Apresiasi Karyawan Penderes Terhadap Pendidikan Anak

66 memperkerjakan anak dibawah usia karena anak masih memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dari orang tua. Tetapi pada kenyataanya diluar kontrol pihak perkebunan banyak yang masih mengerjakan pekerjaan diperkebunan. Pendidikan anak masyarakat perkebunan tingkat pendidiknya secara keseluruhan dari jenjang TK 200 orang, SD 566 orang, SMP 150 orang, SMA 150 orang, dan jenjang Perguruan Tinggi 90 orang dan anak yang putus sekolah 223 orang.

4.4.1 Apresiasi Karyawan Penderes Terhadap Pendidikan Anak

Apresiasi orang tua yang bekerja sebagai penderes di perkebunan PT. Bridgestone terhadap pendidikan formal anak dinyatakan dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan anak : 1. Orang tua memperhatikan anak belajar dirumah 2. Memberikan penghargaan kepada prestasi anak 3. Mengawasi perilaku anak di rumah 4.4.1.1Orang tuaMemperhatikan Anak Belajar di Rumah Belajar merupakan suatu strategi atau cara-cara yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan yang di inginkan. Melalui belajar sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain sering sekali mengalami kesusahan yang mengakibatkan seseorang mandek belajar. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan anak buruh penderes yang sedang mengecap pendidikan formal saat belajar di sekolah saja tidak cukup sehingga perlu belajar di rumah. Kita ketahui bahwa waktu belajar anak memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah dari jenjang SD, SMP, SMA terbatas diperkirakan 5 jam sampai 7 jam belajar sedangkan Universitas Sumatera Utara 67 waktu anak lebih banyak menghabiskan di rumah. Untuk itu orang tua dan sekolah harus memiliki hubungan yang baik bekerja sama dalam menjadikan anak baik dalam hal pengetahuan dan perilaku. Peran aktif orang tua sangat sangat dibutuhkan untuk anak saat dirumah atau berada di luar jam sekolah dimana orang tua harus memperhatikan waktu belajar anak, membimbing perilaku di rumah dan mengajari anak saat belajar. Anak di masa sekolah sering mengalami keterbatasan pengetahuan atau kurang mengerti pelajaran yang disampaikan guru maka, dalam hal ini dibutuhkan kehadiran orang tua di samping anak untuk mengajari dan memberikan pemahaman akan pelajaran kepada anak. Orang tua memiliki hak dalam menentukan waktu belajar anak dan waktu istirahat malam. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bapak Wiyono yaitu : “ Kalau malam jam belajar pukul 19.00 WIB sampai 21.30 WIB, yah kami dampingi anak kami sampai dengan selesai belajar. Kadang anak saya nanyak kepada saya tugasnya “ pak ini macem mana ini caranya pak” ya kalau kemampuan saya terbatas jadi yang saya ngerti soalnya saya ajari. Anak-anak jam 21.30 harus sudah tidur, jangan karna belum siap-siap PR nya sampe jam 22.00 terus gak tidu jadi,kalau belum selesai tugasnya yah dilanjutkan besok pagi jam 05.30 saya banguni untuk melanjutkan mengerjakan PR sampe siap jangan sampe ke sekolah tidak siap PR nya Hasil Wawancara 23 Agustus 2015. Jadi, orang tua tidak dapat menghindari tanggung jawab dari pendidikan anak. Buruh penderes ini menemani anaknya belajar sampai dengan jam yang sudah ditetapkan pada anak saat belajar pada malam hari. Waktu belajar anak ditentukan orang tua dengan tujuan agar stamina kondisi fisik dan mental tetap terjaga. Kedua orang tua ini memberikan waktu terhadap jam belajar anak pada malam hari dengan mendampingi anak belajar sampai dengan selesai. Karena anak sering mengalami hambatan dalam pelajaran di mana si anak kurang mengerti akan pelajaran yang disampaikan guru di sekolah sehingga Universitas Sumatera Utara 68 membutuhkan orang tua di samping anak belajar untuk mengajari anak pada pelajaran yang tidak di mengerti anak. Peran orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak terkhusus peran mendampingi jam belajar anak memberikan solusi pada masalah pengetahuan anak dapat menghindari kemandekan dalam belajar. Kehadiran orang tua mendampingi anak belajar juga dapat di katakan sebagai bentuk perhatian orang tua dan dukungan orang tua pada pendidikan anak. Kedua orang tua dalam keluarga harus memiliki interaksi yang baik dalam hubungan keluarga supaya anak semakin percaya dengan keluarga untuk saling berbagi dan merasa nyaman dengan kerukunan keluarga. Dengan demikian orang tua dengan mudah memainkan perannya di tengah-tengah keluarga sesuai yang diharapkan keluarga. Orang tua laki-laki secara waktu memiliki kesibukan terstruktur yaitu bekerja sebagai buruh penderes sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Terkadang orang tua keterbatasan dalam memperhatikan anak sekolah karena sibuk bekerja tetapi karena adanya kerjasama yang baik kedua orang tua mendidik anak maka seorang ibu yang memperhatikan anak berangkat sekolah sampai pulang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Maruli Lumbangaol “sulit untuk mengontrol anak karena saya kan bekerja dari mulai pukul 6.30-15.0016.00 WIB, jadi yang ada dalam pikiranku, menyerahkan kepada istri saya supaya memperhatikan anak berangkat sekolah, perhatikan pola makan, pakaian harus rapi dan bersih, memperhatikan perlengkapan sekolah dan keperluan anak serta keberangkatan anak sampai pulang sekolah. Saya hanya fokus kerja di lapangan saja dulu cari duit. Saat malam hari jam 19.00 sampai pukul 21.30-22.00 WIB saya betul-betul perhatikan anak saya SD sampai SMA dan saya perhatikan keberadaanya. Yah memang mengontrol anak dalam belajar tidak sampai selesai hanya sampai pukul 22.00 WIB karena sayakan harus banyak istirahat, saya lebih dahulu berangkat kerja dari mereka akan tetapi isteri saya yang menemani anak sampai selesai belajar. Yah kalau memang ada Universitas Sumatera Utara 69 PR mereka yang sulit dikerjakan, namanya juga saya tamatan SMP jadi pengetahuan sudah hambar lihat soal anak SMP, SMA susah tidak bisa ku jawab, solusinya saya bilang ke anak-anak telephone kakakmu yang dimedan mintak ajari atau SMS ya saat itu juga diajari kakaknya melalui telepon” Pekerjaan orang tua sebagai buruh penderes di perkebunan memerlukan waktu yang cukup lama dan tenaga ekstra. Menurut buruh ini pekerjaan sebagai buruh penderes kerap kali menjadi alasan sedikit perhatian orang tua terhadap pendidikan anak karena sibuk bekerja maka tidak jarang akan mengkibatkan penurunan kualitas pendidikan anak. Akan , tetapi buruh penderes ini bekerja sama dengan isterinya dalam pendidikan anak agar memberikan tanggung jawab memperhatikan pada pagi hari anak berangkat sekolah sampai anak pulang sekolah dan sampai fasilitas yang hendak di minta dari orang tua. Saat sore sampai malam hari maka seorang bapak yang memiliki tanggung jawab dalam mengontrol keberadan anak dirumah. Pada malam hari keluarga buruh ini secara serentak anak-anak belajar dan didampingi kedua orang tua. Orang tua menyadari anak terkadang mengalami keterbatasan berpikir sehingga anak membutuhkan dampingan seseorang yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dari anak supaya dapat mengajari dengan baik pelajaran. Orang tua ini juga sering memiliki keterbatasan pengetahuan dalam mengajari anak karena pelajaran dahulu tidak sama dengan pelajaran di zaman sekarang sudah banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan mengikuti perkembangan zaman. Akan , tetapi hal tesebut tidak menutup kemungkinan mengalami stagnan belajar karena masih ada seorang kakak yang memiliki pendidikan lebih tinggi dalam keluarga. Maka seorang kakak dapat mengajari adik-adiknya supaya anak tidak sempat mengalami kemandekan dalam belajar dapat menyebabkan kemalasan Universitas Sumatera Utara 70 melanjutkan belajar. Walaupun si kakak berada di tempat yang berbeda sehingga mengajari adik-adiknya melalui komunikasi telepon. Buruh penderes ini memiliki sikap tegas terhadap peraturan yang dibuat untuk anak jika anak melanggar peraturan orang tua seperti berada di luar rumah pada malam hari dan jam belajar anak maka orang tua ini akan memberikan pelajaran kepada anak dengan membiarkan anak berada di luar rumah beberapa jam saja. Hal ini dilakukan orang tua agar membentuk pola pikir anak akan pentingnya kedisipilan dalam mengecap pendidikan. Orang tua mengetahui peran yang dimainkan orang tua harus aktif dalam memperhatikan pendidikan anak sebab orang tua juga mengetahui nilai yang terkandung dalam pendidikan untuk anak-anaknya harus ditanamkan.

4.4.1.2 Memberikan Penghargaan terhadap Prestasi Anak

Individu mengharapkan pujian dari orang lain terhadap suatu hasil karyanya yang diwujudkan di tempat umum. Pujian yang diharapkan merupakan bukti perhatian dan dukungan kepada individu yang menerima supaya kedepannya lebih baik lagi menampilkan prestasinya. Orang tua di kalangan penderes selalu mengiming-imingkan suatu hadiah akan diberikan kepada anak yang sedang mengecap pendidikan formal. Namun Orang tua menetapkan syarat seperti anak sekolah yang naik kelas, anak yang berprestasi dengan peringkat dari 1 sampai peringkat 10. Jika anaknya dapat memenuhi syarat tersebut maka orang tua akan memberikan hadiah kepada anak sesuai dengan permintaan supaya bertambah semangat anaknya dalam belajar. Universitas Sumatera Utara 71 Hadiah yang diberikan orang tua kepada anak membawa berbagai perubahan yang baik dalam pendidikan anak. Berdasarkan data hasil wawancara dengan Bapak Maruli Lumban Gaol “Saya akan berjanji kepada anak akan memberikan hadiah apa saja yang mereka minta akan saya berikan dengan syarat anak yang berprestasi mendapat ranking 10 besar. Selain dari ranking 10 besar saya katakan kepada anak tidak akan memberikan hadiah. Saya sangat bersyukur anakku yang 5 sejauh ini mendapat ranking yah mereka langsung menuntut saya, tetapi saya memberikan hadiah kepada anak pada saat karyawan perkebunan menerima bonus atau THR karena pada saat itu lah keuangan kami para penderes dapat dikatakan lebih dari cukup. Yah anak saya sudah mengerti kesitu. sejauh ini permintaan hadiah atas prestasi anak bermacam-macam lah, kalau tingkat SD meminta buku, raket bulu tangkis, kalau SMP sepatu bola, SMA handphone, yah saya berikan karena saya sudah berjanji dan ada perubahan anak kami”. Hasil Wawancara 20 Juli 2015. Hal ini senada dengan jawaban yang dinyatakan Bapak Wiyono yaitu: “Anak saya yang nomor 4 sewaktu duduk di bangku MTsSMP memiliki prestasi bagus pringkat 2 dan memiliki permintaan : minta hadiah laptob yah saya belikan supaya mendorong prestasi anak saya untuk kedepannya, menjadi giat belajar.Respon anak saya mengalami perubahan yang drastis dalam hal belajar semakin giat, prestasinya semakin meningkat, membantu pekerjaan mamanya dirumah juga semakin giat yah karna itu tadi fasilitas pendidikan anak saya sediakan atau dipenuhi untuk mendukung sekolahnya.Hasil Wawancara 23 Agustus 2015. Orang tua penderes ini memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi terhadap anaknya karena tekun belajar sehingga anaknya mendapatkan peringkat yang baik dan orang tua akan memberikan apa saja yang diinginkan anak- anaknya. Namun ada orang tua memberikan hadiah kepada anaknya tidak dengan syarat peringkat yang harus dimiliki anak tetapi cukup dengan syarat naik kelas saja orang tua akan memberikan pujian dan penghargaan. Hal ini sesuai dengan jawaban yang dinyatakan ibu Sri yaitu : Universitas Sumatera Utara 72 “Kalau anakku nanyak “mak kalau aku juara dapat hadiah apa ya.. aku bilang naik kelas aja pun kau mama kasih hadiah yang kau mau nak. Yah kadangkan kalau nunggu anak dapat juara baru dikasih hadiah nanti di press kali otaknya kasian tidak dapat-dapat hadiah, naik kelas ajapun saya sudah bersyukur. Yah pas naik kelas ku belikan tas baru, sepatu baru walaupun masih bagus dipake tetapi biar kalau dikasih hadiah makin semangatlah. Dan sekarang anak-anaku belajar ku tengok. hasil wawancara 26 agustus 2015 Banyak cara yang dilakukan buruh penderes ini untuk memotivasi anak dalam berprestasi di sekolah. Namun pada dasarnya orang tua terlebih dahulu sudah mengenal sifat anak dan memahami potensi yang dimiliki anak. Sehingga orang tua menentukan kriteria dan syarat-syarat yang tinggi seperti mendapatkan juara kelas akan diberikan hadiah dari orang tua karena menurut orang tua anak mampu mencapai peringkat itu. Ada yang mengiming-imingkan hadiah kepada anak hanya dengan naik kelas walaupun tidak mendapat peringkat di kelas dikarenakan orang tua memahami kemampuan anak masih standar. Anak mengalami kenaikan kelas atau mendapat pringkat saat mengecap pendidikan formal merupakan suatu kejutan yang membanggakan bagi keluarga terkhusus orang tua karena anak mampu berkompetisi dalam dunia pendidikan untuk mempertahankan prestasinya dan tidak semua individu mampu berkompetisi merebutkan prestasi di sekolah. Hadiah yang diberikan orang tua kepada anak sesuai dengan permintaan anak masih berkaitan dengan pendidikan anak. Berbagai bentuk hadiah merupakan apreasiasi orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak karna ketekunannya belajar membuahkan hasil. Ada hubungan timbal balik dalam pemberian hadiah kepada anak di mana orang tua mempersiapkan hadiah untuk anak tidak terlepas dari tujuan utama orang tua yaitu Universitas Sumatera Utara 73 jangka panjang agar setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam prestasi di sekolah. Orang tua memberikan iming-iming hadiah secara terus menerus kepada anak dalam pendidikan anak memperlihatkan orang tua keterlibatan orang tua dalam belajar di rumah supaya anak memiliki kebiasaan belajar yang baik untuk memperoleh prestasi sesuai yang diharapkan. 4.4.1.3. Mengawasi Perilaku Anak di Rumah Manusia cenderung tidak patuh pada hukum baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Individu yang berperilaku tidak sesuai dengan peraturan maka akan berperilaku menyimpang. Anak yang sedang mengecap pendidikan rentan mengalami perilaku menyimpang sebab, mental anak masih rapuh dalam mengendalikan diri dari perilaku menyimpang. Orang tua memiliki kekhawatiran terhadap perilaku anaknya dalam bergaul terkhusus anak yang laki-laki rentan dengan perilaku kriminal sehingga membutuhkan orang tua untuk memperhatikan. Hal ini kehadiran orang tua memiliki peran yang signifikan mengawasi perilaku dengan cara menegur perilaku anak yang tidak baik dan diarahkan ke perilaku yang benar selayaknya seorang siswa. Begitu juga dengan buruh memiliki tanggung jawab memberikan waktu singkat dalam mengontrol waktu keberadaan anak di rumah dan perilakunya. Berbagai cara dilakukan orang tua untuk mengawasi perilaku anak seperti hasil wawancara dengan informan bapak Wiyono yaitu : “Anak saya 20 tahun tidak sekolah pun tetap saya buat disiplin dalam bermain, jam 22.30 Wib harus sudah pulang ke rumah. Kalau belum pulang juga saya telephone kalau gak aktif saya telepon kawannya, saya punya kontak teman-teman dekatnya Universitas Sumatera Utara 74 yang bisa saya hubungi untuk menanyakan keberadaannya dimana. Jadi harus ada hp untuk telpon, komunikasian ada di mana. Anak saya merokok gak, minum-minuman keras gak juga gak mau karena dari awal saya sudah kasih tau efek samping merokok dan minum, itu lebih dulu udah saya tanamkan kepada anak-anak” Hasil Wawancara 23 Agustus 2015. Hal ini disampaikan oleh informan lain yaitu, ibu Sri “ anak saya berusia 18 tahun. Aku minta sama anak lajangku merokok janganlah, jadi dia ga merokok makanya badan mantap lah agak gendut, makannya dijamin lah anaku, kalau disekolah ada 2 orang anaku dan anak wawak satu kampung kami gak nakal disekolah, bergaulnya gak mau sama orang yang begini begono lah, kalau dirumah juga perilakunya baiklah.. Aku juga sering nanyak sama anaku yang SMKkalau pulang sekolah “ bang gak cabut kau tadi disekolahkan ? enggak loh mak, ia jangan cabut yah bang kasian loh bapak setengah mati kerjanya dikebon naik turun-naik turun kalau bandel anaknya cemana kan kecewa bapak tolong dijaga ya bg nama baik bapak, ia mak katanya” Terlihat bahwa ketika orang tua mengawasi perilaku anak dengan intens akan mempengaruhi perilaku anak menjadi baik karena orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi anak dan memiliki kekuasaan tertinggi di keluarga untuk mengatakan teguran, nasehat, mencegah anak melakukan hal yang buruk. Sehingga anak dapat mempertahankan perilaku baik yang ditanamkan keluarga kepada anak yang sedang mengecap pendidikan. Supaya masyarakat tidak memberikan label buruk terhadap suatu keluarga, akan tetapi menerima label yang baik sesuai dengan harapan keluarga karena perilaku keluarga diterima di masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang terkandung dalam struktur masyarakat. Ada beberapa informan yang mengawasi dan mengontrol anaknya melalui ancaman yang diberikan kepada anak. Seperti hasil wawancara jawaban yang disampaikan informan bapak Maruli Lumban Gaol : Universitas Sumatera Utara 75 “Saya betul-betul perhatikan keberadaan anak-anak kalau pukul 21.30-22.00 WIB anak bermain-main dan belum pulang kerumah, maka saya langsung mengunci pintunya dan tidak mengizinkan anak masuk, biar aja situ diluar siapa suruh main-mainn sampe malam anak masih dalam masa sekolah” Hasil wawancara dengan informan lain hampir senanda dengan jawaban yang disampaikan Bapak Supangat yaitu: “Ya sewaktu hampir marak narkoba, dulu ada anak dari desa lain atau anak perantauan masuk ke pondok kita selalu bawak keyek gitu yah narkoba, ganja, kita tauhu itu ada, saya kasih tau ke anak dan ku kasih ancaman ke anakku “awas ya, jangan coba-coba ngikuti keyek gitu, seandainya anak itu tertangkap polisi dan dipenjara kita bilang kami orang tua gak tanggung jawab kami biarkan aja di penjara. Makannya kami sebagai orang tua selalu mengontrol anak, yah mudah-mudahan anak tadi bisa dibilangin, kembali ke jalan yang lurus.Jadi harus dikasih ancaman supaya anak itu jerah, dalam bergaul berhati-hati. Hasil Wawancara 14 Juli 2015 . Banyak cara dilakukan orang tua untuk menjaga perilaku anaknya dengan baik dan benar disesuaikan pada kondisi lingkungan masyarakat di kawasan perkebunan. Ada yang dengan cara memberikan batasan waktu, menekan bahkan mengancam anak dalam bergaul. Bukan maksud orang tua mengekang anak dalam bergaul , tetapi orang tua berusaha mengajarkan kebijaksanaan kepada anak dalam perilaku dalam bergaul. Setiap perilaku yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan sendiri dan itu tidak mudah maka dari itu anak harus berhati-hati dalam bergaul. Sanksi yang di perbuat orang tua kepada anak merupakan suatu sarana dalam mengontrol anak supaya mengendalikan perilaku anak terkhusus anak yang masih mengecap pendidikan. Anak yang masih mengecap pendidikan merupakan tanggung jawab terbesar orang tua mengawasi anak di rumah. Universitas Sumatera Utara 76 Peran orang tua mengawasi anak di masa mengecap pendidikan merupakan peran utama dalam keluarga. Terkadang orang tua menginterogasi dalam mengontrol perkembangan anaknya tidak cukup hanya di lingkup keluarga tetapi juga bekerja sama dengan pihak sekolah. Ketiga pihak yaitu pihak sekolah, masyarakat, dan keluarga membangun hubungan yang baik supaya terbentuk kerja sama memperhatikan pendidikan anak. Ketika masyarakat menemukan anak sekolah tidak berperilaku yang sewajarnya seorang berpendidikan maka masyarakat memiliki tanggung jawab dan peran dalam menegur dan menasehati anak sekolah. Orang tua memiliki hak untuk menanyakan perkembangan anaknya semasa pendidikan idi, 2011. Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian dengan para informan orang tua yang menganggap pendidikan anak sangat penting diperhatikan, orang tua akan membangun interaksi yang baik kepada guru supaya orang tua dapat menggali informasi seputar perkembangan anak. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Mujiono yaitu : “Saya sering menegur seorang guru Pak Helmi, saya bilang “pak kenapa sih anak sekolah berkeliaran dirambungan perkebunan tanaman karet, apakah disekolah diterapkan atau gimana?“. Pak Helmi mengatakan pak sedangkan anak perempuan saja sanggup melompati pagar tembok pak. Nah saran dari saya bagaimana kalau sekolah dibuat pagar, lalu saya bilang bagaimana kalau sekolah dipagari kawat duri. Bahkan diluar sekolah pun lelek tegur anak sekolah itu jika perilakunya gak sesuai dengan seorang siswa. Bukan untuk anak saya sendiri tetapi untuk anak itu dan menjaga citra sekolah ini supaya bagus kualitasnya. Sekarangkan sudah ada peraturan undang-undang untuk sekolah kepada lembaga sekolah tidak menerapkan kekerasan fisik kepada anak sekolah. Jadi kalau sola menegur saya sudah sering dan saya juga menegur guru Pak Wandi selaku guru agama” Terlihat bahwa orang tua siswa atau masyarakat perkebunan berperan dalam memperhatikan perkembangan anak dan kualitas sekolah. Terkadang Universitas Sumatera Utara 77 Lembaga Sekolah memiliki keterbatasan dalam mengontrol perilakunya anak sekolah sebab guru dan pihak sekolah secara kuantitas terbatas tetapi harus memperhatikan ratusan siswa. Namun disinilah fungsi masyarakat dan orang tua bekerja sama dengan lembaga sekolah berperan serta sebagai sumber informasi perilaku anak sekolah yang baik dan yang tidak baik disampaikan kepada pihak sekolah. Kritik dan saran dari masyarakat tentang anak sekolah disampaikan kepada pihak sekolah merupakan suatu evaluasi lembaga sekolah untuk merubah hal buruk menjadi yang baik guna memajukan perkembangan anak sekolah dan menjadikan sekolah berkualitas. Maka sekolah akan melakukan berbagai usaha untuk menjadikan kualitas anak masyarakat perkebunan. Sehingga orang tua atau masyarakat tidak ada keraguan untuk menitipkan anaknya menjadi pribadi yang mandiri melalui sekolah. Karena orang tua menilai citra sekolah dengan baik dan memiliki pola pikir yang positif terhadap sekolah dan para guru. Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian dengan informan diperoleh data, orang tua juga memiliki hak untuk menerima kabar baik atau kabar buruk terhadap anaknya yang sedang sekolah. Maka orang tua menanyakan kepada guru perilaku dan perkembangan anaknya di sekolah. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Sri “satu kampung ini ada gurunya di SMK jadi sering saya tanya karena awakan pengen tahu anak awak di sekolah, nanti awak awasi dirumah ternyata disekolah mengecewakan. Apalagi bapaknya RT jadi harus dijagalah nama baik keluarga “ kekmana bu mendidik anakku bandal tidak dia di sekolah bu, gak kok bu anak ibu bagus, sopan kata gurunya hanya anak ibu lah yang sopan dan bisa kami pantau para guru. Jadi aku bilang sama anaku dijagalah nak nama baik bapak jangan sampe ngecewakan, jangan sampe dapat surat panggilan, bapak disegani orang di kampung kita malu lah kalau anaknya keyek gitu. Begitu juga pada anak saya SD ketika menjemput anak sekolah saya tanyain guru anak ku Ibu Lili kekmana belajarnya Dede anakku, kata ibunya wah bandal Universitas Sumatera Utara 78 bu, yah hajar aja bu kalau bandal di kelas hak guru kami tidak sakit hati, tetapi menghajar masih sewajarnya jangan sampe kebacotlah kekerasan fisik, kalau dirumah itukan da hak kami membimbing anak.Jadi kami da mengenalah siapa aja guru anak-anak kami di sekolah, para guru kelas 1-6 sudah pada kenal juga lah sama saya, guru anak saya yang SMK juga kami udah saling kenal lah” Jadi berdasarkan data wawancara orang tua dan guru sama-sama saling membutuhkan informasi untuk memajukan anak dalam pendidikan. Seorang guru memerlukan orang tua untuk berbagi secara pribadi seputar anaknya yang sekolah dan orang tua secara pribadi memerlukan seorang guru yang memiliki hubungan erat belajar anaknya. Orang tua di perkebunan dan guru anaknya saling menyampaikan informasi terkait perilaku anaknya di rumah atau sekolah dengan tujuan menjadi evaluasi antara orang tua dan guru secara pribadi. Orang tua akan mengajari anaknya di rumah menjadi lebih baik lagi sehingga di dalam pendidikan anaknya mengalami perubahan pola pikir, berperilaku dan mandiri. Dalam penelitian ini buruh penderes di perkebunan menjalankan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan cara memberikan berbagai bentuk apresiasi kepada anak yang sedang mengecap pendidikan.

4.5. Nilai Pendidikan Anak di Kalangan Buruh Penderes

Dokumen yang terkait

Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

21 352 107

Keanekaragaman Ikan di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 22 46

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Desa” (Studi di Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan)

16 123 123

Konstruksi Sosial Terhadap Keberadaan Keyboard Bongkar Di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

6 134 101

PROFIL PEREMPUAN SEBAGAI BURUH HARIAN LEPAS (MENOL) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV SEI KOPAS, KECAMATAN BANDAR PASIR MANDOGE, KABUPATEN ASAHAN.

0 1 25

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 5

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 1

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 9

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 17

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 2