebih dapat diandalkan. Pada pendidikan formal, dunia pekerjaan dan status lebih
mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status Setiadi: 530. Buruh penderes ini menilai pendidikan diberikan
kepada anak harus sampai tingkat tinggi atau perguruan tinggi supaya dengan pendidikan yang dimiliki anak dapat diaplikasikan di pekerjaan di luar perkebunan
dengan harapan mudah mengalami mobilitas sosial vertikal mencapai kedudukan rendah ke kedudukan tinggi. Ada juga buruh penderes yang menilai pendidikan
anak diberikan sampai tingkat SMA dengan harapan tujuan pendidikan yang dimiliki anak dapat diaplikasikan ke pekerjaan yang berada di perkebunan. Buruh
penderes dan masyarakat perkebunan percaya walaupun pendidikan anak hanya tingkat SMA dan bekerja di perkebunan suatu saat akan mengalami peningkatan
kerja dari kedudukan pekerjaan rendah ke kedudukan yang menengah bahkan dapat meningkat lagi.
Tingkat pendidikan SMA dapat mengalami pergerakan sosial dari buruh penderes bisa naik menjadi Mandor atau Krani. Berdasarkan data hasil wawancara
dengan informan penderes orang tua di perkebunan sebagian menilai pendidikan anak menyandang ijazah supaya mendapatkan pekerjaan setahap lebih maju dari
orang tuanya. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan bapak Wiyono, yaitu :
Pendidikan itu yah memang bagus dan pendidikan memang diutamakan diperusahaan ini. Bagus pendidikannya, pekerjaanya
bagus, status pekerjaan di perkebunan ini bisa naik jabatan sebagai mandor atau krani. Lama pun kerja di kebon tapi kalau gak ini.
Apalagi dijaman sekarang ini harus tamatan SMA masuk kebon”
Universitas Sumatera Utara
91
Pernyataan yang disampaikan bapak wiyono senada dengan jawaban hasil wawancara yang dikatan ibu Rini, yaitu:
“Ya saya mendukung pendidikan anak karena, mau masuk kerja dikebon aja mesti harus ada tamatan SMA, jadi tanpa adanya
pendidikan orang tidak bisa kerja karena saat dicari ijazah SMA. Kalau anak saya masuk kebon yah ingin sih karena masa depan
anak kita tidak tahu, kita tidak bisa paksain menginginkan anak untuk menjadi seorang perawat atau bidan tapi kalau jebol
mendaftar di perkebunan ya berarti sudah dikebon ini rezekinya.Mending ke kebon ya karnakan ka kerja dikebon itu
udah terjamin dapat gaji tiap bulan, mendapat rumah sakit, mendapat bonus, memang lelah tetapi sudah lebih bagus. Terus
kalau punya pendidikan, kita kerjanya patuh, kinerjanya bagus dikebon ini jadi dipercaya untuk naik tingkat kerjaan dari buruh
penderes ke mandor atau krani”
Jadi, secara umum buruh penderes menilai pendidikan penting untuk anak. Namun penilaian buruh ini terhadap pendidikan di tingkat SMA sudah lebih dari
cukup untuk masa depan anak karena dengan menyandingkan ijazah dapat menentukan pekerjaan yang sudah di tentukan. Buruh penderes ini menilai
pendidikan tingkat SMA dapat mengalami mobilitas sosial secara vertikal terhadap pekerjaan walaupun proses pergerakan perpindahan statusnya secara
evolusi.. Pekerjaan pada bagian industri yang memperlihatkan secara signifikan terjadinya mobilitas sosial baik secara vertikal ataupun horizontal. Proses
mengalami mobilitas berawal dari bekerja sebagai buruh penderes kemudian berakhir pada jabatan mandor atau krani di perkebunan.
Pihak perkebunan akan memberikan apresisiasi kepada buruh atau kayawan yang memiliki potensi dalam mengembangkan pengetahuannya dalam
bekerja, memiliki kedisiplinan kerja, patuh terhadap peraturan yang ada, maka akan mengalami jenjang karir dalam pekerjaan karena dinilai hasil kinerjanya
membawa dampak positif dan keberuntungan. Apresiasi yang diberikan pihak
Universitas Sumatera Utara
92
perkebunan kepada setiap pekerja dalam bentuk peningkatan kedudukan bekerja. Peningkatan kedudukan kerja individu maka pekerjaannya lebih ringan dari
berkedudukan rendah seperti menjadi buruh penderes. Kedudukan kerja semakin tinggi maka pendapatan juga semakin besar. Nilai pendidikan tingkat SMA ini
yang sering di asumsi oleh masyarakat perkebunan jika pendidikan anak sampai tingkat SMA.
“ Apalagi seperti adik-adiku ini tamat SMK, SMA pun susahnya cari kerja makanya kerja mocok-mocok di kebon, ya skalian
ngerjai ladang pribadi milik mama. Sekarang memang harapan mama dan kaka juga,kedua adik ku bisa masuk kebon jadi
karyawan karena sudah mapan, lagi biar tenang mamaku. karna masih tutup aja sekarang lowongan pekerjaan dikebon kalau buka
pasti udah rame karena udah banyak anak yang punya pendidikan tingkat SMA. menjadi karyawan aja dari pada kerja diluar-luar
perkebunan ini juga takut ntah kenapa-kenapa, juga cari pekerjaan sekarang kan udah susah”
Masyarakat perkebunan ini memiliki kecemasan dan menyadari pendidikan hanya mengandalkan ijazah saja tidak cukup, melainkan pendidikan
memerlukan keterampilan dan skill untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak dari pekerjaan orang tua. Jika hal tersebut tidak dimiliki anak maka, ketika anak
bekerja di kota akan mengalami kesulitan mencari pekerjaan sebab pekerjaan yang tersedia di kota memiliki syarat pekerjaan yang tinggi kualifikasi bekerja di
bandingkan dengan pekerjaan yang berada di pedesaan. Hal tersebut tidak dapat di pungkiri orang tua penderes mengambil alih dalam menentukan pekerjaan
anaknya untuk bekerja di perkebunan karena, minimnya skill dan mental dalam diri anak. Besar harapan keluarga buruh ini agar anaknya dapat bekerja di
perkebunan karena gaji dan jaminan yang di berikan menggiurkan seperti memiliki jaminan pekerjaan selama kurang lebih 25 tahun, upah setiap bulan,
THR stiap tahun, Bounus tiap tahun dan jaminan hari tua, fasilitas rumah sakit,
Universitas Sumatera Utara
93
catu beras, hal inilah yang membuat anak perkebunan termotivasi untuk bekerja di perkebunan.
4.6. Anak Putus Sekolah di Perkebunan