Gambaran Umum Perusahaan Divisi II Dolok Merangir : 4.590,81 Hektar Divisi III Dolok Ulu : 3.157, 20 Hektar Divisi IV Dolok Ulu : 2.770,20 Hektar Anak Putus Sekolah di Perkebunan

45 sekolah berjumlah 300 orang 8,31 dan terdapat anak masyarakat yang belum sekolah berjumlah 400 orang 11,08. Masyarakat di desa ini di lihat dari presentasenya mengecap pendidikan dominan tingkat SD, SMP, dan SMA. Hal ini di dukung oleh terdapat sarana pendidikan formal berbagai jenjang berada di kawasan perkebunan sehingga jarak tempuh dari rumah sekolah dekat.

4.2. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Bridgestone Sumatera Ruber Etate yang berada di sumatera utara adalah suau perusahaan yang bergerak dibidang usaha perkebunan dan pengolahan karet. Perusahaan ini didirikan karena semakin meningkatnya kebutuhan akan karet sehingga perusahaan ini sangat memepertahankan penanaman karet. Pemilihan lokasi didasarkan keadaan tanah yang memiliki potensi terhadap keserasian tumbuh tanaman karet yang baik. 1. Nama Perusahaan : PT. Bridgestone Sumatera Utara Ruber Estate 2. Bidang Usaha : Perkebunan Karet Dan Karet Remah 3. Pimpinan Perusahaan : Guillermo Lazaro Igot 4. Status Perusahaan : Penanaman Modal Asing PMA 5. Alamat Kantor Pusat : Dolok Merangir, Serbelawan 2115, Sumatera 6. Pemilikan Saham Perseroan : - Bridgestone Corp. Japan 95 - PT. Agro 5 7. Luas Areal HGU : 18.000,03 Hektar 8. Lokasi dan luas perkebunan : a. Divisi I Naga Raja : 3.352.2 Hektar Universitas Sumatera Utara 46

b. Divisi II Dolok Merangir : 4.590,81 Hektar

c. Divisi III Dolok Ulu : 3.157, 20 Hektar

d. Divisi IV Dolok Ulu : 2.770,20 Hektar

e. Divisi V Aek Tarum : 4.129,75 Hektar

10. Jumlah Pabrik : 5 unit DM, DX, FM, NBI, dan NB2 4.2.1Ketenagakerjaan 4.2.1.1 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Pekerja Pihak perusahaan menyusun program penerimaan tenaga kerja, seleksi dan penempatan dengan cara melakukan perekrutan pelamar kerja yang diharapkan dapat memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan baik dari segi kualitas dan kuantitas. Perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam mengelola perkebunan karet. Tempat kerja lokal adalah tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan skill masing-masing tenaga kerja, seperti Mandor, Analist, Asistant Dan Karyawan baik lapangan maupun kantor. Jumlah seluruh pekerja di PT. Bridgestone Sumatera Ruber Estate adalah : a. Tenaga kerja asing : 6 orang b. Staf : 96 orang c. Karyawanan bulanan : 1.353 orang d. Karyawan Harian : Jumlah : 5.457 orang 4.002 orang

4.2.1.2. Jam Kerja

Pihak perusahaan perkebunan PT. Bridgestone Sumatera Ruber Estate telah menentukan waktu kerja kepada karyawan diatur menurut shiftadalah 40 jam 1 minggu dan hari kerja 1 minggu adalah 6 hari kecuali hari libur dan hari besar . Universitas Sumatera Utara 47 Jadwal kerja dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Non shift, ini berlaku untuk karyawan umum dan bagian adminstrasi memiliki jam kerja Senin-Jumat , pukul 0.7.00-15.30 istirahat pukul 12.00-13.00 dan Sabtu pukul 07.00-12.00 2. Shift, ini berlaku untuk bagian produksi dibagi dalam 3 shift, yaitu : o Shif I : Pukul 07.00-15.00 o Shift II : Pukul 15.00-23.00 o Shift III : Pukul 23.00-07.00 Apabila keadaan mendesak dan memerlukan jam kerja yang melebihi jam kerja normal maka perusahaan akan memperhitungkan sebagai jam kerja lembur.

4.2.1.3 Pengupahan

Hak pekerja karyawan yang diberikan perusahaan setiap bulannya adalah : a. Gaji pokok : - Tingkat upah pekerja terendah Rp 500.000;- - Tingkat upah pekerja tertinggi Rp 3.122.175;- b. Jenis tambahantunjangan gaji : - Lembur - Premi - Fooding - Bonus - THR

4.2.1.4 Fasilitas Karyawan

Karyawan yang bekerja di perkebunanini sebagai buruh memiliki hak asasi manusia yang layak untuk mendapatkan kesejahteraan individu, keluarga dan Universitas Sumatera Utara 48 kelompok, perusahaan menyediakan fasilitas kepada seluruh karyawan sebagai berikut : a. Tunjangan Ban Sepeda Motor diberikan untuk status pekerjaannya lebih tinggi seperti Mandor I,II sampat status staf b. Tunjang Sepeda Motor diberikan kepada seluruh pekerja tetap dari pekerjaan terendah sampai pekerjaan jenjang atas. c. Tunjangan kesehatan dan catu beras 2 kali I bulan d. Pekerja diberikan Perumahan seseuai dengan status pekerjaan e. Air dan listrik disediakan perusahaan untuk para pekerja a. Sarana Transportasi diberikan perusahaan untuk memeringankan pekerjaan karyawan bahkan dapat juga gunakan para karyawan sesuai dengan keperluan memudahkan pekerjaan. Transportasi membawa karyawan yang mengalami sakit parah untuk dirujuk kerumah sakit pusat milik perusahaan. Rumah Ibadah disediakan perusahaan untuk semua karyawan b. Rumah Sakit dan poliklinik disediakan untuk para karyawan, isteri dan anak karyawan selama bekerja di perkebunan milik perusahaan c. Sarana Olahraga di berikan kepada seluruh masyarakat perkebunan untuk menggunakannya. d. Unit Kas Bank Perusahaan, Unit Kas Bank Syariah Mandiri, Koperasi disediakan perusahaan untuk para pekerjakaryawan yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak maka perusahaan ini akan memberikan pinjaman uang dengan cara memotong gaji perbulan supaya para karyawan memiliki keringan. Universitas Sumatera Utara 49

4.2.1.5 Fasilitas Anak Karyawan

Pihak perusahaan tidak hanya memberikan berbagai hak dan memfasilitasi karyawan saja, tetapi anak karyawan juga diberikan berbagai fasilitas yang mendukung perkembangan anak. Namun fasilitas yang diberikan anak karyawan memiliki berbagai syarat yaitu dimulai dari anak karyawan yang berada dalam kandungan, ketikan anak karyawan masa sekolah dan berada dalam proses meraih pendidikan sampai kejenjang paling tinggi. Berikut ini berbagai fasilitas dari pihak perusahaan untuk anak pekerja diperkbunan : a. Fasilitas Kesehatan : anak karyawan yang mengalami sakit akan diberikan hak fasilitas rumah sakit untuk pemulihan penyakit anak karyawan secara. Fasilitas yang ditanggung oleh pihak perkebunan diberikan secara gratis. b. Fasilitas Pangan : anak karyawan yang sedang mengecap pendidikan akan diberikan catu beras 2 kali 1 bulan c. Fasilitas Transportasi : anak karyawan diberikan kemudahan untuk melangkah cepat sampai ketujuan sekolah dengan mengendari tarnsportasi yang telah di sediakan pihak perusahaan untuk mengantarkan dan menjemput anak karyawan yang sekolah. d. Fasilitas Dana : pihak perusahaan telah menyediakan dana dalam bentuk beasiswa kepada anak pekerjakaryawan yang memiliki prestasi dalam mengecap pendidikan. Anak yang jenjang pendidikannya Sekolah Dasar SD sampai jenjang SMA memiliki prestasi atau pringakat sekolah, maka akan diberikan beasiswa dengan cara anak tersebut memberikan bukti hasil raport yang menunjukan siswa berprestasi kepada pihak perusahaan. Anak karyawan yang berada di tingkat Perguruan Tinggi juga memiliki hak Universitas Sumatera Utara 50 untuk menerima beasiswa dari perusahaan dengan syarat memiliki prestasi dengan kriteria minimal IP. 2,75, namun perusahaan juga akan melakukan seleksi IP terbaik. Beasiswa yang diberikan pihak perkebunan berlaku hanya 2 semester. Anak karyawan selama mengecap pendidikan diwajibkan meminta surat keterangan sekolah dari pihak sekolah dan diberikan kepada pihak perusahaan. Kepada anak karyawan yang tidak mengecap pendidikan dan tidak memiliki surat keterarangan sekolah maka, anak tersebut tidak menerima berbagai fasilitas yang ditanggung oleh pihak perusahaan.

4.3.1 Profil Informan I. Informan Pertama Afdelling I Dusun V Pondok Narunggit

Nama : Supangat Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 49 tahun Agama : Islam Etnis : Jawa Pendidikan Terakhir : Alia SMU Pekerjaan : Buruh Penderes Bapak Supangat merupakan informan pertama sekali peneliti temui di lokasi penelitian. Peneliti melihat bapak Supangat sedang menulis data masyarakat dusun V, beliau mendapat tugas dari Kantor Kepala desa karena beliau Kepala Dusun V Pondok Narunggit Afdeling I. Beliau dapat mengerjakan tugas dari kantor kepala desa setelah beliau selesai bekerja menderes di Universitas Sumatera Utara 51 perkebunan pada pukul 15.00 WIB. Bapak Supangat sudah 24 tahun bekerja di perkebunan ini, mulai jam kerja pada pukul 06.30 WIB-15.00 WIB.Beliau mengatakan bekerja di perkebunan merupakan pekerjaan utama dan penghasilan utama, pendapatan beliau 1 bulan gaji pokok RP.1.950.000;-gaji akan bertambah kalau ada lembur dan primi, maka kalau di jumlahkan akan mencapai ± RP.2.500.000;-. Beliau sudah berkeluarga dan memiliki istri bernama Ibu Ani sebagai ibu rumah tangga, mereka memiliki 4 orang anak dengan berbagai jenjang pendidikan. Anak yang pertama pendidikannya terakhir sampai MT,s SLTP dan sudah menikah sekarang memiliki 2 orang anak, kedua jenjang pendidikannya hanya sampai MT,s SLTP dan sudah menikah memiliki 1 orang anak, sewaktu masih sekolah jarak dari rumah ke sekolah anak beliau 7 Km menggunakan transportasi yang disediakan pihak perusahaan perkebunan Anak yang ketiga sudah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMK Tridikayasa Asahan jurusan otomotif di Aek Songsongan Bandar Pulau dengan jarak rumah ke sekolah 44 Km. menempuh jarak dengan menggunakan sepeda motor milik pribadi dan terkadang menginap dirumah saudara pak lek, dan anak yang ke empat kelas 4 SD jarak dari rumah ke sekolah anak sekitar 2,5 Km. anak beliau kesekolah dengan mengendarai transportasi dari pihak perkebunan terkadang menggunakan sepeda motor milik pribadi abangnya yang sudah menyelesaikan SMK. Tanggungan beliau 1 orang anak yaitu anak yang duduk di Sekolah Dasar SD. Bapak supangat mengatakan pendidikan sangat penting dan beliau mendukung suatu pendidikan. Beliau menerapkan pentingnya pendidikan kepada anak dengan cara mengajari anak untuk banyak membaca dan rajin belajar. Universitas Sumatera Utara 52 Memperhatikan dan menemani anaknya dalam mengerjakan pekerjaan rumah PR. Beliau mendengarkan kesulitan anak sekolah dan memberikan solusi. Beliau sekeluarga merupakan salah satu keluarga yang taat beragama maka itu beliau dan isterinya menanamkan dan mengajarkan nilai agama kepada anaknya karena agama menurut beliau dapat membawa keluarga pada kehidupan yang lebih baik. Beliau sering memberikan hadiah berbentuk baju, dan sepatu kepada anaknya yang masih sekolah supaya menambah semangat belajar. Supaya termotivasi dengan adanya hadiah merasa dihargai kerja keras anak dalam belajar. 2.Informan KeduaAfdelling I Dusun V Pondok Narunggit Nama : Misdi Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 5I Agama : Islam Etnis : Jawa Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaaan : Buruh Penderes Bapak Misdi menjadi buruh penderes sudah 26 tahun sampai sekarang dengan pengahasilan perbulan di perkirakan RP 2.500.000;-. Selama beliau bekerja di perkebunan ini beliau sering dimutasikan pekerjaan dari perkebunan Aek Tarum ini ke perkebunan pusat yang berada di Dolok Merangir Pematang Siantar dan sekarang dimutasikan bekerja di Aek Tarum cabang perkebunan ini sudah 2 tahun. Beliau memiliki istri bernama ibu Lina sebagai ibu rumah tangga dan memiliki anak 4 orang masing-masing memiliki berbagai tingkat pendidikan. Universitas Sumatera Utara 53 Anak yang pertama laki-laki dengan pendidikan terakhirnya hanya sampai tingkat SLTP sekarang sudah menikah dan memiliki anak. Anak beliau yang pertama bekerja di perkebunan dengan status pekerjaan dalam tahap BHL Buruh Harian Lepas perusahaan milik swasta. Anak yang kedua perempuan pendidikan terakhirnya tingkat SLTP sekarang sudah menikah, anak beliau yang ketiga hanya sampai kelas 2 SLTP mengalami putus sekolah dan anak beliau sekarang bekerja sebagai anggota berdaganga seorang buruh penderes setempat, usaha seperti berjualan ikan laut dan sayur-sayuran ke daerah perkebunan, anak yang ke empat masih berusia 4,5 tahun dan akan memasuki sekolah TK. Tanggungan anak beliau hanyasatu yaitu anak yang ke 4. Beliau mengatakan anak beliau yang ke 2 memiliki prestasi yang sangat baik sewaktu sekolah dari mulai tingkat SD sampai tingkat SMP selalu mendapat pringkat terbaik seperti juara I atau 2. Menurut beliau pendidikan penting , tetapi dalam keluarga beliau kondisi pendidikan sangat kurang harus bersifat memaksa dalam hal menyuruh anaknya untuk sekolah. Beliau mengatakan memiliki keterbatasan ekonomi dalam menyekolahkan anak.

3. Informan Ke Tiga Afdeling I Dusun IV Pondok Pule-Pule

Nama : Maruli Lumban Gaol Umur : 42 Tahun Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Toba Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan : Buruh Penderes Universitas Sumatera Utara 54 Bapak Maruli biasa di panggil Marbun buruh penderes sudah I7 tahun bekerja di perkebunan. Beliau mengatakan tentang pendapatannya dalam I bulan kalau bekerjanya penuh 30 hari di perkirakan RP 3.000.000;- dari mulai pukul 06.30-I5.00 WIB. Bapak maruli sebagai kepala keluarga dan istrinya bernama R. Br Ringo-ringo mereka memiliki 5 anak dengan berbagai jenjang pendidikan. Isteri beliau sebagai ibu rumah tangga juga bekerja di perkebunan mengutip lom sisahan karet, bekerja dengan status BHL dengan pendapatan I bulan sekitar Rp 700.000;-. Beliau mengatakan dengan tujuan untuk membantu perekonomian keluarga terkhusus biaya pendidikan anak. Jenjang pendidikan anak beliau yang pertama kos di Medan sedang mengecap pendidikan di Nomensen Medan semester 5 jurusan Matematika. Anak beliau yang barada di Perguruan Tinggi memiliki IP Indeks Prestasi baik sehingga mendapat bantuan dari kampus melalui pengurangan biaya SPP 30. Anak yang kedua di tahun ini sudah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA ingin melanjutkan tingkat pendidikan ke Perguruan Tingggi Teologia STT dan sudah mengikuti test seleksi namun belum beruntung tidak lulus seleksi masuk ke STT di Pematang Siantar dan beliau mengatakan mengikuti test seleksi menggunakan biaya sekitar RP 7.000.000;- namun karena tidak lulus seleksi maka sekarang anak beliau memilih bekerja dalam I tahun lalu tahun depan anak beliau kembali lagi akan mengikuti test seleksi di STT pematang siantar. Anak yang ketiga kelas 2 SMA, ke empat kelas 2 SMP dan yang kelima kelas 6 SD Bapak Marbun memandang pendidikan sangat bagus dan penting sekali dalam keluarganya terkhusus untuk anak-anaknya. Beliau mengatakan apapun akan beliau usahakan kerjakan supaya dapat menambah perekonomian keluarga Universitas Sumatera Utara 55 upaya anak beliau dapat mengecap pendidikan yang tinggi sesuai cita-cita yang ingin dicapai anak. Bapak Maruli dan isterinya bekerja sama dalam mengontrol anak sekolah. Ketika beliau pergi bekerja beliau menyerahkan kepada isterinya supaya memperhatian anak sekolah sebelum berangkat sekolah memperhatikan sarapan, berpakaian ke sekolah haruslah rapi, bersih, memperhatikan perlengkapan sekolah dan keperluan anak sekolah serta keberangkatan anak sekolah sampai pulang sekolah. Beliau menentukan jam belajar dan jam bermain anak-anak dan beliau selalu mengiming-imingkan hadiah akan diberikan kepada anaknya yang memiliki prestasi di sekolah.

4. Informan Ke Empat Afdeling II Dusun VI Pondok Haboko

Nama : Wiyono Usia : 45 Tahun Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan Terakhir : SD Pekerjan : Buruh Penderes Bapak Wiyono buruh penderes tetap bekerja di perkebunan sudah 25 tahun beliau mengatakan dari mulai masa remajanya pada tahun I990 sudah diterima bekerja di perkebunan ini. Beliau memiliki isteri bernama ibu Lia dan memiliki 4 anak masing-masing memiliki jenjang pendidikan. Anak yang pertama perempuan pendidikan terakhir hanya sampai tingkat SMP dan sekarang anak beliau sudah menikah dan memiliki anak 1 berusia 2 tahun, anak beliau yang kedua laki-laki sudah tamat SMA yang berada di Aek Tarum, untuk saat ini tidak melanjutkan Universitas Sumatera Utara 56 pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi , tetapi tahun depan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang kulia jurusan pertanian. Menunggu tahun depan anak beliau saat ini bekerja status BHL bekerja meracun rumput di perkebunan. Anak beliau yang ketiga perempuan sudah menyelesaikan pendidikan tingkat SMP dan tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMA, dan sekarang hanya dirumah saja. Anak beliau yang ke empat sekarang kelas 1 SMA di Aek Tarum. Anak beliau yang ke 4 ini selama sekolah memiliki prestasi yang baik . Anak beliau yang ke 2 dan 4 memiliki cita-cita dan ingin mencapai pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi, ada yang menginginkan bekerja di bidang pertanian, ada yang menginginkan seorang Polwan polisi wanita. Bapak Wiyono sangat mendukung setiap cita-cita anaknya bahkan terlihat sangat senang terhadap cita-cita yang di inginkan anak-anaknya terlihat ketika diwawancara peneliti beliau selalu menceritakan prestasi anaknya yang ke 4 membuat bangga. Bentuk apresiasi beliau berikan kepada anak yang memiliki prestasi dengan memfasilitasi pendidikan anak memberikan sepeda motor untuk kendaraan ke sekolah dan membelikan labtop supaya anak semakin memahami pelajaran komputer di sekolah semakin meningkatkan prestas. Beliau selalu memperhatikan yang menjadi keluhan-keluhan anaknya ketika masa sekolah dan memberikan solusi kepada anaknya supaya tidak mengalami kendala ketika mencapai pendidikan.

5. Informan Ke 5 Afdeling 1 Dusun II Pondok Aek Tarum

Nama : Mujiono Usia : 46 Tahun Universitas Sumatera Utara 57 Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan Terakhir : MTsSMP Pekerjan : Buruh Penderes Bapa Mujiono sudah lama bekerja di perkebunan karet PT. Bridgestone ini sejak tahun 1989 sampai sekarang ini sekitar 26 tahun bekerja sebagai buruh penderes dengan penghasilan pokok perbulan sekitar Rp 1.980.000;- disertai dengan lembur, primi, dan kontanan maka di perhitungkan sebulan pendapatan sekitar Rp 2.700.000;. Bapak Mujiono seorang yang patuh dan taat beragama terlihat dari cara berpakaian, dan pola hidupnya teratur sehingga beliau terpanggil untuk memiliki peran sebagai pembantu Bilal di Masjid. Beliau memiliki isteri bernama Ibu Rini memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja menjadi BHL di perkebunan tersebut. Beliau memiliki dua orang putri, anak yang pertama sedang mengecap pendidikan sekarang semester 5 jurusan PAI Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negri IAIN Medan dan anak yang kedua kelas 1 SMA di SMAN 1 Bandar Pulau berlokasi di Desa Perkebunan Aek Tarum. Sumber pengahasilan utama beliau yaitu bekerja di perkebunan sebagai buruh penderes , tetapi beliau memiliki pekerjaan sampingan menjual pakaian dan menjual madu ke masyarakat setempat yang berada di kawasan perkebunan. Setiap sore beliau berkeliling pondok perkebunan untuk menjualkan pakaian dan madu secara kredit kepada masyarakat sekitar. Setiap bulannya menerima uang kredit dari masyarakat yang membeli dagangannya. Modal dan usaha yang dikerjakan beliau merupakan usaha milik sahabatnya yang dipercayakan kepada Universitas Sumatera Utara 58 beliau untuk diperjualkan dan hasilnya akan dibagi dua antara beliau dan sahabatnya. Isteri beliau juga bekerja sebagai BHL mengetrel yang artinya bekerja menaburkan obat yang mengandung zat untuk pohon karet supaya tetap subur serta melancarkan getah pohon karet. Bapak Mujiono dan isterinya melakukan aktivitas bekerja supaya perekonomian keluarga memadai untuk memenuhi biaya pendidikan anak dengan berbagai usaha yang dikerjakan. Anak yang mengecap pendidikan dapat merubah perilakunya, pola pikir dan cara bica yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak mengecap pendidikan. Menurut beliau pendidikan untuk mensejahterakan anak supaya anak memiliki prinsip hidup yang lebih matang melalui pendidikan yang dimiliki anak. Beliau memberikan saran kepada anak agar dalam pendidikan anak tersebut memiliki tanggungjawab terhadap status seorang anak didik atau sebagai siswa dan ilmu pengetahuan yang dipahami dan diperolah disekolah atau dikampus dapat dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Beliau mengizinkan anaknya untuk membawa alat komunikasi handphone HP ke sekolah atau ke kampus supaya beliau dapat mengontrol anaknya benar-benar belajar atau tidak.

6. Informan Ke Enam Afdeling 1 Dusun I Pondok Aek Tarum

Nama : Sugeng Usia : 47 Tahun Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan Terakhir : SD Universitas Sumatera Utara 59 Pekerjan : Buruh Penderes Bapak Sugeng sebelum berada di Desa perkebunan Aek Tarum beliau berada di kota Sebelawan karena Serbelawan merupakan kota kelahiran beliau sekaligus tempat tinggal beliau semasa mudanya, namun karena mencari-cari pekerjaan kesana kesini maka beliau sampai ke Desa Perkebunan Aek Tarum ini. Beliau menjadi buruh penderes perkebunan ini pada tahun 1993 sampai saat ini sudah 22 tahun menjadi buruh penderes di perkebunan PT.Bridgestone. Beliau bekerja sebagai buruh penderes karet pukul 06.00-15.00 WIB dengan pendapatan beliau dalam 1 bulan sekitar Rp 2.700.000;-3.000.000;-. Stelah pulang dari pekerjaanya beliau melanjutkan pekerjaan pribadinya yaitu mengerjakan lahan perkebunan karet milik pribadi. Beliau mengerjakan pekerjaan menderes di ladang bersama isteri supaya lebih cepat selesai karena isteri beliau juga dapat bekerja menderes di ladang. Bapak Sugeng memiliki isteri bernama Ibu Inem sebagai ibu tumah tangga, dan mereka memiliki 3 anak dengan berbagai jenjang pendidikan. Anak beliau yang pertama pendidikan hanya sampai tingkat SD, pada tahun 2007anak beliau memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP. Keluarga beliau sudah menyarankan anaknya untuk melanjutkan sekolah namun anaknya menolak. Anak beliau sekarang aktivitasnya sehari-hari mengikuti kelompok para pemusik keyboard memainkan keyboard ketika masyarakat mengadakan acara pesta pernikahan atau khitanan sehingga membutuhkan hiburan. Anak beliau yang kedua baru menyelesaikan pendidikan ditingkat SMA dan sekarang melanjutkan pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi semester Universitas Sumatera Utara 60 1jurusan Ekonomi di Yayasan Amik Kisaran dan anak ke tiga sedang mengecap pendidikan ditingkat Sekolah Dasar kelas IV. Beliau menerapkan pentingnya pendidikan kepada anak dengan cara menyuruh anaknya sekolah. Beliau menyaranakan anaknya untuk mengikuti pendidikan diluar sekolah mengikuti les untuk menambah ilmu pengetahuanya.

7. Informan Ke Tujuh Anak Buruh Penderes

Nama : Jeni Marbun Usia : 20 Tahun Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Toba Pendidikan : Mahasiswa Semester 5 Jeni adalah salah satu anak buruh penderes PT. Bridgestone Afdeling I Dusun V Pondok Pule-Pule. Jeni anak dari bapak Maruli Lumban Gaol dan ibu R. br Siringo-Ringo, dan beliau anak pertama dari 5 bersaudara. Jeni salah satu alumni dari SMA N 1 Bandar Pulau, Jl Besar Desa Perkebunan, Aek Tarum. Jeni seorang mahasiswa semester 5 Departement Pendidikan Matematika di Universitas HKBP Nomensen UHN Medan. Jeni saat menjadi anak kost bertempat tinggal di Medan. Kost tempat tinggal jeni jarak tempuh cukup dekat dengan kampus beliau di perkirakan sekitar 15 menit berjalan kaki dari kost ke kampus. Jeni menjadi kepengurursan BEPMJ Badan Kepengurusan Mahasiswa Jurusan bagian Seki Dana, dimana program organisasi jurusan akan melakukan seminar-seminar umum Universitas Sumatera Utara 61 Jeni adalah seorang mahasiswa yang berprestasi dilihat dari IP Indeks Prestasi mencapai 3.50 sehingga beliau layak mendapat apresiasi dari kampus HKBP Nomensen terhadap prestasi. Bentuk apresiasi kampus diberikan dalam keringan membayar SPP di kurangi 30. Menurut beliau pendidikan sangat penting karna zaman modern sekarang pendidikan itu modal pertama dalam bekerja, bekerja menghasilkan uang untuk memenui kehidupan lebih masa depan.

8. Informan Ke Delapan Anak Buruh Penderes Putus Sekolah

Nama : Anisa Usia : I6 Tahun Agama : Islam Suku : Jawa Nama Sekolah : MTs Gonting Malaha Kelas : VII MTs Anisa merupakan salah satu anak buruh penderes di perkebunan afdeling I dusun V pondok Narunggit. Anisa anak dari Bapak Dani yang bekerja sebagai penderes di perkebunan dan ibunya bernama Ani sebagai ibu rumah tangga. Anisa 3 bersaudara dan Anisa anak yang pertama, kedua adik Anisa sekarang kelas VI SD, adiknya yang ke tiga berusia 3,5 tahun. Orang tua Anisa sudah lama tinggal di perkebunan karena kakeknya bekerja di perkebunan sampai sekarang. Anisa mengatakan kedua orang tuanya sebelum diterima bekerja di perkebunan PT. Bridgestone ini sering bekerja di perkebunan swasta lain dan jika pendapatannya tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan pokok keluarga maka orang tua anisa akan berhenti bekerja di perkebunan tersebut lalau mencari pekerjaan lain. Universitas Sumatera Utara 62 Anisa mengatakan jika ayahnya pindah-pindah bekerja maka anisa juga mengalami pemindahan sekolah karena mengikuti pekerjaan orang tuanya. Bahkan ketika Anisa berada di tingkat Sekolah Dasar sudah 3 tempat sekolahnya yang harus dijalaninya sesuai pekerjaan orang tua dan Anisa merasakan kelelahan terhadap pindah-pindah sekolah merasa tergangggu. Orang tua Anisa memilih pekerjaan yang lebih menjamin yaitu di perkebunan karet PT. Bridgestone sampai sekarang supaya Anisa dapat fokus sekolah ke tingkat yang lebih baik karena kedua orang tua Anisa juga menginginkan anaknya dapat mengecap pendidikan yang lebih baik. Orang tua Anisa memandang kalau Anisa memiliki kemampuan daya nalar cukup baik dapat dilihat melalui prestasi Anisa di sekolah menadapat pringkat 2. Pendidikan terakhir anisa hanya sampai tingkat MTs sederajat kelas VIII B tetapi Anisa tidak ingin melanjutkan sekolahnya dan memutuskan berhenti sekolah disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya anisa memiliki masalahpribadi dengan teman sekelasnya, prestasinya menurun, dan faktor ekonomi. Menurutnya pendidikan penting tetapi karena ada berbagai masalah yang mengganggu pribadinya sehingga membuat Anisa memiliki rasa malas untuk meneruskan sekolah.

4.3 Gambaran Pendidikan di Perkebunan

Ketika kita menginjakan kaki memasuki jalan besar Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, maka pertama sekali yang terlihat didepan mata adalah pohon karet yang begitu luas di sepanjang jalan. Pohon karet tumbuh dengan sangat rapi dan teratur, hal ini yang disebut dengan kawasan perkebunan karet milik perusahaan PT. Bridgestone. Lokasi perkebunan karet yang biasanya identik Universitas Sumatera Utara 63 dengan pelosok atau pedalaman dan memiliki jarak tempuh yang sangat jauh dari pusat kota. Jarak tempuh dari pusat kota Kisaran ke kawasan perkebunan Aek Tarum adalah ± 46 Km. Perkebunan karet milik perusahaan asing PT. Bridgestone ini mengelola hasil getah menjadi karet untuk diproduksi menjadi ban. Perusahaan perkebunan miliki Jepang ini mencari keutungan yang sebesar-besarnya dari hasil tumbuhan karet dan potensi tanah yang membuat tanaman subur. Perusahaan perkebunan lain jarang di temukan berbagai gedung seperti gedung sekolah, dan lainnya karena lebih baik ditanami tumbuhan karet atau lainnya untuk mencari keuntungan , tetapi PT. Bridgestone ini memberikan lahan untuk membangun lembaga pendidikan seperti bangunan sekolah dari jenjang TK sampai SMA. Hal ini merupakan bentuk apresiasi pihak perkebunan terhadap pendidikan anak masyarakat perkebunan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang mengatakan perusahaan perkebunan ini memberikan perhatiannya kepada anak masyarakat perebunan, dikemukankan oleh bapak Maruli Lumban Gaol yaitu : “ Disamping kekurangan perusahaan ini adalah memang kelebihannya perusahaan ini. Tapi dengan fasilitas lahan perkebunan diberikan untuk mendirikan sekolah-sekolah kami sangat bangga sama perusahaan ini. Kurasa lebih rugi lagi kalau perusahaan perkebunan karet PT. Bridgestone ngasih tempat lokasi untuk dibangun sekolah-sekolah di setiap afdeling tapi sangat membantulah kali seperti kami orang penderes ini lah. Perhatian yang diberikan dalam bentuk sarana dan fasilitas seperti bangunan sekolah dari mulai TK-SMA serta transportasi antar jemput anak karayawan. Ya saya sendiri bersyukur ada sekolah di kawasan perkebunan tidak jauh dari tempat tinggal hanya menempuh jarak 1,5 km dari rumah kesekolah. Kalau saja tidak ada sekolah di sini dan SMA harus keluar kan udah berat biaya kami membayarin uang kost nya, ada lagi yang kulia, dan biaya lagi. Tapi ya untunglah perkebunan mau memberikan lahan untuk sekolah, eceknya maulah rugi Sedangkan perkebunan yang lain keyek laekudi perkebunan di RGM, Pekan Baru tidak ada sekolah di kawasan perkebunan mereka, jaraknya jauh untuk menempuh kesekolah” Universitas Sumatera Utara 64 Jadi anak buruh penderes mengecap pendidikan sudah menempuh jarak yang dekat. Terutama mengecap pendidikan di tingkat SMP, dan SMA tidak lagi menempuh jarak ± 46 Km ke pusat kota karena di kawasan perkebunan sudah tersedia sekolah. Dari ke III afdeling menempuh jarak ke sekolah sekitar ada yang 3 Km, 6 km, dan 8 Km. Pendapatan buruh penderes di perkebunan sering mengalami keterbatasan ekonomi dalam menyekolahkan anak di jenjang SMA namun, keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat perkebunan sangat membantu meringankan beban perekonomian para buruh sebab jarak sekolah ke rumah sudah terjangkau dan tidak perlu memberikan biaya pendidikan anak khususnya transportasi. Banyak perusahaan perkebunan yang kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan formal anak pekerja di perkebunan. Sesuai dengan data hasil wawancara dengan informan meberikan pernyataan bahwa perkebunan PT. Bridgestone memberikan apresiasi kepada anak buruh karet. Para staf pengajar Honorer dan PNS yang berada di SD, SMP, dan SMA berasal dari putera putri yang memiliki profesi sebagai pengajar dan mendidik siswa merupakan anak masyarakat perkebunan dan ada juga guru yang berasal dari desa lain. Masyarakat perkebunan dan orang tua siswa sebagian sudah mengenali guru wali kelas anaknya dengan demikian para porang tua siswa dapat mengontrol perilaku anak disekolah melalui guru. Menurut orang tua di perkebunan guru dan orang tua siswa sudah saling mengenali dan tegur sapa merupakan kerja sama antara guru dan orang tua. Masyarakat dikawasan perkebunan sering melakukan penilaian terhadap naik turunnya kualitas pendidikan anak terlihat dari kedisiplinan saat belajar seorang siswa, cara berbicara, cara berperilaku di masyarakat dan dikeluarga. Universitas Sumatera Utara 65 Kondisi geografis Desa Perkebunan Aek Tarum jauh dari pusat pendidikan mempengaruhi sulitnya mengakses pendidikan diluar sekolah. Kawasan perkebunan memiliki keterbatasan untuk menambah pendidikan di luar sekolah hanya les bahasa inggris dan les matematika untuk tingkat SD saja, hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan bapak Maruli Lumban Gaol yaitu : “Kalau disini karna masih perkebunan yah memang mungkin hanya dari sekolah saja ya, istilahnya mau awak dukung dari yang lain pun tidak ada misalnya ada les komputer, les bahas inggis tidak ada. kemaren ada janji guru dari luar ingin membuat les tapi harus 15 orang muridnya rupanya yang mau les hanya dua orang, orang tua yang lainnya tidaak ada yang mau kurang mendukung. Yah tidak jadilah karena dua orang tidak cukup gajinya untuk membayar uang minyak sepeda motor guru. Masyarakat perkebunan sebagian menginginkan anak dapat mengikuti kursus komputer dan bahasa inggris tingkat SMP dan SMA namun, sedikit orang tua anak yang sependapat untuk memberikan les kepada anak. Anak masyarakat perkebunan memiliki aktifitas diluar sekolah yaitu aktifitas bekerja. Sepulang sekolah mengerjakan berbagai aktifitas seperti bekerja membantu pekerjaan orang tuanya sebagai penderes karet untuk meringankan pekerjaan orang tua. Setelah membantu pekerjaan orang tua anak bekerja sebagai pengutip karet yang tersisah dari para buruh penderes selesai dari pekerjaanya. Pekerjaan yang dilakukan anak dengan status BHL di perkebunan. Pihak perkebunan telah menetapkan undang-undang dan peraturan larangan anak bekerja di bawah usia dan sedang mengecap pendidikan, ini disampaikan kepada orang tua pekerja di perkebunan supaya anaknya dilarang untuk membantu orang tua bekerja dan mengerjakan aktifitas lain. Pada kenyataannya anak masih melakukan aktifitas bekerja yang dilarang, tujuan bekerja supaya mendapatkan uang jajan untuk pribadi. Tujuan larangan pihak perkebunan tidak Universitas Sumatera Utara 66 memperkerjakan anak dibawah usia karena anak masih memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dari orang tua. Tetapi pada kenyataanya diluar kontrol pihak perkebunan banyak yang masih mengerjakan pekerjaan diperkebunan. Pendidikan anak masyarakat perkebunan tingkat pendidiknya secara keseluruhan dari jenjang TK 200 orang, SD 566 orang, SMP 150 orang, SMA 150 orang, dan jenjang Perguruan Tinggi 90 orang dan anak yang putus sekolah 223 orang.

4.4.1 Apresiasi Karyawan Penderes Terhadap Pendidikan Anak

Apresiasi orang tua yang bekerja sebagai penderes di perkebunan PT. Bridgestone terhadap pendidikan formal anak dinyatakan dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan anak : 1. Orang tua memperhatikan anak belajar dirumah 2. Memberikan penghargaan kepada prestasi anak 3. Mengawasi perilaku anak di rumah 4.4.1.1Orang tuaMemperhatikan Anak Belajar di Rumah Belajar merupakan suatu strategi atau cara-cara yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan yang di inginkan. Melalui belajar sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain sering sekali mengalami kesusahan yang mengakibatkan seseorang mandek belajar. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan anak buruh penderes yang sedang mengecap pendidikan formal saat belajar di sekolah saja tidak cukup sehingga perlu belajar di rumah. Kita ketahui bahwa waktu belajar anak memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah dari jenjang SD, SMP, SMA terbatas diperkirakan 5 jam sampai 7 jam belajar sedangkan Universitas Sumatera Utara 67 waktu anak lebih banyak menghabiskan di rumah. Untuk itu orang tua dan sekolah harus memiliki hubungan yang baik bekerja sama dalam menjadikan anak baik dalam hal pengetahuan dan perilaku. Peran aktif orang tua sangat sangat dibutuhkan untuk anak saat dirumah atau berada di luar jam sekolah dimana orang tua harus memperhatikan waktu belajar anak, membimbing perilaku di rumah dan mengajari anak saat belajar. Anak di masa sekolah sering mengalami keterbatasan pengetahuan atau kurang mengerti pelajaran yang disampaikan guru maka, dalam hal ini dibutuhkan kehadiran orang tua di samping anak untuk mengajari dan memberikan pemahaman akan pelajaran kepada anak. Orang tua memiliki hak dalam menentukan waktu belajar anak dan waktu istirahat malam. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bapak Wiyono yaitu : “ Kalau malam jam belajar pukul 19.00 WIB sampai 21.30 WIB, yah kami dampingi anak kami sampai dengan selesai belajar. Kadang anak saya nanyak kepada saya tugasnya “ pak ini macem mana ini caranya pak” ya kalau kemampuan saya terbatas jadi yang saya ngerti soalnya saya ajari. Anak-anak jam 21.30 harus sudah tidur, jangan karna belum siap-siap PR nya sampe jam 22.00 terus gak tidu jadi,kalau belum selesai tugasnya yah dilanjutkan besok pagi jam 05.30 saya banguni untuk melanjutkan mengerjakan PR sampe siap jangan sampe ke sekolah tidak siap PR nya Hasil Wawancara 23 Agustus 2015. Jadi, orang tua tidak dapat menghindari tanggung jawab dari pendidikan anak. Buruh penderes ini menemani anaknya belajar sampai dengan jam yang sudah ditetapkan pada anak saat belajar pada malam hari. Waktu belajar anak ditentukan orang tua dengan tujuan agar stamina kondisi fisik dan mental tetap terjaga. Kedua orang tua ini memberikan waktu terhadap jam belajar anak pada malam hari dengan mendampingi anak belajar sampai dengan selesai. Karena anak sering mengalami hambatan dalam pelajaran di mana si anak kurang mengerti akan pelajaran yang disampaikan guru di sekolah sehingga Universitas Sumatera Utara 68 membutuhkan orang tua di samping anak belajar untuk mengajari anak pada pelajaran yang tidak di mengerti anak. Peran orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak terkhusus peran mendampingi jam belajar anak memberikan solusi pada masalah pengetahuan anak dapat menghindari kemandekan dalam belajar. Kehadiran orang tua mendampingi anak belajar juga dapat di katakan sebagai bentuk perhatian orang tua dan dukungan orang tua pada pendidikan anak. Kedua orang tua dalam keluarga harus memiliki interaksi yang baik dalam hubungan keluarga supaya anak semakin percaya dengan keluarga untuk saling berbagi dan merasa nyaman dengan kerukunan keluarga. Dengan demikian orang tua dengan mudah memainkan perannya di tengah-tengah keluarga sesuai yang diharapkan keluarga. Orang tua laki-laki secara waktu memiliki kesibukan terstruktur yaitu bekerja sebagai buruh penderes sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Terkadang orang tua keterbatasan dalam memperhatikan anak sekolah karena sibuk bekerja tetapi karena adanya kerjasama yang baik kedua orang tua mendidik anak maka seorang ibu yang memperhatikan anak berangkat sekolah sampai pulang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Maruli Lumbangaol “sulit untuk mengontrol anak karena saya kan bekerja dari mulai pukul 6.30-15.0016.00 WIB, jadi yang ada dalam pikiranku, menyerahkan kepada istri saya supaya memperhatikan anak berangkat sekolah, perhatikan pola makan, pakaian harus rapi dan bersih, memperhatikan perlengkapan sekolah dan keperluan anak serta keberangkatan anak sampai pulang sekolah. Saya hanya fokus kerja di lapangan saja dulu cari duit. Saat malam hari jam 19.00 sampai pukul 21.30-22.00 WIB saya betul-betul perhatikan anak saya SD sampai SMA dan saya perhatikan keberadaanya. Yah memang mengontrol anak dalam belajar tidak sampai selesai hanya sampai pukul 22.00 WIB karena sayakan harus banyak istirahat, saya lebih dahulu berangkat kerja dari mereka akan tetapi isteri saya yang menemani anak sampai selesai belajar. Yah kalau memang ada Universitas Sumatera Utara 69 PR mereka yang sulit dikerjakan, namanya juga saya tamatan SMP jadi pengetahuan sudah hambar lihat soal anak SMP, SMA susah tidak bisa ku jawab, solusinya saya bilang ke anak-anak telephone kakakmu yang dimedan mintak ajari atau SMS ya saat itu juga diajari kakaknya melalui telepon” Pekerjaan orang tua sebagai buruh penderes di perkebunan memerlukan waktu yang cukup lama dan tenaga ekstra. Menurut buruh ini pekerjaan sebagai buruh penderes kerap kali menjadi alasan sedikit perhatian orang tua terhadap pendidikan anak karena sibuk bekerja maka tidak jarang akan mengkibatkan penurunan kualitas pendidikan anak. Akan , tetapi buruh penderes ini bekerja sama dengan isterinya dalam pendidikan anak agar memberikan tanggung jawab memperhatikan pada pagi hari anak berangkat sekolah sampai anak pulang sekolah dan sampai fasilitas yang hendak di minta dari orang tua. Saat sore sampai malam hari maka seorang bapak yang memiliki tanggung jawab dalam mengontrol keberadan anak dirumah. Pada malam hari keluarga buruh ini secara serentak anak-anak belajar dan didampingi kedua orang tua. Orang tua menyadari anak terkadang mengalami keterbatasan berpikir sehingga anak membutuhkan dampingan seseorang yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dari anak supaya dapat mengajari dengan baik pelajaran. Orang tua ini juga sering memiliki keterbatasan pengetahuan dalam mengajari anak karena pelajaran dahulu tidak sama dengan pelajaran di zaman sekarang sudah banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan mengikuti perkembangan zaman. Akan , tetapi hal tesebut tidak menutup kemungkinan mengalami stagnan belajar karena masih ada seorang kakak yang memiliki pendidikan lebih tinggi dalam keluarga. Maka seorang kakak dapat mengajari adik-adiknya supaya anak tidak sempat mengalami kemandekan dalam belajar dapat menyebabkan kemalasan Universitas Sumatera Utara 70 melanjutkan belajar. Walaupun si kakak berada di tempat yang berbeda sehingga mengajari adik-adiknya melalui komunikasi telepon. Buruh penderes ini memiliki sikap tegas terhadap peraturan yang dibuat untuk anak jika anak melanggar peraturan orang tua seperti berada di luar rumah pada malam hari dan jam belajar anak maka orang tua ini akan memberikan pelajaran kepada anak dengan membiarkan anak berada di luar rumah beberapa jam saja. Hal ini dilakukan orang tua agar membentuk pola pikir anak akan pentingnya kedisipilan dalam mengecap pendidikan. Orang tua mengetahui peran yang dimainkan orang tua harus aktif dalam memperhatikan pendidikan anak sebab orang tua juga mengetahui nilai yang terkandung dalam pendidikan untuk anak-anaknya harus ditanamkan.

4.4.1.2 Memberikan Penghargaan terhadap Prestasi Anak

Individu mengharapkan pujian dari orang lain terhadap suatu hasil karyanya yang diwujudkan di tempat umum. Pujian yang diharapkan merupakan bukti perhatian dan dukungan kepada individu yang menerima supaya kedepannya lebih baik lagi menampilkan prestasinya. Orang tua di kalangan penderes selalu mengiming-imingkan suatu hadiah akan diberikan kepada anak yang sedang mengecap pendidikan formal. Namun Orang tua menetapkan syarat seperti anak sekolah yang naik kelas, anak yang berprestasi dengan peringkat dari 1 sampai peringkat 10. Jika anaknya dapat memenuhi syarat tersebut maka orang tua akan memberikan hadiah kepada anak sesuai dengan permintaan supaya bertambah semangat anaknya dalam belajar. Universitas Sumatera Utara 71 Hadiah yang diberikan orang tua kepada anak membawa berbagai perubahan yang baik dalam pendidikan anak. Berdasarkan data hasil wawancara dengan Bapak Maruli Lumban Gaol “Saya akan berjanji kepada anak akan memberikan hadiah apa saja yang mereka minta akan saya berikan dengan syarat anak yang berprestasi mendapat ranking 10 besar. Selain dari ranking 10 besar saya katakan kepada anak tidak akan memberikan hadiah. Saya sangat bersyukur anakku yang 5 sejauh ini mendapat ranking yah mereka langsung menuntut saya, tetapi saya memberikan hadiah kepada anak pada saat karyawan perkebunan menerima bonus atau THR karena pada saat itu lah keuangan kami para penderes dapat dikatakan lebih dari cukup. Yah anak saya sudah mengerti kesitu. sejauh ini permintaan hadiah atas prestasi anak bermacam-macam lah, kalau tingkat SD meminta buku, raket bulu tangkis, kalau SMP sepatu bola, SMA handphone, yah saya berikan karena saya sudah berjanji dan ada perubahan anak kami”. Hasil Wawancara 20 Juli 2015. Hal ini senada dengan jawaban yang dinyatakan Bapak Wiyono yaitu: “Anak saya yang nomor 4 sewaktu duduk di bangku MTsSMP memiliki prestasi bagus pringkat 2 dan memiliki permintaan : minta hadiah laptob yah saya belikan supaya mendorong prestasi anak saya untuk kedepannya, menjadi giat belajar.Respon anak saya mengalami perubahan yang drastis dalam hal belajar semakin giat, prestasinya semakin meningkat, membantu pekerjaan mamanya dirumah juga semakin giat yah karna itu tadi fasilitas pendidikan anak saya sediakan atau dipenuhi untuk mendukung sekolahnya.Hasil Wawancara 23 Agustus 2015. Orang tua penderes ini memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi terhadap anaknya karena tekun belajar sehingga anaknya mendapatkan peringkat yang baik dan orang tua akan memberikan apa saja yang diinginkan anak- anaknya. Namun ada orang tua memberikan hadiah kepada anaknya tidak dengan syarat peringkat yang harus dimiliki anak tetapi cukup dengan syarat naik kelas saja orang tua akan memberikan pujian dan penghargaan. Hal ini sesuai dengan jawaban yang dinyatakan ibu Sri yaitu : Universitas Sumatera Utara 72 “Kalau anakku nanyak “mak kalau aku juara dapat hadiah apa ya.. aku bilang naik kelas aja pun kau mama kasih hadiah yang kau mau nak. Yah kadangkan kalau nunggu anak dapat juara baru dikasih hadiah nanti di press kali otaknya kasian tidak dapat-dapat hadiah, naik kelas ajapun saya sudah bersyukur. Yah pas naik kelas ku belikan tas baru, sepatu baru walaupun masih bagus dipake tetapi biar kalau dikasih hadiah makin semangatlah. Dan sekarang anak-anaku belajar ku tengok. hasil wawancara 26 agustus 2015 Banyak cara yang dilakukan buruh penderes ini untuk memotivasi anak dalam berprestasi di sekolah. Namun pada dasarnya orang tua terlebih dahulu sudah mengenal sifat anak dan memahami potensi yang dimiliki anak. Sehingga orang tua menentukan kriteria dan syarat-syarat yang tinggi seperti mendapatkan juara kelas akan diberikan hadiah dari orang tua karena menurut orang tua anak mampu mencapai peringkat itu. Ada yang mengiming-imingkan hadiah kepada anak hanya dengan naik kelas walaupun tidak mendapat peringkat di kelas dikarenakan orang tua memahami kemampuan anak masih standar. Anak mengalami kenaikan kelas atau mendapat pringkat saat mengecap pendidikan formal merupakan suatu kejutan yang membanggakan bagi keluarga terkhusus orang tua karena anak mampu berkompetisi dalam dunia pendidikan untuk mempertahankan prestasinya dan tidak semua individu mampu berkompetisi merebutkan prestasi di sekolah. Hadiah yang diberikan orang tua kepada anak sesuai dengan permintaan anak masih berkaitan dengan pendidikan anak. Berbagai bentuk hadiah merupakan apreasiasi orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak karna ketekunannya belajar membuahkan hasil. Ada hubungan timbal balik dalam pemberian hadiah kepada anak di mana orang tua mempersiapkan hadiah untuk anak tidak terlepas dari tujuan utama orang tua yaitu Universitas Sumatera Utara 73 jangka panjang agar setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam prestasi di sekolah. Orang tua memberikan iming-iming hadiah secara terus menerus kepada anak dalam pendidikan anak memperlihatkan orang tua keterlibatan orang tua dalam belajar di rumah supaya anak memiliki kebiasaan belajar yang baik untuk memperoleh prestasi sesuai yang diharapkan. 4.4.1.3. Mengawasi Perilaku Anak di Rumah Manusia cenderung tidak patuh pada hukum baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Individu yang berperilaku tidak sesuai dengan peraturan maka akan berperilaku menyimpang. Anak yang sedang mengecap pendidikan rentan mengalami perilaku menyimpang sebab, mental anak masih rapuh dalam mengendalikan diri dari perilaku menyimpang. Orang tua memiliki kekhawatiran terhadap perilaku anaknya dalam bergaul terkhusus anak yang laki-laki rentan dengan perilaku kriminal sehingga membutuhkan orang tua untuk memperhatikan. Hal ini kehadiran orang tua memiliki peran yang signifikan mengawasi perilaku dengan cara menegur perilaku anak yang tidak baik dan diarahkan ke perilaku yang benar selayaknya seorang siswa. Begitu juga dengan buruh memiliki tanggung jawab memberikan waktu singkat dalam mengontrol waktu keberadaan anak di rumah dan perilakunya. Berbagai cara dilakukan orang tua untuk mengawasi perilaku anak seperti hasil wawancara dengan informan bapak Wiyono yaitu : “Anak saya 20 tahun tidak sekolah pun tetap saya buat disiplin dalam bermain, jam 22.30 Wib harus sudah pulang ke rumah. Kalau belum pulang juga saya telephone kalau gak aktif saya telepon kawannya, saya punya kontak teman-teman dekatnya Universitas Sumatera Utara 74 yang bisa saya hubungi untuk menanyakan keberadaannya dimana. Jadi harus ada hp untuk telpon, komunikasian ada di mana. Anak saya merokok gak, minum-minuman keras gak juga gak mau karena dari awal saya sudah kasih tau efek samping merokok dan minum, itu lebih dulu udah saya tanamkan kepada anak-anak” Hasil Wawancara 23 Agustus 2015. Hal ini disampaikan oleh informan lain yaitu, ibu Sri “ anak saya berusia 18 tahun. Aku minta sama anak lajangku merokok janganlah, jadi dia ga merokok makanya badan mantap lah agak gendut, makannya dijamin lah anaku, kalau disekolah ada 2 orang anaku dan anak wawak satu kampung kami gak nakal disekolah, bergaulnya gak mau sama orang yang begini begono lah, kalau dirumah juga perilakunya baiklah.. Aku juga sering nanyak sama anaku yang SMKkalau pulang sekolah “ bang gak cabut kau tadi disekolahkan ? enggak loh mak, ia jangan cabut yah bang kasian loh bapak setengah mati kerjanya dikebon naik turun-naik turun kalau bandel anaknya cemana kan kecewa bapak tolong dijaga ya bg nama baik bapak, ia mak katanya” Terlihat bahwa ketika orang tua mengawasi perilaku anak dengan intens akan mempengaruhi perilaku anak menjadi baik karena orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi anak dan memiliki kekuasaan tertinggi di keluarga untuk mengatakan teguran, nasehat, mencegah anak melakukan hal yang buruk. Sehingga anak dapat mempertahankan perilaku baik yang ditanamkan keluarga kepada anak yang sedang mengecap pendidikan. Supaya masyarakat tidak memberikan label buruk terhadap suatu keluarga, akan tetapi menerima label yang baik sesuai dengan harapan keluarga karena perilaku keluarga diterima di masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang terkandung dalam struktur masyarakat. Ada beberapa informan yang mengawasi dan mengontrol anaknya melalui ancaman yang diberikan kepada anak. Seperti hasil wawancara jawaban yang disampaikan informan bapak Maruli Lumban Gaol : Universitas Sumatera Utara 75 “Saya betul-betul perhatikan keberadaan anak-anak kalau pukul 21.30-22.00 WIB anak bermain-main dan belum pulang kerumah, maka saya langsung mengunci pintunya dan tidak mengizinkan anak masuk, biar aja situ diluar siapa suruh main-mainn sampe malam anak masih dalam masa sekolah” Hasil wawancara dengan informan lain hampir senanda dengan jawaban yang disampaikan Bapak Supangat yaitu: “Ya sewaktu hampir marak narkoba, dulu ada anak dari desa lain atau anak perantauan masuk ke pondok kita selalu bawak keyek gitu yah narkoba, ganja, kita tauhu itu ada, saya kasih tau ke anak dan ku kasih ancaman ke anakku “awas ya, jangan coba-coba ngikuti keyek gitu, seandainya anak itu tertangkap polisi dan dipenjara kita bilang kami orang tua gak tanggung jawab kami biarkan aja di penjara. Makannya kami sebagai orang tua selalu mengontrol anak, yah mudah-mudahan anak tadi bisa dibilangin, kembali ke jalan yang lurus.Jadi harus dikasih ancaman supaya anak itu jerah, dalam bergaul berhati-hati. Hasil Wawancara 14 Juli 2015 . Banyak cara dilakukan orang tua untuk menjaga perilaku anaknya dengan baik dan benar disesuaikan pada kondisi lingkungan masyarakat di kawasan perkebunan. Ada yang dengan cara memberikan batasan waktu, menekan bahkan mengancam anak dalam bergaul. Bukan maksud orang tua mengekang anak dalam bergaul , tetapi orang tua berusaha mengajarkan kebijaksanaan kepada anak dalam perilaku dalam bergaul. Setiap perilaku yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan sendiri dan itu tidak mudah maka dari itu anak harus berhati-hati dalam bergaul. Sanksi yang di perbuat orang tua kepada anak merupakan suatu sarana dalam mengontrol anak supaya mengendalikan perilaku anak terkhusus anak yang masih mengecap pendidikan. Anak yang masih mengecap pendidikan merupakan tanggung jawab terbesar orang tua mengawasi anak di rumah. Universitas Sumatera Utara 76 Peran orang tua mengawasi anak di masa mengecap pendidikan merupakan peran utama dalam keluarga. Terkadang orang tua menginterogasi dalam mengontrol perkembangan anaknya tidak cukup hanya di lingkup keluarga tetapi juga bekerja sama dengan pihak sekolah. Ketiga pihak yaitu pihak sekolah, masyarakat, dan keluarga membangun hubungan yang baik supaya terbentuk kerja sama memperhatikan pendidikan anak. Ketika masyarakat menemukan anak sekolah tidak berperilaku yang sewajarnya seorang berpendidikan maka masyarakat memiliki tanggung jawab dan peran dalam menegur dan menasehati anak sekolah. Orang tua memiliki hak untuk menanyakan perkembangan anaknya semasa pendidikan idi, 2011. Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian dengan para informan orang tua yang menganggap pendidikan anak sangat penting diperhatikan, orang tua akan membangun interaksi yang baik kepada guru supaya orang tua dapat menggali informasi seputar perkembangan anak. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Mujiono yaitu : “Saya sering menegur seorang guru Pak Helmi, saya bilang “pak kenapa sih anak sekolah berkeliaran dirambungan perkebunan tanaman karet, apakah disekolah diterapkan atau gimana?“. Pak Helmi mengatakan pak sedangkan anak perempuan saja sanggup melompati pagar tembok pak. Nah saran dari saya bagaimana kalau sekolah dibuat pagar, lalu saya bilang bagaimana kalau sekolah dipagari kawat duri. Bahkan diluar sekolah pun lelek tegur anak sekolah itu jika perilakunya gak sesuai dengan seorang siswa. Bukan untuk anak saya sendiri tetapi untuk anak itu dan menjaga citra sekolah ini supaya bagus kualitasnya. Sekarangkan sudah ada peraturan undang-undang untuk sekolah kepada lembaga sekolah tidak menerapkan kekerasan fisik kepada anak sekolah. Jadi kalau sola menegur saya sudah sering dan saya juga menegur guru Pak Wandi selaku guru agama” Terlihat bahwa orang tua siswa atau masyarakat perkebunan berperan dalam memperhatikan perkembangan anak dan kualitas sekolah. Terkadang Universitas Sumatera Utara 77 Lembaga Sekolah memiliki keterbatasan dalam mengontrol perilakunya anak sekolah sebab guru dan pihak sekolah secara kuantitas terbatas tetapi harus memperhatikan ratusan siswa. Namun disinilah fungsi masyarakat dan orang tua bekerja sama dengan lembaga sekolah berperan serta sebagai sumber informasi perilaku anak sekolah yang baik dan yang tidak baik disampaikan kepada pihak sekolah. Kritik dan saran dari masyarakat tentang anak sekolah disampaikan kepada pihak sekolah merupakan suatu evaluasi lembaga sekolah untuk merubah hal buruk menjadi yang baik guna memajukan perkembangan anak sekolah dan menjadikan sekolah berkualitas. Maka sekolah akan melakukan berbagai usaha untuk menjadikan kualitas anak masyarakat perkebunan. Sehingga orang tua atau masyarakat tidak ada keraguan untuk menitipkan anaknya menjadi pribadi yang mandiri melalui sekolah. Karena orang tua menilai citra sekolah dengan baik dan memiliki pola pikir yang positif terhadap sekolah dan para guru. Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian dengan informan diperoleh data, orang tua juga memiliki hak untuk menerima kabar baik atau kabar buruk terhadap anaknya yang sedang sekolah. Maka orang tua menanyakan kepada guru perilaku dan perkembangan anaknya di sekolah. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Sri “satu kampung ini ada gurunya di SMK jadi sering saya tanya karena awakan pengen tahu anak awak di sekolah, nanti awak awasi dirumah ternyata disekolah mengecewakan. Apalagi bapaknya RT jadi harus dijagalah nama baik keluarga “ kekmana bu mendidik anakku bandal tidak dia di sekolah bu, gak kok bu anak ibu bagus, sopan kata gurunya hanya anak ibu lah yang sopan dan bisa kami pantau para guru. Jadi aku bilang sama anaku dijagalah nak nama baik bapak jangan sampe ngecewakan, jangan sampe dapat surat panggilan, bapak disegani orang di kampung kita malu lah kalau anaknya keyek gitu. Begitu juga pada anak saya SD ketika menjemput anak sekolah saya tanyain guru anak ku Ibu Lili kekmana belajarnya Dede anakku, kata ibunya wah bandal Universitas Sumatera Utara 78 bu, yah hajar aja bu kalau bandal di kelas hak guru kami tidak sakit hati, tetapi menghajar masih sewajarnya jangan sampe kebacotlah kekerasan fisik, kalau dirumah itukan da hak kami membimbing anak.Jadi kami da mengenalah siapa aja guru anak-anak kami di sekolah, para guru kelas 1-6 sudah pada kenal juga lah sama saya, guru anak saya yang SMK juga kami udah saling kenal lah” Jadi berdasarkan data wawancara orang tua dan guru sama-sama saling membutuhkan informasi untuk memajukan anak dalam pendidikan. Seorang guru memerlukan orang tua untuk berbagi secara pribadi seputar anaknya yang sekolah dan orang tua secara pribadi memerlukan seorang guru yang memiliki hubungan erat belajar anaknya. Orang tua di perkebunan dan guru anaknya saling menyampaikan informasi terkait perilaku anaknya di rumah atau sekolah dengan tujuan menjadi evaluasi antara orang tua dan guru secara pribadi. Orang tua akan mengajari anaknya di rumah menjadi lebih baik lagi sehingga di dalam pendidikan anaknya mengalami perubahan pola pikir, berperilaku dan mandiri. Dalam penelitian ini buruh penderes di perkebunan menjalankan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan cara memberikan berbagai bentuk apresiasi kepada anak yang sedang mengecap pendidikan.

4.5. Nilai Pendidikan Anak di Kalangan Buruh Penderes

Pendidikan yang dimiliki orang tua selaku buruh penderes tergolong minim mayoritas sampai tingkat SD dan SMP sederajat, dan yang sampai tingkat SMA minim. Pendidikan orang tua tidak menutup kemungkinan anak dapat mengecap pendidikan lebih dari pendidikan orang tua. Buruh penderes memberikan pendidikan terutama dalam pendidikan formal sebab pendidikan dapat mengahantarkan anak status pekerjaan. Pendidikan formal merupakan pendidikan berjenjang yang mengajarkan anak didik untuk memiliki kesempatan Universitas Sumatera Utara 79 yang sama mencapai tahap-tahap pendidikan. Pendidikan anak masyarakat perkebunan telah melaksanakan program wajib belajar di tingkat SMA sederajat karena sudah mengalami peningkatan secara kuantitas. Anak buruh penderes masih ada yang pendidikannya tergolong cukup baik karena anak masyarakat dominan mengecap pendidikan sampai tingkat SMA bahkan ada juga anak buruh pendidikan sampai pada tinggkat Perguruan Tinggi walaupun tergolong minim Keberadaan lembaga sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, dan tingkat SMA di tengah-tengah kawasan perkebunan berdampak semakin meratanya mutu pendidikan anak buruh. Lembaga sekolah memberikan kesempatan sangat luas kepada semuah anak dari berbagai kalangan untuk didik supaya memiliki kesempatan yang sama secara terbuka mendapatkan ilmu pengetahuan, mengembangkan potensi yang ada di dalam individu tanpa memandang latar belakang keluarga atau kelas sosial orang tua. Seiring dengan pesatnya perkembangan pendidikan di perkotaan dan di pedesaan memiliki pengaruhi antara pendidikan dengan memasuki lapangan pekerjaan sesuai dengan syarat. Seperti pekerjaan menjadi seorang buruh penderes tetap di perkebunan karet Aek Tarum PT. Bridgestone syarat memiliki ijazah pendidikan minimal tingkat SMA. Pendidikan terakhir dari tingkat SD sampai tingkat SMP tidak dapat di terima menjadi buruh tetap. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai mendidik berarti “memberikan, menanamkan, menumbuhkan” nilai-nilai peserta didik. Anak di dalam pendidikan memiliki peran aktif dan peran pasif. Peran pasif anak didik seperti memberikan dan menanamkan nilai-nilai lebih menempatkan peserta didik dalam posisi pasif, Universitas Sumatera Utara 80 sedangkan menumbuhkan nilai memberikan peranan yang lebih aktif kepada anak di tuntut untuk mengembangkan nilai-nilai dalam dirinya sendiri.

4.5.1. Mensosioalisasikan Pendidikan Kepada Anak

Proses sosialisasi di dalam lingkungan keluarga tertuju kepada orang tua untuk memotivasi anak agar mempelajari pola perilaku yang diajarkan keluarganya. Orang tua mensosialisasikan pendidikan kepada anak dengan berbagai cara, ada yang melalui mengajari belajar, ada yang orang tua membagikan kehidupan yang layak di tiru dari seorang sahabatnya. Sehingga anak semakin percaya pendidikan memberikan dampak positif atau keberuntungan dan anak menilai pentingnya pendidikan dalam diri. Dan tugas orangtua menanamkan kedisiplinan kepada anak seperti yang dinyatakan oleh informan hasil wawancara dengan bapak Supangat : “Saya menerapkan pendidikan kepada anak dengan menyuruh untuk mengajari belajar, rajin belajar dan kedua banyak-banyak membaca” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, Bapak Maruli mensosialisakan pendidikan kepada anak-anaknya dengan cara : “Contoh yang kualami dulu lah yang ku ceritakan betapa sakitnya saya yang hanya tamat SMP.nah yang kedua kawanku saya tengok yang sudah berhasil ada sekolahanya tinggi nah disini saya terapkan kepada anak-anak kekmana kalian nanti bisa seperti kawan saya yang sudah berhasil, hayo coba kejar terus ilmu itu sampai tinggi, kalau soal biaya saya tidak mau menceritakan betapa saya terbentur dalam biaya tetapi bagaimana caranya supaya anak-anak ini dapat mencapai pendidikannya dan cita-citanya” Bahkan mensosialisasikan pendidikan kepada anak dengan cara menanamkan kedisiplinan waktu, dinyatakan oleh bapak Wiyono, yaitu: Universitas Sumatera Utara 81 “Cara orang tua menanamkan kedisiplinan dalam segala hal kepada anak karena didalam kedisiplinan itu anak mengetahui kapan waktu mengerjakan pekerjaan rumah, kapan waktu mengerjakan tugas,kapan waktu bermain. Rumah tangga dalam keluarga kami dalam hal belajar sangat saya tekankan biar jangan banyak bermain karena itu begitu pentingnya pendidikan itu ” Berbagai cara yang di lakukan orang tua ini menanamkan pentingnya nilai fungsi pendidikan kepad anak secara perlahan-lahan memahamkan kepada anak. Pendidikan anak yang di berikan tidak hanya pendidikan formal, pendidikan informal juga diberikan kepada anak melalui pendidikan di keluarga ada peringatan, saran, nasihat. Dengan cara mensosialisasikan melalui bercerita pengalaman yang baik dari sahabat merupakan cara untuk memotivasi anak mencapai cita-cita melalui pendidikan setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan anak walaupun perekonomian keluarga terbatas. Secara psikologis orang tua ini tidak ingin anaknya mengalami beban mental pikiran yang dapat mengurangi semangat anak dan orangtua menutupi keterbatasan ekonomi keluarga agar anak memahami pendidikan memiliki nilai yang tinggi dapat membawa anak pada status pekerjaan lebih baik pada masa depan. Melalui sosialisasi yang disampaikan orang tua kepada anak supaya mempelajari nilai pentingnya pendidikan untuk anak untuk masa depan, norma dan pola hidup dalam masyarakat melalui ajaran orang tua dan menanamkan kedisiplinan dalam keluarga sehingga perilaku keluarga dapat diterima masyarakat di manapun anak berada. Bahkan masyarakat akan memberikan label yang baik kepada suatu keluaga dan anak sesuai dengan perilakunya. Dengan demikian sosialisasi tidak hanya sekedar proses menyebarluaskan informasi tetapi agar berbuat sesuatu, seperti mengajar, menggembleng dan mendoktrinasi. Universitas Sumatera Utara 82

4.5.2. Dukungan Ekonomi

Ekonomi keluarga memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan anak. Ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi naik turunnya kualitas pendidikan anak dan tingkat pendidikan. Penghasilan utama keluarga buruh penderes hanya di perkebunan karet PT. Bridgestone. Penghasilan yang diterima buruh terkadang kurang mencukupi kebutuhan keluarga mengakibatkan sering mengalami kendala dalam membiayai kebutuhan pendidikan anak. Namun orang tua berusaha untuk mencari cara atau usaha agar menghasilkan penambahan keuangan keluarga demi pendidikan anak. Sesuai dengan yang dinyatakan berdasarkan hasil data wawancara dengan bapak Maruli “Saya bilang ke anak-anak saya bapak akan mengusahakan kalian bagaimana caranya supaya kalian dapat seperti teman saya yang sudah sukses itu dan cita-cita tercapai. Ya kalau saya mengalami kesulitan ekonomi dalam membiayai kebutuhan anak sekolah, solusinya meminjam duit tetanggapun jadilah asalkan untuk anak sekolah agar segala keperluan anak sekolah terlengkapi. menunggu gaji datang untuk membayar utang. itulah isteri juga bekerja mengutip lomkaret” Jawaban informan ini senada dengan hasil wawancara dengan bapak Mujiono, yaitu: ”Yah selalunya ada rezeki kalau ada usaha, isteri lelek kerjalah ngetrel, yah lelek juga sering menjualkan usaha pakean punya kawan, madu, yah kita kerjakan jangan cari kesenangan kita tapi cari untuk anak. Sampe lelek berpikir apa sanggup gaji untuk nguliahkan anak tapi ya akhirnya rezeki itu datangkan” Berbagai cara yang dilakukan orang tua untuk mempertahankan anak dalam mengecap pendidikan, sama halnya dengan bapak Wiyono : “orang tua harus berusaha bagaimana caranya supaya ekonomi mendukung pendidikan anak ke perguruan tinggi. apalagi anakku yang laki-laki tahun besok mintak kulia jadi sekarang dia kerja ditabung gajinya. Yah apalagi kami orang tua harus lebih banyak menabunglah” Universitas Sumatera Utara 83 Jadi, berdasarkan hasil wawancara orang tua yang berada di kalangan bawah memiliki keterbatasan dalam menyekolahkan sampai jenjang kuliah karena penghasilan orang tua terkadang tidak memadai sehingga menimbulkan rasa khawatir anaknya mengalami putus sekolah. Akan tetapi orang tua berusaha menutupi kendala ekonomi keluarga dan berusaha mencari solusi mempertahankan pendidikan untuk anak yaitu dengan cara orang tua yang perempuan bekerja sebagai BHL di perkebunan supaya dapat di tabung untuk biaya kebutuhan pendidikan anak. Hal ini tidak terlepas dari hubungan sosial yang baik dibangun di dalam keluarga, di mana suami istri memiliki hubungan yang baik supaya mendukung perencanaan pendidikan anak. Sehingga keluarga juga dapat menjadi motivasi anak untuk mengecap pendidikan sebagai alat meraih cita-cita untuk masa depan pribadinya. Terlihat bahwa peran ekonomi keluarga sangat besar sebagai fasilitator pendidikan dan mendukung pendidikan anak menjadikan anak berkualitas.

4.5.3. Pendidikan Sebagai Perubahan Anak

Pendidikan menunjukan kepada masyarakat bahwa pendidikan sebagai memanusiakan manusia. Masyarakat Aek Tarum yang bekerja di perkebunan karet PT. Bridgestone menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan supaya tujuan orang tua memberikan pendidikan kepada anak supaya anak mengalami kedewasaan karakter menjadi lebih baik sehingga berdampak terhadap mobilitas sosial. Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian dengan informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban alasan seseorang menganggap Universitas Sumatera Utara 84 pentingnya pendidikan karena mengandung nilai perubahan. Pernyataan ini disampaikan oleh informan ibu Ani yaitu : “Yang seharusnya anak-anak belum tau cara memegang pensil yah kita kasih tau. Secara pribadi menerapkan pendidikan didalam keluarga memberikan contoh yang baik untuk adek-adek dibawah awak yang belum memiliki pengalaman misalnya dalam hal beragama berakhlak dalam agama”Hasil Wawancara 13 Agustus 2015 Orang tua di perkebunan menilai pendidikan anak sangat penting. Masyarakat perkebunan memiliki kekhawatiran terhadap perkembangan anaknya jika tidak dibekali dengan pendidikan. Dalam konsep pemikiran orang tua menilai pendidikan sebagai penuntun pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam lingkungan masyarakatnya. Pendidikan tidak hanya dapat dirasakan oleh satu individu saja tetapi juga pendidikan dapat dirasakan kepada individu lain dengan mewariskan nilai ke generasi berikutnya, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengalami perubahan perilaku anak, yang dinyatakan oleh bapak Wiyono yaitu: “Kalau pendidikan itu memang membawa perubahan anak di rumah kami ini, memang betul-betul nampak loh mbak, beda loh orang yang tidak berpendidikan sama orang yang berpendidikan. Pertama dari pola pikirnya, cara bicaranya misalnya seperti anaku kalau bicara kek gini atau kek gitu dia berpikir dulu ada tidakorang yang tersinggungg” Hasil Wawancara 23 Agustus 2015. Masyarakat perkebunan percaya bahwa pendidikan dapat merubah nasib anak-anaknya, sesuai dengan pernyataan bapak Maruli Lumban Gaol yaitu: “Menurut saya yah memang harus pendidikan inilah yang dapat merubah nasib anak-anak saya besok. Bukan hanya saya saja yang bangga memakai prestasi anak saya mungkin tetangga, mungkin perusahaan bangga memakai prestasi anak karena memiliki pendidikan. Saya anjurkan kepada mereka jika memang kalian Universitas Sumatera Utara 85 seorang anak didik jadilah berperilaku seperti anak didik jangan seperti anak yang tidak berpendidikan dan saya mengalami banyak perubahan perilaku meraka memang” Jadi, dengan adanya pendidikan yang dimiliki anak membawa perubahan secara pribadi anak, perubahan di dalam keluarga dan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan anak akan banyak memiliki pengalaman dalam masa pendidikan ketika berbicara dengan guru dan sahabat sehingga anak yang berpendidikan terlebih dahulu berpikir sebelum bertindak. Perilaku pendidikan menunjukan kedewasaan anak dalam pola pikir dan berperilaku dan seorang anak didik harus mempertahankan status sosialnya menjadi seorang anak didik di masyarakat. Pendidikan dinilai sebagai ajang tempat perubahan, di ajarkan mengembangkan potensi dan prestasi, diajarka untuk mandiri, bertanggung jawab, sopan santun, memiliki etika. Dalam hal ini pendidikan menempatkan peserta didik dalam posisi pasif karena peserta didik masih menerima pendidikan dan mempertahankan nilai-nilai pendidikan seperti mempertahankan perilaku dan pola berpikir seorang anak didik, menanamkan dalam diri untuk mempertahankan status sosial sebagai individu yang berpendidikan. Proses pendidikan anak menuuju proses bergerak ke status yang lebih tinggi atau disebut mobilitas sosial. Harapan orang tua di perkebunan terhadap pendidikan yang dimiliki anak tidak hanya sebagai posisi pasif saja tetapi pendidikan anak menempatkan posisi aktif, yang artinya pendidikan anak dapat diaplikasikan ke dunia pekerjaan karena pada akhirnya pendidikan akan berakhir pada penentuan masa depan melalui pekerjaan. Orang tua perkebunan memberikan pendidikan kepada anak dengan tujuan supaya anak memiliki jalan menentukan masa depan anak menjadi lebih baik dari pada status orang tua di perkebunan. Universitas Sumatera Utara 86

4.5.4 Pendidikan Sebagai Mobilitas Sosial dalam Pekerjaan

Mobilitas sosial bentuk perpindahan status dan peranan seseorang atau sekelompok orang dari kelas sosial yang lebih rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi, atau dari kelas sosial yang lebih tinggi ke kelas sosial yang lebih rendah vertikal. Menurut Horton dan Hunt, mengartikan mobilitas sosial sebagai gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Sebab lembaga pendidikan seperti sekolah merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang vertikal. Buruh penderes memiliki keyakinan dengan adanya pendidikan yang dimiliki anak dapat mensejahterakan kehidupan masa depan anak. Kesejahteraan yang dipahami buruh penderes adalah sejahtera secara ekonomi melalui pendidikan anak menghantarkan pada pekerjaan yang lebih tinggi dari orang tuanya, sehingga dapat membantu keluarga. Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas sosial yang penting, bahkan jenis pekerjaan kasar yang berpenghasilan baik pun sukar diperoleh, kecuali jika seseorang mampu membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Menaiki tangga mobilitas sosial tanpa ada bukti ijazah pendidikan tinggi merupakan suatu hal yang jarang terjadi. Diduga bahwa tambah tingginya taraf pendidikan yang dimiliki individu maka makin besar kemungkinan anak-anak golongan rendah mengalami mobilitas sosial secara vertikal Setiadi: 530. Pentingnya pendidikan membawa perubahan ekonomi keluarga menjadi lebih baik melalui tingkat pendidikan anak, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan oleh ibu N.br Hutapea : “Yakinlah sama pendidikan dapat merubah anak, pendidikan itu bagus.Yah pinginlah anak pendidikannya tinggi dan bagus biar cita- citanya tercapai. Biar jangan bodoh kayak kami mamak bapaknya di kebon.Inilah anaku yang pelayaran sebelum bekerja jurusan nakhoda kapal udah ada sekolahannya tapi masih dasarnya terus mintak tambah lagi sekolahannya di STIP, ini mau lanjut sekolah Universitas Sumatera Utara 87 lagi biar bisa jadi perwira atau kapten kapal, agar kerjaannya makin bagus, gajinya besar. Yah kami usahakan dan dukung anak kami sekolahkan semampu otaknya kalau mampu sampai tinggi kami siap kami dukung walaupun sakit mencari duit. Kadang tidak cukup, kurang gaji bapaknya di kebon tapi, ya harus berani ambil resikolah untuk sekolah anak. Usahakan terus minjam-minjam duit pun tidak apa-apa. Sering minjam duit bunga sama orang, pernah juga minjam duit dari bank..” Hasil Wawancara 28 Agustus 2015 Jadi, buruh penderes perkebunan menginginkan anaknya mengalami peningkatan dalam pekerjaan yang lebih tinggi dari orang tuanya, sebab orang tua menilai pendidikan dapat merubah nasib anak. Buruh ini menyadari untuk melakukan perpindahahan jabatan kerja level atas memerlukan peningkatan pendidikan. Modal pendidikan yang dimiliki seorang anak dapat mengalami mobilitas sosial secara vertikal. Walaupun dilihat dari pekerjaan orang tua berada dilapisan bawah menjadi buruh penderes, namun potensi anak mampu mengikuti persaingan yang cukup ketat dalam pendidikan melalui ujian penyeleksian sehingga anak menjadi saluran gerak sosial yang vertikal karena berhasil mendapatkan kursi di lembaga pendidikan yang bagus melalui ujian. Tingkat pendidikan dan skill yang di miliki individu mengahantarkan seorang ke peluang yang sudah terbuka lebar untuk meraih jabatan pada level atas dengan gaji sangat baik sesuai dengan kemampuan seseorang dalam mengaplikasikan skill pekerjaan. Gerak sosial vertikal pada pekerjaan umumnya berlaku untuk semuah kalangan masyarakat. Pada kenyataannya tidak semuah individu berada dalam gerak sosial vertikal sebab sedikit banyak ada hambatan yang mempengaruhi seseorang mengalami gerak sosial vertikal. Individu yang dapat mempertahankan gerak sosial vertikal akan memiliki peluang besar untuk melakukan perpindahan pekerjaan dari satu kedudukan ke kedudukan yang lain. Gerak sosial vertikal ini seperti pekerjaan nakhoda kapal mengalami pergerakan naik status menjadi Universitas Sumatera Utara 88 perwira kapal. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan individu memiliki pendidikan yang menghantarkan sampai dapat status kapten atau perwira. Pendidikan memperlihatkan modal individu dalam persaingan untuk naik tangga sosial cukup ketat dengan demikian peran pendidikan semakin penting. Individu yang berhasil dalam pendidikan, dialah yang memiliki kemungkinan untuk naik tangga sosial. Hal ini senada dengan pernyataan disampaikan oleh informan bapak Maruli Lumban Gaol, yaitu: “Yah memang menurut ku akuin hanya di bidang pendidikan ini nanti yang dapat merubah nasib anak-anaku, selain dari situ tidak ada yang bisa ku kasih, karna aku seorang buruh penderes, tanah aku tidak punya dari mana mau kasih. Apalagi uang aku tidak ada uang banyak untuk mereka. yah hanya pendidikan lah yang bisa ku usahakan untuk anak-anakku biar bisa nanti anaku kuharapkan lebih meningkat kehidupannya dari saya. Dan pekerjaan mereka harus layak untuk mereka jangan seperti aku seorang penderes tamatan SMPnya jadi, kemana mau ku andalkan mereka kalau tidak ada tamatan. Sedangkan di perkebunan ini saja mau jadi seorang penderes harus tamatan SMA apalagi diluaran sana kerja lain. makanya anak ku dorong terus hayo kejar terus-terus pendidikan mencapai cita-cita” Jawaban hasil wawancara dengan informan pentingnya pendidikan dapat merubah nasib didukung oleh hasil wawancara dari anak beliau yang sedang mengecap pendidikan di perguruan tinggi Jeni br Marbun, yaitu : “Saya yakin pendidikan dapat membawa perubahan ekonomi, tetapi tergantung dengan individunya kalau dia pandai menggunakan keahlian jurusannya dia akan terjamin mendapat pekerjaan yang menjamin. Lain hal dengan yang punya pendidikan tetapi tidak digunakan keahliannya dengan jurusannya yah dia tidak akan mendapat pekerjaan yang dia inginkan. Saya yakin dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pekerjaan kita akan menjadi lebih tinggi. Misalnya dari guru honor, diangkat menjadi kepala sekolah karena memiliki pendidikan S1 dan sertifikasi. mudah-mudahan cita-citaku tercapai, biar bantu orang tuaagar tidak bekerja di perkebunan lagi, tidak berlama-lama lagi sampai pensiun. jadi tidak harus banting tulang lagi orang tuadi perkebunan karna udah kita fasilitasi kebutuhannya. Universitas Sumatera Utara 89 Pendidikan saluran resmi yang paling rasional dalam menentukan pergerakan status sosial seseorang. Buruh ini menilai jika pendidikan di berikan maka tidak akan hangus begitu karena pendidikan sudah melekat dalam diri. Minimnya pendidikan yang dimiliki buruh ini membawa pada hidup serba terbatas hanya bisa menjadi seorang buruh. Semakin menumbuhkan nilai fungsi pendidikan sangat penting untuk anak. Orang tua penderes berasumsi bahwa jika pendidikan anak hanya tamatan sekolah dasar atau sekolah pertama akan membawa anak mendapat penghasilan yang rendah ketika mereka mulai bekerja. Buruh penderes dalam konteks ini berasumsi pendidikan diberikan kepada anak harus sampai pada jenjang pendidikan yang tinggi supaya anak mengalami mobilitas sosial secara vertikal terhadap pekerjaannya. Jika anak tidak memiliki pendidikan yang tinggi, orang tua penderes ini menilai belum cukup untuk mensejahterakan anak di masa hidupnya. Pendidikan sangat signifikan menjadi anak tangga mobilitas sosial bahkan mengalami pergerakan sosial secara vertikal. Semakin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat pengahasilannya. Keberhasilan pendidikan seseorang mempengaruhi kedudukan sosialnya di masyarakat dapat membawa meningkatkan derajat orang tua yang berada di level bawah sebagai buruh penderes karet menjadi tepandang di masyarakat perkebunan. Dampak positif dari pendidikan anak inilah yang semakin menumbuhkan nilai dan fungsi pendidikan sangat penting dalam keluarga dan nilai pendidikan dapat dijadikan prinsip keluarga buruh penderes terhadap pendidikan anaknya. Pada dasarnya pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari ketiga jenis pendidikan yang tersedia yakni pendidikan informal, dan pendidikan non Universitas Sumatera Utara 90 formal, pendidikan formal, tampaknya jenis pendidikan yang terakhir lebih dapat diandalkan. Pada pendidikan formal, dunia pekerjaan dan status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status Setiadi: 530. Buruh penderes ini menilai pendidikan diberikan kepada anak harus sampai tingkat tinggi atau perguruan tinggi supaya dengan pendidikan yang dimiliki anak dapat diaplikasikan di pekerjaan di luar perkebunan dengan harapan mudah mengalami mobilitas sosial vertikal mencapai kedudukan rendah ke kedudukan tinggi. Ada juga buruh penderes yang menilai pendidikan anak diberikan sampai tingkat SMA dengan harapan tujuan pendidikan yang dimiliki anak dapat diaplikasikan ke pekerjaan yang berada di perkebunan. Buruh penderes dan masyarakat perkebunan percaya walaupun pendidikan anak hanya tingkat SMA dan bekerja di perkebunan suatu saat akan mengalami peningkatan kerja dari kedudukan pekerjaan rendah ke kedudukan yang menengah bahkan dapat meningkat lagi. Tingkat pendidikan SMA dapat mengalami pergerakan sosial dari buruh penderes bisa naik menjadi Mandor atau Krani. Berdasarkan data hasil wawancara dengan informan penderes orang tua di perkebunan sebagian menilai pendidikan anak menyandang ijazah supaya mendapatkan pekerjaan setahap lebih maju dari orang tuanya. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan bapak Wiyono, yaitu : Pendidikan itu yah memang bagus dan pendidikan memang diutamakan diperusahaan ini. Bagus pendidikannya, pekerjaanya bagus, status pekerjaan di perkebunan ini bisa naik jabatan sebagai mandor atau krani. Lama pun kerja di kebon tapi kalau gak ini. Apalagi dijaman sekarang ini harus tamatan SMA masuk kebon” Universitas Sumatera Utara 91 Pernyataan yang disampaikan bapak wiyono senada dengan jawaban hasil wawancara yang dikatan ibu Rini, yaitu: “Ya saya mendukung pendidikan anak karena, mau masuk kerja dikebon aja mesti harus ada tamatan SMA, jadi tanpa adanya pendidikan orang tidak bisa kerja karena saat dicari ijazah SMA. Kalau anak saya masuk kebon yah ingin sih karena masa depan anak kita tidak tahu, kita tidak bisa paksain menginginkan anak untuk menjadi seorang perawat atau bidan tapi kalau jebol mendaftar di perkebunan ya berarti sudah dikebon ini rezekinya.Mending ke kebon ya karnakan ka kerja dikebon itu udah terjamin dapat gaji tiap bulan, mendapat rumah sakit, mendapat bonus, memang lelah tetapi sudah lebih bagus. Terus kalau punya pendidikan, kita kerjanya patuh, kinerjanya bagus dikebon ini jadi dipercaya untuk naik tingkat kerjaan dari buruh penderes ke mandor atau krani” Jadi, secara umum buruh penderes menilai pendidikan penting untuk anak. Namun penilaian buruh ini terhadap pendidikan di tingkat SMA sudah lebih dari cukup untuk masa depan anak karena dengan menyandingkan ijazah dapat menentukan pekerjaan yang sudah di tentukan. Buruh penderes ini menilai pendidikan tingkat SMA dapat mengalami mobilitas sosial secara vertikal terhadap pekerjaan walaupun proses pergerakan perpindahan statusnya secara evolusi.. Pekerjaan pada bagian industri yang memperlihatkan secara signifikan terjadinya mobilitas sosial baik secara vertikal ataupun horizontal. Proses mengalami mobilitas berawal dari bekerja sebagai buruh penderes kemudian berakhir pada jabatan mandor atau krani di perkebunan. Pihak perkebunan akan memberikan apresisiasi kepada buruh atau kayawan yang memiliki potensi dalam mengembangkan pengetahuannya dalam bekerja, memiliki kedisiplinan kerja, patuh terhadap peraturan yang ada, maka akan mengalami jenjang karir dalam pekerjaan karena dinilai hasil kinerjanya membawa dampak positif dan keberuntungan. Apresiasi yang diberikan pihak Universitas Sumatera Utara 92 perkebunan kepada setiap pekerja dalam bentuk peningkatan kedudukan bekerja. Peningkatan kedudukan kerja individu maka pekerjaannya lebih ringan dari berkedudukan rendah seperti menjadi buruh penderes. Kedudukan kerja semakin tinggi maka pendapatan juga semakin besar. Nilai pendidikan tingkat SMA ini yang sering di asumsi oleh masyarakat perkebunan jika pendidikan anak sampai tingkat SMA. “ Apalagi seperti adik-adiku ini tamat SMK, SMA pun susahnya cari kerja makanya kerja mocok-mocok di kebon, ya skalian ngerjai ladang pribadi milik mama. Sekarang memang harapan mama dan kaka juga,kedua adik ku bisa masuk kebon jadi karyawan karena sudah mapan, lagi biar tenang mamaku. karna masih tutup aja sekarang lowongan pekerjaan dikebon kalau buka pasti udah rame karena udah banyak anak yang punya pendidikan tingkat SMA. menjadi karyawan aja dari pada kerja diluar-luar perkebunan ini juga takut ntah kenapa-kenapa, juga cari pekerjaan sekarang kan udah susah” Masyarakat perkebunan ini memiliki kecemasan dan menyadari pendidikan hanya mengandalkan ijazah saja tidak cukup, melainkan pendidikan memerlukan keterampilan dan skill untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak dari pekerjaan orang tua. Jika hal tersebut tidak dimiliki anak maka, ketika anak bekerja di kota akan mengalami kesulitan mencari pekerjaan sebab pekerjaan yang tersedia di kota memiliki syarat pekerjaan yang tinggi kualifikasi bekerja di bandingkan dengan pekerjaan yang berada di pedesaan. Hal tersebut tidak dapat di pungkiri orang tua penderes mengambil alih dalam menentukan pekerjaan anaknya untuk bekerja di perkebunan karena, minimnya skill dan mental dalam diri anak. Besar harapan keluarga buruh ini agar anaknya dapat bekerja di perkebunan karena gaji dan jaminan yang di berikan menggiurkan seperti memiliki jaminan pekerjaan selama kurang lebih 25 tahun, upah setiap bulan, THR stiap tahun, Bounus tiap tahun dan jaminan hari tua, fasilitas rumah sakit, Universitas Sumatera Utara 93 catu beras, hal inilah yang membuat anak perkebunan termotivasi untuk bekerja di perkebunan.

4.6. Anak Putus Sekolah di Perkebunan

Semakin berkembangannya zaman modern sekarang ini anak putus sekolah juga sampai saat ini masih ada dan tidak lagi masalah yang asing di masyarakat bahkan sudah menjadi tradisi di dunia pendidikan. Anak putus sekolah tidak terlepas dari berbagai penyebab seperti ada penyebab eksternal dan ada penyebab internal. Menurut hasil penelitian Yulia Anas, SE, M.Si dan Prof. Elfindri , p ermasalahan utama penyebab anakputus sekolah di Kec. Mapat Tunggul sebagai daerah yang mewakili daerah perkebunan di Kabupaten Pasaman adalah 63,6 karena rumah tangga kesulitan membiayai pendidikan anak yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan keluarga, 53 karena tidak adanya motivasi untuk sekolah, baik motivasi orang tua maupun anak. Dengan tingkat pendidikan rata-rata hanya tamat SD 93,3 membuat motivasi orang tua untuk menyekolahkan anak juga rendah. Sedangkan bagi si anak sendiri kehidupan yang susah dan tanpa ada motivasi yang tinggi dari orang tua juga mempengaruhi semangat dan motivasi anak untuk sekolah, 25,8 alasan putus sekolah karena anak usia sekolah banyak yang bekerja sebagai pekerja keluarga. Hal ini terjadi karena kondisi ekonomi keluarga yang menyebabkan sebagian orang tua dihadapkan pada pilihan antara menyekolahkan anak atau mempekerjakan anak sebagai pekerja keluarga di kebun mereka sendiri . Begitu juga dengan anak putus sekolah di kalangan buruh penderes Desa Perkebunan Aek Tarum terdapat beberapa alasan yang signifikan penyebab anak Universitas Sumatera Utara 94 putus sekolah. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 faktor yang menjadi alasan anak putus sekolah di Desa Perkebunan Aek Tarum yaitu: 4.6.1. Ekonomi Pendapatan orang tua dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendidikan anak karena fungsi ekonomi keluarga sebagai fasilitator pendidikan anak supaya anak tidak mengalami hambatan dari segi ekonomi dalam meraih pendidikan. Terbatasnya ekonomi keluarga menyebabkan tidak mencukupi untuk membiayai pendidikan anak sehingga berakibat anak mengalami putus sekolah. Menurut orang tua anak putus sekolah di perkebunankarena keterbatasan mencari ekonomi ganda dengan kata lain penghasilan utama hanya dari perkebunan. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua anak yang putus sekolah, yaitu bapak Misdi : “Yah kalau cukupnya yah cukup tapikan, harus bersifat memaksa. Tidak ada kerja sampingan hanya mengharapkan gaji di kebon. yah kalau 1,2 orang anak masih bisa nyekolahkan tapi kalau 3, 4 yah udah susah itu. jadi gitu anak-anak ini putus sekolah gitu aja” Sama dengan yang dinyatakan Anisa anak yang putus sekolah yaitu : “apalagi keuangan orang mama kan sebelum masuk karyawan agak menipis jadi kerjalah aku di pasar malam lumayan lah gaji ku membantu bayar uang buku kak” Ekonomi keluarga membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan anak dan tingkat pendidikan. Ekonomi keluarga buruh menjadi melemah karena tidak ada usaha orang tua sebagai kerja sampingan untuk memperkuat pertumbuhan penghasilan keluarga sehingga menyebabkan anak putus sekolah dan mengalami keterbatasan dalam mengecap tingkat pendidikan. Masalah perekonomian keluarga menjadi beban pikiran anak buruh merasa Universitas Sumatera Utara 95 pendidikan yang sedang diraih menambaha beban keuangan keluarga menjadi sulit. Tidak dapat di pungkiri si anak akan mengambil keputusan untuk tidak sekolah dan memilih bekerja agar membantu keuangan keluarga. Tidak dapat di pungkiri buruh penderes sering mengalami kesulitan ekonomi di sebabkan adanya biaya yang besar kebutuhan rumah tangga bersifat sekunder. Pada kenyataanya keluarga buruh penderes banyak mengkonsumsi kebutuhan sekunder seperti berbagai perabot rumah tangga yang menjadi eksis dimasyarakat perkebunan. Kebanyakan kebutuhan sekunder menjadi prioritas keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan ibu Ani yaitu: “Kalau gak mampu menyekolahkan anak sampai SMA aja ga bisa ya itu salah orang tuanya salah mengendalikan keuangan, terlalu bnanyak meminjam uang kesana-kemari jadi ketimpa utang jadi gaji itu pun tidak cukup sementara biaya pendidikan anak belum terpenuhi ketika anak pun mendengar keluhan orang tua jadi anak makin malas dan ingin bekerja mendapat uang.Kadang orang tua ini mau memikirkan uangnya dari pada pendidikan anaknya apalah gara biaya, pada hal uang gampang dicarinya” Pernyataan senada dengan yang dikatakan bapak Wiyono, yaitu : “Orang dikebon ini sama-sama karyawan, gajinya pun sama tapi banyak juga yang salah menggunakan, gaji dia itu ga difokuskan sekian untuk kebutuhan anak, tapi yang dipikirkan kebutuhan rumah, ada tetangga yang punya ini ikut punya ini itu, hidup royal gak dipikirin pendidikan anaknya” Tidak hanya orang tua yang memandang ekonomi keluarga digunakan dengan royal tetapi anak karyawan juga menilai orang tua di perkebunansebagian boros menggunakan pengahasilannya, sesuai dengan yang dikatan anak buruh penderes yaitu wawan 20 : “yah sebenarnya sih cukupnya gaji orang tua di perkebunan kalau untuk membiayai anak sekolah sampe SMA tapi taulah ka namanya hidup dipondok, ngutang sana, ngutang sini, habis gajinya mana bisa terbagi lagi gajinya” Universitas Sumatera Utara 96 Jadi, pada dasarnya keuangan keluarga buruh penderes mencukupi untuk membiayai pendidikan anak sampai tingkat SMA. Anak yang putus sekolah penyebab utama bukan pendapatan ekonomi keluarga karena pendapatan buruh penderes dominan sama hanya saja ekonomi keluarga melemah karena kurangnya manajemen keuangan keluarga dalam pembagian kebutuhan sekunder dan primer. Seharusnya keluarga menyisihkan biaya primer untuk kebutuhan pendidikan anak. Namun pada kenyataannya kebutuhan sekunder beralih menjadi kebutuhan primer. Masyarakat perkebunan di lebel sebagai hidup royal karena lebih mengutamakan kebutuhan sekunder seperti, prabotan rumah tangga seperti mesin cuci, sepeda motor yang bukan untuk digunakan kebutuhan utama tetapi untuk rekreasi, sofa, meja makan, lemari, tempat tidur yang sangat bagus dan yang lainnya dengan sistem mengkredit berbagai barang yang setiap bulannya membayar cicilan barang rumah tangg tersebut. Masyarakat perkebunan dapat saling mempengaruhi sau sama lain dalam kepemilikan barang-barang dalam arti tidak mau ketinggalan gaya dari tetangga. Beralihnya biaya kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan primer mempengaruhi prinsip keluarga, nilai pendidik pentingnya meningkatkan pendidikan anak didalam keluarga tidak diperjuangkan dan kurangnya dukungan orang tua secara ekonomi. Dalam hal ini anak buruh sangat sulit mengalami mobilitas sosial karena minimnya dukungan orang tua terhadap perkembangan dan pergerakan pendidikan anak. 4.6.2 Anak Bekerja di Perkebunan Anak masyarakat perkebunan yang sudah menyelesaikan pendidikannya dan yang mengalami putus sekolah namun tidak merantau ke luar daerah Universitas Sumatera Utara 97 perkebunan kebanyakan akan bekerja di perkebunan. Terkhususnya kepada anak laki-laki bekerja dengan status BHL di perkebunan , tetapi anak perempuan hanya dirumah saja atau ada juga yang merantau, dan bekerja yang lain. Tujuan anak bekerja untuk membantu perekonomian keluarga dan untuk kesenangan pribadi sehingga enggan untuk melanjutkan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh bapak Misdi, yaitu: “Yah itu lah dia anakku 17thn kerja berdagang dengan orang lain, kerja sebagai mengantarkan pesanan orang seperti mengantarkan telur ke kedai, dia jago kalau berdagang. Dia pun gak mau lanjutin sekolah, awak tanyak juga mau sekolah tetapi dia bilang ahk ga mau aku pak sekolah sama ajanya toh kerjanya juga ahirnya. Kemana awak paksa pun toh sama juganya nya nanti. Ya itu tadi karna dia udah dapat gaji, udah enak dia rasa, udah bisa pulak dia punya kereta sendiri pulak di kredit keretanya. Di tengok kawannya ahk tamat nya SMA tapi toh juga nganggurnya hahk” Pernyataan ini senada dengan jawaban bapak Maruli menanggapi anak buruh bekerja di perkebunanyaitu: “Di Perkebunan inikan banyak kerjaan musiman seperti melakukan pembangunan rumah jadi anak-anak SMP kalau di suruh mencari pasir pasti mau karena di bayar, pekerjaan musiman seperti mengutip sisa karet lom. Pekerjaan di perkebunan menjadi hal yang biasa di kerjakan anak-anak SMP, hal ini yang membuat anak tersebut malas untuk melanjutkan sekolah karena sudah memiliki uang udah banyak dirasa duitnya” Selain ekonomi keluarga keluarga buruh penderes yang menyebabkan anak putus sekolah adalah ketika anak mengenal pekerjaan dan mendapat uang dari hasil usaha kerja melalui pekerjaan yang ada di perkebunan. Motivasi anak bekerja dengan status BHL awalnya supaya membantu perekonomian keluarga karena anak selalu mendengar keluhan orang tua dalam keuangan keluarga. Selain itu, anak merasakan bangga sudah bekerja serta menerima upah atau penghasilan sendiri di usia mudah bahkan dapat membantu orang tua membeli suatu barang dari hasil keringat sendiri. Pekerjaan yang dilakukan anak Universitas Sumatera Utara 98 membentuk pikiran anak menilai tanpa pendidikan yang tinggi saja dapat menghasilkan uang bahkan dapat membantu orang tua. Pada dasarnya pihak perkebunan telah menetapkan peraturan dan larangan memperkerjakan anak di bawah usia karena anak masih memiliki hak untuk mencapai pendidikan namun, banyak anak buruh yang melakukan aktifitas bekerja di luar pengawasan pihak perkebunan sehingga anak dengan bebas mencari uang dengan bekerja. 4.6.3. Pola Pikir Masyarakat Perkebunan Keberadaan individu dimanapun berada dengan waktu yang cukup lama akan mempengaruhi pola kehidupan dari cara berbicara, berpikir dan berperilaku akan seseai dengan lingkungan sosial tempat tinggalnya. Begitu juga dengan kehidupan sosial masyarakat perkebunan memiliki nilai yang ditanamkan dalam diri individu namun menjadi umum memiliki pola pikir yang sama terhadap pendidikan. Hal ini dinyatakan oleh Jeni 20, yaitu: “masih ada yah saya dengar disini mengatakan bahkan langsung kepada saya jeni kemana aja sih tidak pernah kelihatan, apa sekolah, ia kak kulia ku bilang, terus dibilangnya ngapain pala sekolah tinggi-tinggi anak perempuan toh juga nanti ke dapur, yah ku bilang aja ia ka biar ada modalku untuk kedapur, sambil becanda. Ya pola pikir berdampak kepada anaknya karna anak itu pasti berpikir orang tuaku aja udah mengatakan gitu pasti ada pengaruhnya” jawaban hasil wawancara dengan informan bapak Mujiono, yaitu: “yah saya kalau dikerjaan itu masih sering kawan-kawan kerja bilang ahk percumanya nyo kulia tinggi-tinggi, ngono,ngene toh saiki okeh seng nganggur juga. delok lah iku hahk eneng seng D3, S1, ngono-ngono wae” Hal ini senada dengan jawaban hasil wawancara dengan informan ibu Rini, yaitu: “Sering sih mendengar orang tua yang ngomong gitu kalau anak kebon toh juga balik ke kebon, bapak nya masuk kebon anaknya ikut masuk kebon sih ya sekitar 60-70 lah masyarakat yang ngomong gitu” Universitas Sumatera Utara 99 Jawaban informan diatas sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Maruli: “Anak mandor penderes disini pun ada yang tamat SMA dan SMP udah di stop kan orngtuanya. Anak perempuan ahk udahlah perempuan sampe SMP toh juga nanti ke dapur jadi ibu rumah tangga juga nantinya. Kalau anak yang laki-laki seperti bapak ini ajapun nanti bisa naik kerjaannya. itu yang ditanamakan prinsip disini ” Pola pikir masyarakat perkebunan menjadi budaya lokal yang lahir dari seluruh masyarakat yaitu buruh dan mandor. Terbentukanya pola pikir masyarakat karena pekerjaan orang tua. Tanpa di sadari pekerjaan ini menjadi antar generasi dari mulai kakek, ayah dan di turunkan kepada anak pria bekerja di perkebunan ini. pemikiran yang seperti ini ternyata berdampak pada tingkat pendidikan anak dan terdapat perbedaan gender. Bahwa anak perempuan pendidikannya sulit meningkat karena lebih mengutamakan pendidikan anak laki-laki agar dapat bekerja di perkebunan dan mengalami peningkatan bekerja. Masyarakat perkebunan 60-70 pola pikir masyarakat perkebunan memandang pekerjaan untuk anak sudah tersedia di depan mata dan tidak perlu mencari pekerjaan ke luar desa. Universitas Sumatera Utara 100

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis wawancara, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pendidikan anak buruh di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone mendapatkan perhatian dari pihak perusahaan perkebunan seperti di berikan transportasi gratis untuk akses ke sekolah, sarana kesehatan, dan terdapat sarana pendidikan bahkan beasiswa untuk anak buruh yang memiliki prestasi, hal ini merupakan bentuk apresiasi dan partisipasi pihak perkebunan kepada anak yang mengecap pendidikan untuk mengurangi kuantitas anak putus sekolah di kawasan perkebunan. 2. Anak buruh di kawasan perkebunan dengan mudah mengakses pendidikan karena sudah tersedia lembaga Sekolah dari mulai tingkat TK, SD, SMP sampai SMA sehingga mengecap pendidikan tidak perlu menambah biaya untuk menempuh jarak jauh ke kota Kisaran. Dengan keberadaan sekolah di perkebunan mendorong semangat dan mengembangkan potensi anak buruh untuk mengecap pendidikan. Tingkat pendidikan anak buruh di perkebunan jenjang SMA menjadi mayoritas, ada yang sampai ke Perguruan Tinggi namun tergolong minim bahkan ada juga anak buruh yang putus seklah dari tingkat SD, SMP dan SMA. 3. Buruh penderes secara umum menilai pendidikan sangat penting. Buruh penderes antusias terhadap pendidikan formal anak minimal tingkat SMA karena buruh perkebunan melihat pekerjaan saat ini memerlukan pendidikan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

21 352 107

Keanekaragaman Ikan di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 22 46

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Desa” (Studi di Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan)

16 123 123

Konstruksi Sosial Terhadap Keberadaan Keyboard Bongkar Di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

6 134 101

PROFIL PEREMPUAN SEBAGAI BURUH HARIAN LEPAS (MENOL) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV SEI KOPAS, KECAMATAN BANDAR PASIR MANDOGE, KABUPATEN ASAHAN.

0 1 25

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 5

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 1

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 9

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 17

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 2