Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

(1)

Daftar Pustaka

Asri Wahyu, Widi Astuti.2012. Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Keluarga (Suatu Kajian Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak, Di Desa Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung. Jurnal

unnes

Adawiah.2012. “Pandangan Buruh Penyadap Karet Terhadap Pendidikan Anak

(Studi Kasus Di Desa Bungin, Kec Paringin, Kab Balang )”. Jurnal

penelitiaan Universitas Negeri Lampung

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

ClaraR.P.Ajisuksmo.2009. “Gambaran_Pendidikan_Anak Yang Membutuhkan

Perlindungan Khusus “(Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan.

Jurnallaporan penelitian

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.

Hartomo dan Arnicum.199. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan, Individu, Masyarakat Dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press

Maliki, zainuddin. 2008. Sosiologi Pendidikan . yogyakarta: Gaja Mada University Press.

Narwoko, Dwi dan Bagong Suryanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan

Terapan. Surabaya: Kencana Pranada Media Group.

Nasution, 2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Sztopka, Piotr. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Penanda Pernanda Media Group

Ritzer, george. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda . Jakarta: Rajawali Press

Saripuddin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologi Dalam Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati

Setiadi, M. Elly.2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta:

Prenada Media Group


(2)

Widiya Kristianti.2013.“ Motivasi Anak Bekerja Di Perkebunan” . Universitas Jember

Yulia Anas, SE Dan Prof. Elfindri. 2009. Dalam jurnal Penelitiannya “Strategi

Penuntasan Belajar 9 Tahun Pada Level Rumah Tangga Buruh

Website :


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah study kasusdengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan berupa data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dan apa yang diamati serta untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.

Studi kasus dimaksudkan untuk memberikan satu kasus yang menjelaskan secara mendalam tentang nilai pendidikan anak dikalangan buruh penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan.Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena analisis data yang dilakukan tidak untuk menerima atau menolak hipotesis melainkan berupa deskripsi atas gejala-gejala yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antarvariabel (Wirartha). Pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan data melainkan juga meliputi analisa dan interprestasi dari data itu. Dengan demikian penelitian ini berusaha mengurutkan,menganalisa, mengklasifikasi, memperbandingkan dan sebagainya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan. desa Aek Tarum terdapat III Afdeling dan 11 Dusun. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di daerah ini sudah berdiri lama PT Bridgestone yang merupakan perusahaan Jepang yang sangat terkenal. Adanya PT Bridgestone ini memberikan pengaruh bagi


(4)

perkembangan kehidupan masyarakat buruh yang ada di daerah ini. Disamping itu, lokasi penelitian ini merupakan daerah tempat tinggal peneliti sehingga peneliti sudah banyak mengetahui dan memahami kehidupan masyarakat perkebunan di daerah ini.

3.3 Unit Analisis Dan Informan 3.3.1. Unit Anasilisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Salah satu ciri dan karakteristik dari penelitan sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analisys”. Ada dua jumlah unit yang lazim digunakan pada penelitian sosial yaitu individu, kelompok dan sosial. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah kalangan buruh penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam melakukan penelitian. Informan peneliti adalah subjek penelitian sebagai pelaku maupun orang lainyang memahami objek penelitian (Bungin, 2007 : 76). Penentuan informan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel informasi secara sengaja berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan.Teknik purposiveSampling digunakan jika dalam pemilihan informan peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu(Idrus, 2009).Adapun yang menjadi karakteristik informan adalah:


(5)

a) Orang tua adalah mereka yang bertempat tinggal dikawasan perkebunan bekerja menjadi buruh penderes minimal 10 tahun :

a. Buruh memiliki anak dalam usia sekolah

b. Buruh yang mengalami anak putus sekolah dan yang pernah menyekolahkan anak.

c. Anak : anak buruh berusia minimal 14 tahun yang berada di desa perkebunan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan untuk dpat menjelaskan dan menjawab permasalahan yang bersangkutan didalam penelitian secara objekif. Teknik pengumpulan data yang diperolah melalui data primer dan data sekunder:

1. Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang utama harus diperoleh dari lokasi penelitian, data primer menjadi yang utama untuk menjawab permasalahan penelitian.

a) Observasi pengamatan langsung merupakan suatu data untuk mendapatkan informasidi lokasi masyarakat perkebunan, mendapatkan data sehingga mendukung jawaban penelitian tentang orang tua memaknai nilai pendidikan pada anak. Dan cara yang dilakukan orang tua untuk mendukung pendidikan anak melauli aktifitas kesehararian buruh, mengamati aktifitas anakdiluar pendidikan, alasan anak berpartisipasi dalam pekerjaan orang tuanya di perkebunan Karet PT. Bridgestone ini.


(6)

b) Wawancara mendalam : wawancara secara mendalam langsung kepada informan karyawan penderes sesuai dengan kriterian. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam untuk menggali informasi dari orang tua yang bekerja sebagai penderes. Peneliti melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara (Interview Guide) supaya wawancara terarah bahkan mendapat jawaban terbaru yang terkait dengan penelitian sehingga menjawab permasalahan penelitian di Perkebunan PT. Bridgestone Desa Aek Tarum.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dai objek penelitian. Penelitian data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen kepala desa, catatan pribadi, laporan penelitian/ jurnal, dan bahan-bahan dari situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006 : 248) dikutip dalam skripsi Novi Khairani tahun 2010 menjelaskan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang


(7)

penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Setelah itu kemudian data akan dipelajari dan ditelaah kembali menggunakan teori yang digunakan dan diinterpretasikan secara kualitatif untuk menganalisis permasalahan tersebut. Menginterpretasikan data juga dengan dukungan teori dalam kajian pustaka, kemudian data tersebut akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan megelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan sebagainya, selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara saksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik dan sampai pada akhirnya menjadikan laporan penelitian


(8)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa Perkebunan Aek Tarum

Desa Perkebunan Aek Tarum adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan. Desa Perkebunan Aek Taum memiliki sejarah yang cukup panjang. Awal terbentuknya desa ini bukan karena ditemukan pemukiman masyarakat tetapi pemerintah swasta Belanda pertama sekali datang ke Aek Tarum dan haboko untuk membuka lahan perkebunana. Desa Aek Tarum dan Haboko di temui memiliki potensi alam terhadap kesuburan tanah dalam bercocok tanam. Pada tahun 1938 pemerintahan Belanda pertama sekali datang ke desa ini bertujuan untuk membentuk suatu perkebunan yaitu kebun Teh yang di kelola oleh perusahaan Belanda PT. Lonsum. Pihak perkebunan mememerlukan sumber daya manusia dalam menggerjakan perkebunan teh, maka diambilah tenaga kerja manusia dari pulau Jawa untuk dijadikan karyawan membantu mengerjakan perkebunan terebut. Perkebunan teh diolah PT. Lonsum dengan jarak ± 46 km dari desa ini ke Kisaran.

Desa perkebunan ini dengan nama Aek Tarum memiliki arti aek bahasa batak yang artinya sungai, tarum bahasa dari Belanda. Desa ini terdapat banyak anak sungai memiliki titik temu menyebabkan banyaknya jembatan besar dan jembatan kecil. Seiring berjalannya waktu Desa perkebunan Aek Tarum teh semakin ramai penduduknya karena banyak transmigran datang ke Desa Aek Tarum untuk bekerja dan menjadi karyawan tetap perkebunan miliki PT. Lonsum. Desa perkebunan Aek Tarum PT. Lonsum memiliki luas lahan ± 4.400


(9)

Ha. Pada tahun 1970 perkebunan teh PT. Lonsum mengalami financial

loss(kerugian) sehingga pekebunanan teh dijual kepada PT. Goodyear pada tahun

1975. Setelah sah dinyatakan, tanaman Teh dibongkar lalu keseluruhan lahan digantikan dengan tanaman karet karet milik PT. GoodYear. Desa perkebunan karet PT. GoodYear membangun Pabrik Cram Rubber untuk menghasilkan bahan baku karet. Pusat perkebunan karet berada di Dolok Merangir, Naga Raja dan Dolok Ulu berada di Siantar Kabupaten Simalungun dan perkebunan karet PT. Goodyear yang berada di Aek Tarum merupakan suatu cabang perkebunan.

Pada 9 Agustus 2005 perkebunan karet dan saham saham PT. Goodyear Plantations memiliki konflik perjanjian dengan pemerintahan Indonesia sehingga dibeli bala tentara Jepang PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate (BSRE) sampai sekarang inilah Desa Aek Tarum perkebunan karet milik perusahaan PT. Bridgestone.

4. 1.2. Keadaan Geografis Desa Perkebunan

Desa Perkebunan Aek Tarum Kecamatan Bandar Pulau terdiri dari III Afdelingdan 11 Dusun. Afdeling I Aek Tarum terdapat 5 dusun yaitu dusun I terdiri dari 142 KK ( 433 jiwa), dusun II terdiri dari 135 KK ( 349 jiwa), dusun III terdiri dari 131 KK ( 498 jiwa), dusun IV 85 KK ( 331 jiwa), dusun V 62 KK (247 jiwa). Afdeling II Haboko terdapat 4 dusun yaitu dusun VI 84 KK (376 jiwa), dusun VII 70 KK (218 jiwa), dusun VIII 86 KK (309 jiwa), dusun IX 35 KK (160 jiwa). Afdeling III Rambong Merah terdiri dari dusun X 93 KK (300 jiwa), dusun XI 92 KK (365 jiwa).


(10)

Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone Kecamatan Bandar Pulau kondisi wilayah dataran dan perbukitan dengan ketinggian sekitar 60 meter sampai dengan 90 meter dari permukaan laut. Desa perkebunan ini jauh dari pusat kota sehingga memerlukan jarak tempuh ± 46 Km dari desa ke kota Kisaran. Perkebunan ini berada di tengah-tengah wilayah pemukiman warga desa yang bukan perkebunan milik perusahan. Desa perkebunan memilki batas Wilayah berikut ini :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aek Nagali Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Buntu Maraja Kecamatan Bandar Pulau.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutarao Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Gonting Malaha Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan.

4.1.3. Sarana dan Prasarana di Desa Perkebunan Aek Tarum a. Sarana Pendidikan

Dalam kehidupan dunia pendidikan sangatlah penting karena pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan seluruh bangsa tanpa memandang status sosial masyarakat termasuk di daerah perdesaan. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Perkebunan Aek Tarum Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang berstatus negeri dan swasta seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.


(11)

Tabel 4.1

Sarana Pendidikan Desa Perkebunan Aek Tarum

Sumber: RPJM Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa di kawasan perkebunan sudah tersedia pendidikan dari mulai tingkat TK sampai tingkat SMA untuk mendukung pendidikan anak perkebunan. Keberadaan perusahaan perkebunan PT. Bridgestone memberikan dampak positif serta pihak perkebunan antusias terhadap pendidikan terbukti dari kontribusi lahan perkebunan untuk di bangun sekolah yang terdapat disetiap III afdeling minimal tingkat TK sampai tingkat SD. Sarana Pendidikan yang ada dikawasan perkebunan secara keseluruhan berjumlah 8 gedung sekolah. Sekolah Negeri sebanyak 5 dengan rincian Sekolah SD terdapat 3 unit, SMA 1 unit, SLTP 1 unit dan sekolah swasta tingkat TK terdapat 3 unit.

Berdasarkan jumlah diatas sarana pendidikan yang terdapat di kawasan perkebunan cukup memadai mendukung kesejahteraan pendidikan anak dengan membandingkan kondisi geografis kawasan perkebunan. Walaupun pihak perkebunan hanya memberi kontribusi lahan diizinkan dinas pendidikan membangun sekolah di kawasan perkebunan, namun masyarakat tetap mensyukuri dan menilai semakin baik sumbangsih pihak perkebunan PT. Bridgestone. Terkhusus para buruh menyadari pihak perkebunan rela memberikan lahan untuk membangun sekolah yang seharusnya mengahasilkan

No Saranan Pendidikan Negeri Swasta Lokasi (Afdeling) Jumlah

1 TK - 3 Af 1, Af II, Af III 3

2. SD 4 - Af 1, Af II, Af III 4

3. SMP 1 - Af 1 1

4. SMA 1 - Af 1 1


(12)

uang dengan di tanami karet, tetapi terlebih mementingkan lahan untuk sarana sekolah.

b. Sarana Peribadahan

Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone juga menyediakan sarana peribadatan untuk mempermudah seluruh masyarakat beragama dapat beribadah sesuai dengan nilai kepercayaan yang dianut setiap individu. Jumlah sarana peribadahan yang diberikan pihak perkebunan sesuai dengan kuantitas masyarakat yang menganut agamanya masing-masing. Dalam tabel berikut ini ada beberapa rumah ibadah di setiap afdeling.

Tabel 4.2

Sarana Peribadatan di Desa Perkebunan Aek Tarum Sumber: data dari kantor Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Berdasarkan tabel 4.2 diatas sarana peribadahan yang terdapat di desa ini berjumlah 13 unit dengan berbagai jenis rumah peribadahan. 13 unit diantaranya 10 masjid terdapat setiap dusun 1 sampai XI. Banyaknya bangunan masjid disetiap afdeling di perkebunan karena masyarakat perkebunan PT. Bridgestone mayoritas beragama Islam berjumlah 2.980 jiwa sehingga membutuhkan masjid di setiap dusun. Bangunan gereja terdapat 1 unit lokasinya terletak di afdeling 1 yaitu gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Gereja HKBP ini untuk

No Jenis Sarana Prasarana Lokasi (afdeling) Jumlah

1

Masjid

Af I (4 gedung) Af II (4 gedung) Af III ( 2 gedung)

10

2. Gedung MI Af II (1 gedung) 1

3. Gereja Af 1 (1 gedung) 1

4. Gedung TPQ Af I (1gedung) 1


(13)

keseluruhan masyarakat perkebunan yang beragama kristen karena masyarakatnya tergolong minoritas namun, mayotitas masyarakatnya menganut aliran HKBP berjumlah 630 jiwa sehingga dapat di perkirakan bangunan gereja sesuai dengan kuantitas masyarakat.

c. Sarana Kesehatan

Tabel 4.3

Sarana Kesehatan di Desa Perkebunan Aek Tarum

No Sarana Kesehatan Lokasi Jumlah

1 Poliklinik Af 1 1

2 Apotik Af 1 2

3. Posyandu Af 1, II, III 10

Jumlah 13

Data dari kantor Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat sarana kesehatan yang berada di Desa Perkebunan Aek Tarum terdapat13 unit seperti poliklinik 1 unit lokasinya berada di afdeling 1, apotik 2 unit lokasi berada di afdeling II dan posyandu 10 unit di setiap afedeling terdapat posyandu. Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Perkebunan Aek Tarum untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat perkebunan yang di beri pihak perkebunan secara gratis dan menjadi hak milik para masyarakat perkebunan untuk memperoleh kesehatan. Pelayanan kesehatan yang di berikan perkebunan kepada masyarakat yang memiliki hubungan kerja dengan pihak perkebunan. Ketika para karyawan mengalami sakit dengan mudah menempuh jarak yang dekat berkunjung ke poliklinik memperoleh kesehatan supaya para karyawan dapat kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa bekerja di perkebunan sesuai dengan status pekerjaannya.

Sarana kesehatan rumah sakit perkebunan PT. Bridgestone berada di pusat perkebunan di Dolok Merangir Pematang Siantar, jika karyawan di desa aek


(14)

tarum belum mengalami pemulihan kesehatan dalam waktu berhari-hari maka pasien akan di rujuk kerumah sakit pusat yang berada di pusat perkebunan rumah sakit Dolok Merangir, Pita Insani di Pematang Siantar.

c. Sarana Olahraga

Pihak perkebunan karet PT. Bridgestone menanamkan kesehatan kepada seluruh karyawan di perkebunan supaya didalam tubuh yang sehat terdapatt jiwa yang kuat sehingga mengantisipasi kehadiran penyakit melalui sarana olahraga yang di sediakan pihak perkebunan.

Tabel 4.4

Sarana Olahraga di Desa Perkebunan Aek Tarum

No Jenis Olahraga Lokasi ( Afdeling) Jumlah

1 Lapangan Bola Volly Af I ( 2 ) Af II (1 ) Af III (1 )

4 2. Lapangan Bola Kaki Af I ( 1)

Af II (1 ) Af III (1 )

3 3. Lapangan Bulu Tangkis Af I ( 1)

Af II (1 )

2

4. Lapangan Tenis Meja Af ( 1 ) Af I ( 1)

Total 10

Sumber:Data dari kantor Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Berdasarkan tabel 4.4 di atas sarana olahraga yang disediakan pihak perkebunan ada 4 unit lapangan bola volly di setiap afdeling, supaya orang tua perempuan atau laki-laki dan remaja di perkebunan dapat olahraga dan melatih diri untuk bertanding bermain bola volly antar afdeling. Lapangan bola kaki juga ada di setiap afdeling, sehingga para orang tua yang laki-laki yang memiliki kemampuan dalam bertanding bermain bola kaki dapat melatih diri melalui sarana yang di sediakan oleh pihak perkebunan. Sarana olahraga bulu tangkis ada 2


(15)

terdapat di afdeling 1 dan olahraga tenis meja, sarana olahraga ini biasa di mainkan para staf seperti manager, assisten, terdapat di afdeling 1.

Masyarakat perkebunan mendukung adanya sarana olahraga yang disediakan oleh pihak perkebunan karena melalui olahraga melatih mental dan fisik yang kuat supaya memiliki keberanian dalam pertandingan. Para orang tua yang berada di perkebunan menyarankan kepada anak-anaknya mengikuti olahraga dan berlatih bersama-sama bagi anak yang memiliki sedikit talenta dalam olahraga. Anak perkebunan yang ikut bermain bola memiliki dampak positif terhadap nilai olahraganya disekolah sebab kemampuannya berolahraga dapat ditingkatkan diluar sekolah yaitu dengan menggunakan sarana yang telah di sediakan pihak perkebunan.

4. 1.4 Gambaran Penduduk di Desa Perkebunan Aek Tarum

4.1.4.1.Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Perkebunan AekTarum

Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone adalah 3.610 Jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 1.807 jiwa dan perempuan berjumlah 1.803 jiwa. Berdasarkan data dari Desa Perkebunan Aek Tarum pada tahun 2011-2015 afdeling I, II, dan III tercatat 1.015 KK. Tabel dibawah ini memperlihatkan dengan rinci jumlah populasi penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Desa Perkebunan Aek Tarum

No Jenis kelamin Usia Jumlah Persentasi

1.

Laki-laki

0-15 495 13,72

16-55 1.264 35,01


(16)

2

Perempuan

0-15 483 13,37

16-55 1.271 35,22

>55 49 1,35

Jumlah 3.610 jiwa 100%

Sumber: Data dari kantor Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat jumlah penduduk yang berada di desa ini berjumlah 3.610 jiwa, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berusia 0-15 tahun berjumlah 495 orang, penduduk yang berusia 16-55 tahun berjumlah 1.264, penduduk yang berusia diatas 55 tahun berjumlah 49 orang total keseluruhan 1.807 orang (50,06%). Penduduk yang berjenis kelamin perempuan berusia 0-15 tahun berjumlah 483 orang, penduduk perempuan yang berusia 16-55 tahun berjumlah 1.271 orang dan penduduk yang berusia diatas 55 tahun berjumlah 49 orang, maka jumlah keseluruhan 1.803 orang (49,94 %). Masyarakat yang berada di Desa Perkebunan Aek Tarum penduduknya dominan berjenis kelamin laki-laki 50,06% di bandingkan perempuan.

4.1.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Ditinjau dari agama yang dianut oleh penduduk yang berada di Desa Perkebunan Aek Tarum terdapat dua kelompok penganutnya yaitu penganut Agama Islam dan Kristen Protestan. Dan masyarakat di desa ini mayoritas beragama islam dan minoritas kristen. Untuk lebih terperinci data dapat dilihat pada tabel 6.6:

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk berdasarkan Agama di Desa Perkebunan Aek Tarum

No Agama Jumlah Penganut Persentase

1. Islam 2.980 82, 54

2. Kristen Protestan 630 17,46


(17)

4. Hindu -

5. Budha

-Jumlah 3.610 Jiwa 100%

Sumber: Data dari kantor Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Berdasarkan tabel 6.6 di atas dapat dilihat bahwa masyaraka yang berada di desa perkebunan karet PT. Bridgestone mayoritas beragama islam masyarakatnya dengan jumlah 2.980 jiwa dengan presentase 82, 54% dan masyarakat perkebunan yang memeluk agama kristen merupakan masyarakat minoritas dengan jumlah 630 Jiwa dengan presentase 17,46%. Walaupun di desa perkebunan terdapat masyarakat mayoritas dan minoritas akan tetapi hubungan interaksi antara agama masih berjalan dengan baik dan sikap saling menghargai masih ditanamkan.

4.1.4.3Penduduk Berdasarkan Etnis Tabel 4.7

Komposisi Penduduk berdasarkan Etnis Desa Perkebunan Aek Tarum

No Jeni Etnis Jumlah Persentase

1 Jawa 2000 55,40

2 Batak Toba 1000 27,70

3. Batak Simalungun 350 9,69

4. Melayu 100 2,77

5. Minang 100 2,77

6 Nias 60 1,66

Jumlah 3. 610 orang 100

Sumber: Data dari kantor Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Berdasarkan tabel 4.7 di atas Desa Perkebunan Aek Tarum masyarakatnya berawal dari seorang perantauan dari berbagi etnis dan berbagai daerah mencari pekerjaan menjadi karyawan di perkebunan untuk mempertahankan hidup. Masyarakat dari berbagai suku ini menjadi satu lingkungan tempat tinggal dan hidup berdampingan di kawasan perkebunan untuk mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan tujuan awal masyarakat karyawan. Masyarakat ini bersifat heterogen terdapat berbagai etnis diantaranya etnis Jawa berjumlah 2000 orang


(18)

dengan presentase 55,40%, etnis Batak Toba 1.000 orang dengan presentase 27,70%, etnis Batak Simalungun 350 orang dengan presentase 9,69%, Melayu 100 orang presentase 2,77%, Mandailing 100 orang presentase 2,77% dan etnis Nias 60 orang dengan presentase (1,66%). Maka dapat di lihat masyarakat yang bekerja di perkebunan karet ini adalah masyarakat mayoritas etnis Jawa, karena awal terbentuknya perkebunan ini pemerintahan Belanda mengambil pekerjanya dari pulau Jawa.

4.1.4.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk yang berada di kawasan Desa Perkebunan Aek Tarum mata pencaharian utamanya adalah bekerja sebagai karyawan sesuai dengan status pekerjaan seseorang di perkebunan. Penduduk yang bekerja di perkebunan menjadi pekerja tetap berjumlah 1.015 orang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga masyarakat di perkebunan memiliki berbagai sumber pengahasilan lain atau yang sering di sebut pekerjaan sampingan dengan cara bekerja setelah selesai pekerjaan di perkebunan. Tabel di bawah ini memperlihatkan dengan rinci.

Tabel 4.8

Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Penjahit 12 2,71

2. Perangkat Desa 4 0,90

3. Pedagang 200 45,24

4. Tukang Kayu 3 0,67

5. Tukang Batu 2 0,45

6. PNS 45 10,18

7. TNI 3 0,67

8. Pensiunan 20 4,52

9. Pengerajin 3 0,67

10. Petani 150 33,94

Jumlah 442 Orang 100%


(19)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas penduduk ini selain bekerja di perkebunan juga memiliki pekerjaan lain atau biasa di sebut pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan ini dikerjakan dengan sendiri atau isterinya juga ikut mengerjakan. Pekerjaan sampingan masyarakat perkebunan dominan bekerja di kebun kelapa sawit atau karet milik pribadi, berdagang ikan, sayuran dan lainnya. Penduduk desa ini mata pencaharian sampingan yang paling dominan sebagai Pedagang sekitar 200 orang (45,24%), bekerja sebagai petani 150 orang sekitar (33, 94%) mengerjakan lahan perkebunan sawit atau karet milik pribadi dan pekerjaan ini biasanya dikerjakan setelah pulang dari dinas kerja. Ada yang bekerja sebagi penjahit laki-laki dan perempuan 12 orang (2,71%), penduduk yang bekerja sebagai PNS berjumlah 45 orang (10,18%), penduduk yang bekerja sebagai Perangkat Desa berjumlah 4 orang (0,90%), penduduk yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai Tukang Kayu berjumlah 3 orang (0,67%), Tukang Batu 2 orang (0,45%), penduduk yang pensiunan berjumlah 20 orang (4,52%), Pengerajin berjumlah 3 orang (0,67%). Penduduk yang melakukan pekerjaan sampingan di perkebunan berjumlah 422 orang. Penduduk mengerjakan pekerjaan sampingan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi keluarga terkhusus mendukung biaya pendidikan anak melalui usaha yang dikerjakan orang tua, supaya pendidikan anak tidak terkendala oleh faktor ekonomi.

4.1.4.5 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan hak milik semuah manusia. Pendidikan suatu wadah untuk mencerdaskan manusia dengan berbagai cara. Individu yang menginginkan terjadi perubahan baik didalam dirinya disarankan untuk mengecap pendidian


(20)

melalui berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan Formal, pendidikan Informal dan pendidikan Non Formal sesuai dengan pengetahuan yang dibutuhkan individu. Pendidikan yang diraih individu dapat menentukan status kehidupan sosial masyarakat.

Pendidikan masyarakat di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone memiliki jenjang pendidikan baik dari jenjang Taman Kanak sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Tabel berikut ini akan memperlihatkan secara rinci populasi penduduk berdasarkan pendidikan.

Tabel 4.9

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Perkebunan Aek Tarum

No Tingkat Pendidikan Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( %)

1. Belum Sekolah 450 11,08

2. Taman Kanak-Kanak 300 8,31

3. Sekolah Dasar 1.030 28,53

4. Sekolah Menengah Pertama 735 20,36

5. Sekolah Menengah Atas 700 19,40

6. Diploma 50 1,38

7. Sarjana 95 2,63

8. Tidak Tamat Sekolah 300 8,31

Jumlah 3.610 Jiwa 100

Sumber: Data dari kantor Desa Perkebunan Aek Tarum 2011

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat penduduk Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone mengecap pendidikan formal dengan berbagai jenjang pendidikan. Penduduk yang tingkat pendidikannya Sekolah Dasar (SD) berjumlah 1.030 orang (28,53%), penduduk yang tingkat pendidikan Sekolah Menenengah Pertama ( SMP ) berjumlah 735 orang (20,36%), penduduk pendididikannya tingkat SMA 700 orang (19,40%), TK 300 orang (8,31%), penduduk pendididikannya tingkat Sarjana 95 orang (2,63%), penduduk yang tingkat pendidikannya Diploma 50 orang (1,38%), penduduk yang tidak melanjutkan


(21)

sekolah berjumlah 300 orang (8,31%) dan terdapat anak masyarakat yang belum sekolah berjumlah 400 orang (11,08%).

Masyarakat di desa ini di lihat dari presentasenya mengecap pendidikan dominan tingkat SD, SMP, dan SMA. Hal ini di dukung oleh terdapat sarana pendidikan formal berbagai jenjang berada di kawasan perkebunan sehingga jarak tempuh dari rumah sekolah dekat.

4.2. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Bridgestone Sumatera Ruber Etate yang berada di sumatera utara adalah suau perusahaan yang bergerak dibidang usaha perkebunan dan pengolahan karet. Perusahaan ini didirikan karena semakin meningkatnya kebutuhan akan karet sehingga perusahaan ini sangat memepertahankan penanaman karet. Pemilihan lokasi didasarkan keadaan tanah yang memiliki potensi terhadap keserasian tumbuh tanaman karet yang baik.

1. Nama Perusahaan : PT. Bridgestone Sumatera Utara Ruber Estate 2. Bidang Usaha : Perkebunan Karet Dan Karet Remah

3. Pimpinan Perusahaan : Guillermo Lazaro Igot

4. Status Perusahaan : Penanaman Modal Asing (PMA)

5. Alamat Kantor Pusat : Dolok Merangir, Serbelawan 2115, Sumatera 6. Pemilikan Saham Perseroan : - Bridgestone Corp. Japan 95%

- PT. Agro 5%

7. Luas Areal HGU : 18.000,03 Hektar 8. Lokasi dan luas perkebunan :


(22)

b. Divisi II Dolok Merangir : 4.590,81 Hektar

c. Divisi III Dolok Ulu : 3.157, 20 Hektar

d. Divisi IV Dolok Ulu : 2.770,20 Hektar

e. Divisi V Aek Tarum : 4.129,75 Hektar

10. Jumlah Pabrik : 5 unit (DM, DX, FM, NBI, dan NB2)

4.2.1Ketenagakerjaan

4.2.1.1 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Pekerja

Pihak perusahaan menyusun program penerimaan tenaga kerja, seleksi dan penempatan dengan cara melakukan perekrutan pelamar kerja yang diharapkan dapat memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan baik dari segi kualitas dan kuantitas. Perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam mengelola perkebunan karet. Tempat kerja lokal adalah tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan skill masing-masing tenaga kerja, seperti Mandor, Analist, Asistant Dan Karyawan ( baik lapangan maupun kantor).

Jumlah seluruh pekerja di PT. Bridgestone Sumatera Ruber Estate adalah : a. Tenaga kerja asing : 6 orang

b. Staf : 96 orang

c. Karyawanan bulanan : 1.353 orang d. Karyawan Harian :

Jumlah : 5.457 orang 4.002 orang

4.2.1.2. Jam Kerja

Pihak perusahaan perkebunan PT. Bridgestone Sumatera Ruber Estate telah menentukan waktu kerja kepada karyawan diatur menurut shiftadalah 40 jam 1 minggu dan hari kerja 1 minggu adalah 6 hari kecuali hari libur dan hari besar .


(23)

Jadwal kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Non shift, ini berlaku untuk karyawan umum dan bagian adminstrasi

memiliki jam kerja Senin-Jumat , pukul 0.7.00-15.30 (istirahat pukul 12.00-13.00) dan Sabtu pukul 07.00-12.00

2. Shift, ini berlaku untuk bagian produksi dibagi dalam 3 shift, yaitu : o Shif I : Pukul 07.00-15.00

o Shift II : Pukul 15.00-23.00 o Shift III : Pukul 23.00-07.00

Apabila keadaan mendesak dan memerlukan jam kerja yang melebihi jam kerja normal maka perusahaan akan memperhitungkan sebagai jam kerja lembur.

4.2.1.3 Pengupahan

Hak pekerja/ karyawan yang diberikan perusahaan setiap bulannya adalah : a. Gaji pokok :

- Tingkat upah pekerja terendah Rp 500.000;- - Tingkat upah pekerja tertinggi Rp 3.122.175;-

b. Jenis tambahan/tunjangan gaji :

- Lembur - Premi - Fooding

- Bonus - THR

4.2.1.4 Fasilitas Karyawan

Karyawan yang bekerja di perkebunanini sebagai buruh memiliki hak asasi manusia yang layak untuk mendapatkan kesejahteraan individu, keluarga dan


(24)

kelompok, perusahaan menyediakan fasilitas kepada seluruh karyawan sebagai berikut :

a. Tunjangan Ban Sepeda Motor diberikan untuk status pekerjaannya lebih tinggi seperti Mandor I,II sampat status staf

b. Tunjang Sepeda Motor diberikan kepada seluruh pekerja tetap dari pekerjaan terendah sampai pekerjaan jenjang atas.

c.Tunjangan kesehatan dan catu beras 2 kali I bulan

d.Pekerja diberikan Perumahan seseuai dengan status pekerjaan e.Air dan listrik disediakan perusahaan untuk para pekerja

a. Sarana Transportasi diberikan perusahaan untuk memeringankan pekerjaan karyawan bahkan dapat juga gunakan para karyawan sesuai dengan keperluan memudahkan pekerjaan. Transportasi membawa karyawan yang mengalami sakit parah untuk dirujuk kerumah sakit pusat milik perusahaan. Rumah Ibadah disediakan perusahaan untuk semua karyawan

b. Rumah Sakit dan poliklinik disediakan untuk para karyawan, isteri dan anak karyawan selama bekerja di perkebunan milik perusahaan

c. Sarana Olahraga di berikan kepada seluruh masyarakat perkebunan untuk menggunakannya.

d. Unit Kas Bank Perusahaan, Unit Kas Bank Syariah Mandiri, Koperasi disediakan perusahaan untuk para pekerja/karyawan yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak maka perusahaan ini akan memberikan pinjaman uang dengan cara memotong gaji perbulan supaya para karyawan memiliki keringan.


(25)

4.2.1.5 Fasilitas Anak Karyawan

Pihak perusahaan tidak hanya memberikan berbagai hak dan memfasilitasi karyawan saja, tetapi anak karyawan juga diberikan berbagai fasilitas yang mendukung perkembangan anak. Namun fasilitas yang diberikan anak karyawan memiliki berbagai syarat yaitu dimulai dari anak karyawan yang berada dalam kandungan, ketikan anak karyawan masa sekolah dan berada dalam proses meraih pendidikan sampai kejenjang paling tinggi. Berikut ini berbagai fasilitas dari pihak perusahaan untuk anak pekerja diperkbunan :

a. Fasilitas Kesehatan : anak karyawan yang mengalami sakit akan diberikan hak fasilitas rumah sakit untuk pemulihan penyakit anak karyawan secara. Fasilitas yang ditanggung oleh pihak perkebunan diberikan secara gratis. b. Fasilitas Pangan : anak karyawan yang sedang mengecap pendidikan akan

diberikan catu beras 2 kali 1 bulan

c. Fasilitas Transportasi : anak karyawan diberikan kemudahan untuk melangkah cepat sampai ketujuan sekolah dengan mengendari tarnsportasi yang telah di sediakan pihak perusahaan untuk mengantarkan dan menjemput anak karyawan yang sekolah.

d. Fasilitas Dana : pihak perusahaan telah menyediakan dana dalam bentuk beasiswa kepada anak pekerja/karyawan yang memiliki prestasi dalam mengecap pendidikan. Anak yang jenjang pendidikannya Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang SMA memiliki prestasi atau pringakat sekolah, maka akan diberikan beasiswa dengan cara anak tersebut memberikan bukti hasil raport yang menunjukan siswa berprestasi kepada pihak perusahaan. Anak karyawan yang berada di tingkat Perguruan Tinggi juga memiliki hak


(26)

untuk menerima beasiswa dari perusahaan dengan syarat memiliki prestasi dengan kriteria minimal IP. 2,75, namun perusahaan juga akan melakukan seleksi IP terbaik. Beasiswa yang diberikan pihak perkebunan berlaku hanya 2 semester.

Anak karyawan selama mengecap pendidikan diwajibkan meminta surat keterangan sekolah dari pihak sekolah dan diberikan kepada pihak perusahaan. Kepada anak karyawan yang tidak mengecap pendidikan dan tidak memiliki surat keterarangan sekolah maka, anak tersebut tidak menerima berbagai fasilitas yang ditanggung oleh pihak perusahaan.

4.3.1 Profil Informan

I. Informan Pertama (Afdelling I Dusun V Pondok Narunggit)

Nama : Supangat Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 49 tahun

Agama : Islam

Etnis : Jawa

Pendidikan Terakhir : Alia/ SMU Pekerjaan : Buruh Penderes

Bapak Supangat merupakan informan pertama sekali peneliti temui di lokasi penelitian. Peneliti melihat bapak Supangat sedang menulis data masyarakat dusun V, beliau mendapat tugas dari Kantor Kepala desa karena beliau Kepala Dusun V Pondok Narunggit Afdeling I. Beliau dapat mengerjakan tugas dari kantor kepala desa setelah beliau selesai bekerja menderes di


(27)

perkebunan pada pukul 15.00 WIB. Bapak Supangat sudah 24 tahun bekerja di perkebunan ini, mulai jam kerja pada pukul 06.30 WIB-15.00 WIB.Beliau mengatakan bekerja di perkebunan merupakan pekerjaan utama dan penghasilan utama, pendapatan beliau 1 bulan gaji pokok RP.1.950.000;-gaji akan bertambah kalau ada lembur dan primi, maka kalau di jumlahkan akan mencapai ± RP.2.500.000;-. Beliau sudah berkeluarga dan memiliki istri bernama Ibu Ani sebagai ibu rumah tangga, mereka memiliki 4 orang anak dengan berbagai jenjang pendidikan.

Anak yang pertama pendidikannya terakhir sampai MT,s/ SLTP dan sudah menikah sekarang memiliki 2 orang anak, kedua jenjang pendidikannya hanya sampai MT,s/ SLTP dan sudah menikah memiliki 1 orang anak, sewaktu masih sekolah jarak dari rumah ke sekolah anak beliau 7 Km menggunakan transportasi yang disediakan pihak perusahaan perkebunan Anak yang ketiga sudah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMK Tridikayasa Asahan jurusan otomotif di Aek Songsongan Bandar Pulau dengan jarak rumah ke sekolah 44 Km. menempuh jarak dengan menggunakan sepeda motor milik pribadi dan terkadang menginap dirumah saudara (pak lek), dan anak yang ke empat kelas 4 SD jarak dari rumah ke sekolah anak sekitar 2,5 Km. anak beliau kesekolah dengan mengendarai transportasi dari pihak perkebunan terkadang menggunakan sepeda motor milik pribadi abangnya yang sudah menyelesaikan SMK. Tanggungan beliau 1 orang anak yaitu anak yang duduk di Sekolah Dasar (SD).

Bapak supangat mengatakan pendidikan sangat penting dan beliau mendukung suatu pendidikan. Beliau menerapkan pentingnya pendidikan kepada anak dengan cara mengajari anak untuk banyak membaca dan rajin belajar.


(28)

Memperhatikan dan menemani anaknya dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Beliau mendengarkan kesulitan anak sekolah dan memberikan solusi. Beliau sekeluarga merupakan salah satu keluarga yang taat beragama maka itu beliau dan isterinya menanamkan dan mengajarkan nilai agama kepada anaknya karena agama menurut beliau dapat membawa keluarga pada kehidupan yang lebih baik. Beliau sering memberikan hadiah berbentuk baju, dan sepatu kepada anaknya yang masih sekolah supaya menambah semangat belajar. Supaya termotivasi dengan adanya hadiah merasa dihargai kerja keras anak dalam belajar.

2.Informan Kedua(Afdelling I Dusun V Pondok Narunggit)

Nama : Misdi

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 5I

Agama : Islam

Etnis : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaaan : Buruh Penderes

Bapak Misdi menjadi buruh penderes sudah 26 tahun sampai sekarang dengan pengahasilan perbulan di perkirakan RP 2.500.000;-. Selama beliau bekerja di perkebunan ini beliau sering dimutasikan pekerjaan dari perkebunan Aek Tarum ini ke perkebunan pusat yang berada di Dolok Merangir Pematang Siantar dan sekarang dimutasikan bekerja di Aek Tarum cabang perkebunan ini sudah 2 tahun. Beliau memiliki istri bernama ibu Lina sebagai ibu rumah tangga dan memiliki anak 4 orang masing-masing memiliki berbagai tingkat pendidikan.


(29)

Anak yang pertama laki-laki dengan pendidikan terakhirnya hanya sampai tingkat SLTP sekarang sudah menikah dan memiliki anak. Anak beliau yang pertama bekerja di perkebunan dengan status pekerjaan dalam tahap BHL (Buruh Harian Lepas ) perusahaan milik swasta. Anak yang kedua perempuan pendidikan terakhirnya tingkat SLTP sekarang sudah menikah, anak beliau yang ketiga hanya sampai kelas 2 SLTP mengalami putus sekolah dan anak beliau sekarang bekerja sebagai anggota berdaganga seorang buruh penderes setempat, usaha seperti berjualan ikan laut dan sayur-sayuran ke daerah perkebunan, anak yang ke empat masih berusia 4,5 tahun dan akan memasuki sekolah TK. Tanggungan anak beliau hanyasatu yaitu anak yang ke 4.

Beliau mengatakan anak beliau yang ke 2 memiliki prestasi yang sangat baik sewaktu sekolah dari mulai tingkat SD sampai tingkat SMP selalu mendapat pringkat terbaik seperti juara I atau 2. Menurut beliau pendidikan penting , tetapi dalam keluarga beliau kondisi pendidikan sangat kurang harus bersifat memaksa dalam hal menyuruh anaknya untuk sekolah. Beliau mengatakan memiliki keterbatasan ekonomi dalam menyekolahkan anak.

3. Informan Ke Tiga ( Afdeling I Dusun IV Pondok Pule-Pule)

Nama : Maruli Lumban Gaol

Umur : 42 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Pendidikan Terakhir : SMP


(30)

Bapak Maruli biasa di panggil Marbun buruh penderes sudah I7 tahun bekerja di perkebunan. Beliau mengatakan tentang pendapatannya dalam I bulan kalau bekerjanya penuh 30 hari di perkirakan RP 3.000.000;- dari mulai pukul 06.30-I5.00 WIB. Bapak maruli sebagai kepala keluarga dan istrinya bernama R. Br Ringo-ringo mereka memiliki 5 anak dengan berbagai jenjang pendidikan. Isteri beliau sebagai ibu rumah tangga juga bekerja di perkebunan mengutip lom sisahan karet, bekerja dengan status BHL dengan pendapatan I bulan sekitar Rp 700.000;-. Beliau mengatakan dengan tujuan untuk membantu perekonomian keluarga terkhusus biaya pendidikan anak.

Jenjang pendidikan anak beliau yang pertama kos di Medan sedang mengecap pendidikan di Nomensen Medan semester 5 jurusan Matematika. Anak beliau yang barada di Perguruan Tinggi memiliki IP (Indeks Prestasi) baik sehingga mendapat bantuan dari kampus melalui pengurangan biaya SPP 30%. Anak yang kedua di tahun ini sudah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA ingin melanjutkan tingkat pendidikan ke Perguruan Tingggi Teologia (STT) dan sudah mengikuti test seleksi namun belum beruntung tidak lulus seleksi masuk ke STT di Pematang Siantar dan beliau mengatakan mengikuti test seleksi menggunakan biaya sekitar RP 7.000.000;- namun karena tidak lulus seleksi maka sekarang anak beliau memilih bekerja dalam I tahun lalu tahun depan anak beliau kembali lagi akan mengikuti test seleksi di STT pematang siantar. Anak yang ketiga kelas 2 SMA, ke empat kelas 2 SMP dan yang kelima kelas 6 SD

Bapak Marbun memandang pendidikan sangat bagus dan penting sekali dalam keluarganya terkhusus untuk anak-anaknya. Beliau mengatakan apapun akan beliau usahakan kerjakan supaya dapat menambah perekonomian keluarga


(31)

upaya anak beliau dapat mengecap pendidikan yang tinggi sesuai cita-cita yang ingin dicapai anak. Bapak Maruli dan isterinya bekerja sama dalam mengontrol anak sekolah. Ketika beliau pergi bekerja beliau menyerahkan kepada isterinya supaya memperhatian anak sekolah sebelum berangkat sekolah memperhatikan sarapan, berpakaian ke sekolah haruslah rapi, bersih, memperhatikan perlengkapan sekolah dan keperluan anak sekolah serta keberangkatan anak sekolah sampai pulang sekolah. Beliau menentukan jam belajar dan jam bermain anak-anak dan beliau selalu mengiming-imingkan hadiah akan diberikan kepada anaknya yang memiliki prestasi di sekolah.

4. Informan Ke Empat (Afdeling II Dusun VI Pondok Haboko )

Nama : Wiyono

Usia : 45 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : SD

Pekerjan : Buruh Penderes

Bapak Wiyono buruh penderes tetap bekerja di perkebunan sudah 25 tahun beliau mengatakan dari mulai masa remajanya pada tahun I990 sudah diterima bekerja di perkebunan ini. Beliau memiliki isteri bernama ibu Lia dan memiliki 4 anak masing-masing memiliki jenjang pendidikan. Anak yang pertama perempuan pendidikan terakhir hanya sampai tingkat SMP dan sekarang anak beliau sudah menikah dan memiliki anak 1 berusia 2 tahun, anak beliau yang kedua laki-laki sudah tamat SMA yang berada di Aek Tarum, untuk saat ini tidak melanjutkan


(32)

pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi , tetapi tahun depan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang kulia jurusan pertanian. Menunggu tahun depan anak beliau saat ini bekerja status BHL bekerja meracun rumput di perkebunan. Anak beliau yang ketiga perempuan sudah menyelesaikan pendidikan tingkat SMP dan tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMA, dan sekarang hanya dirumah saja. Anak beliau yang ke empat sekarang kelas 1 SMA di Aek Tarum. Anak beliau yang ke 4 ini selama sekolah memiliki prestasi yang baik .

Anak beliau yang ke 2 dan 4 memiliki cita-cita dan ingin mencapai pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi, ada yang menginginkan bekerja di bidang pertanian, ada yang menginginkan seorang Polwan (polisi wanita). Bapak Wiyono sangat mendukung setiap cita-cita anaknya bahkan terlihat sangat senang terhadap cita-cita yang di inginkan anak-anaknya terlihat ketika diwawancara peneliti beliau selalu menceritakan prestasi anaknya yang ke 4 membuat bangga. Bentuk apresiasi beliau berikan kepada anak yang memiliki prestasi dengan memfasilitasi pendidikan anak memberikan sepeda motor untuk kendaraan ke sekolah dan membelikan labtop supaya anak semakin memahami pelajaran komputer di sekolah semakin meningkatkan prestas. Beliau selalu memperhatikan yang menjadi keluhan-keluhan anaknya ketika masa sekolah dan memberikan solusi kepada anaknya supaya tidak mengalami kendala ketika mencapai pendidikan.

5. Informan Ke 5 ( Afdeling 1 Dusun II Pondok Aek Tarum )

Nama : Mujiono


(33)

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : MTs/SMP Pekerjan : Buruh Penderes

Bapa Mujiono sudah lama bekerja di perkebunan karet PT. Bridgestone ini sejak tahun 1989 sampai sekarang ini sekitar 26 tahun bekerja sebagai buruh penderes dengan penghasilan pokok perbulan sekitar Rp 1.980.000;- disertai dengan lembur, primi, dan kontanan maka di perhitungkan sebulan pendapatan sekitar Rp 2.700.000;. Bapak Mujiono seorang yang patuh dan taat beragama terlihat dari cara berpakaian, dan pola hidupnya teratur sehingga beliau terpanggil untuk memiliki peran sebagai pembantu Bilal di Masjid. Beliau memiliki isteri bernama Ibu Rini memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan bekerja menjadi BHL di perkebunan tersebut. Beliau memiliki dua orang putri, anak yang pertama sedang mengecap pendidikan sekarang semester 5 jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) di Institut Agama Islam Negri ( IAIN ) Medan dan anak yang kedua kelas 1 SMA di SMAN 1 Bandar Pulau berlokasi di Desa Perkebunan Aek Tarum.

Sumber pengahasilan utama beliau yaitu bekerja di perkebunan sebagai buruh penderes , tetapi beliau memiliki pekerjaan sampingan menjual pakaian dan menjual madu ke masyarakat setempat yang berada di kawasan perkebunan. Setiap sore beliau berkeliling pondok perkebunan untuk menjualkan pakaian dan madu secara kredit kepada masyarakat sekitar. Setiap bulannya menerima uang kredit dari masyarakat yang membeli dagangannya. Modal dan usaha yang dikerjakan beliau merupakan usaha milik sahabatnya yang dipercayakan kepada


(34)

beliau untuk diperjualkan dan hasilnya akan dibagi dua antara beliau dan sahabatnya. Isteri beliau juga bekerja sebagai BHL mengetrel yang artinya bekerja menaburkan obat yang mengandung zat untuk pohon karet supaya tetap subur serta melancarkan getah pohon karet.

Bapak Mujiono dan isterinya melakukan aktivitas bekerja supaya perekonomian keluarga memadai untuk memenuhi biaya pendidikan anak dengan berbagai usaha yang dikerjakan. Anak yang mengecap pendidikan dapat merubah perilakunya, pola pikir dan cara bica yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak mengecap pendidikan. Menurut beliau pendidikan untuk mensejahterakan anak supaya anak memiliki prinsip hidup yang lebih matang melalui pendidikan yang dimiliki anak. Beliau memberikan saran kepada anak agar dalam pendidikan anak tersebut memiliki tanggungjawab terhadap status seorang anak didik atau sebagai siswa dan ilmu pengetahuan yang dipahami dan diperolah disekolah atau dikampus dapat dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Beliau mengizinkan anaknya untuk membawa alat komunikasi handphone (HP) ke sekolah atau ke kampus supaya beliau dapat mengontrol anaknya benar-benar belajar atau tidak.

6. Informan Ke Enam (Afdeling 1 Dusun I Pondok Aek Tarum )

Nama : Sugeng

Usia : 47 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa


(35)

Pekerjan : Buruh Penderes

Bapak Sugeng sebelum berada di Desa perkebunan Aek Tarum beliau berada di kota Sebelawan karena Serbelawan merupakan kota kelahiran beliau sekaligus tempat tinggal beliau semasa mudanya, namun karena mencari-cari pekerjaan kesana kesini maka beliau sampai ke Desa Perkebunan Aek Tarum ini. Beliau menjadi buruh penderes perkebunan ini pada tahun 1993 sampai saat ini sudah 22 tahun menjadi buruh penderes di perkebunan PT.Bridgestone. Beliau bekerja sebagai buruh penderes karet pukul 06.00-15.00 WIB dengan pendapatan beliau dalam 1 bulan sekitar Rp 2.700.000;-3.000.000;-. Stelah pulang dari pekerjaanya beliau melanjutkan pekerjaan pribadinya yaitu mengerjakan lahan perkebunan karet milik pribadi. Beliau mengerjakan pekerjaan menderes di ladang bersama isteri supaya lebih cepat selesai karena isteri beliau juga dapat bekerja menderes di ladang.

Bapak Sugeng memiliki isteri bernama Ibu Inem sebagai ibu tumah tangga, dan mereka memiliki 3 anak dengan berbagai jenjang pendidikan. Anak beliau yang pertama pendidikan hanya sampai tingkat SD, pada tahun 2007anak beliau memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP. Keluarga beliau sudah menyarankan anaknya untuk melanjutkan sekolah namun anaknya menolak. Anak beliau sekarang aktivitasnya sehari-hari mengikuti kelompok para pemusik keyboard memainkan keyboard ketika masyarakat mengadakan acara pesta pernikahan atau khitanan sehingga membutuhkan hiburan. Anak beliau yang kedua baru menyelesaikan pendidikan ditingkat SMA dan sekarang melanjutkan pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi semester


(36)

1jurusan Ekonomi di Yayasan Amik Kisaran dan anak ke tiga sedang mengecap pendidikan ditingkat Sekolah Dasar kelas IV.

Beliau menerapkan pentingnya pendidikan kepada anak dengan cara menyuruh anaknya sekolah. Beliau menyaranakan anaknya untuk mengikuti pendidikan diluar sekolah mengikuti les untuk menambah ilmu pengetahuanya.

7. Informan Ke Tujuh ( Anak Buruh Penderes)

Nama : Jeni Marbun

Usia : 20 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Pendidikan : Mahasiswa Semester 5

Jeni adalah salah satu anak buruh penderes PT. Bridgestone Afdeling I Dusun V Pondok Pule-Pule. Jeni anak dari bapak Maruli Lumban Gaol dan ibu R. br Siringo-Ringo, dan beliau anak pertama dari 5 bersaudara. Jeni salah satu alumni dari SMA N 1 Bandar Pulau, Jl Besar Desa Perkebunan, Aek Tarum. Jeni seorang mahasiswa semester 5 Departement Pendidikan Matematika di Universitas HKBP Nomensen (UHN) Medan. Jeni saat menjadi anak kost bertempat tinggal di Medan. Kost tempat tinggal jeni jarak tempuh cukup dekat dengan kampus beliau di perkirakan sekitar 15 menit berjalan kaki dari kost ke kampus. Jeni menjadi kepengurursan BEPMJ (Badan Kepengurusan Mahasiswa Jurusan) bagian Seki Dana, dimana program organisasi jurusan akan melakukan seminar-seminar umum


(37)

Jeni adalah seorang mahasiswa yang berprestasi dilihat dari IP (Indeks Prestasi) mencapai 3.50 sehingga beliau layak mendapat apresiasi dari kampus HKBP Nomensen terhadap prestasi. Bentuk apresiasi kampus diberikan dalam keringan membayar SPP di kurangi 30%. Menurut beliau pendidikan sangat penting karna zaman modern sekarang pendidikan itu modal pertama dalam bekerja, bekerja menghasilkan uang untuk memenui kehidupan lebih masa depan.

8. Informan Ke Delapan ( Anak Buruh Penderes Putus Sekolah)

Nama : Anisa Usia : I6 Tahun Agama : Islam Suku : Jawa

Nama Sekolah : MTs Gonting Malaha Kelas : VII MTs

Anisa merupakan salah satu anak buruh penderes di perkebunan afdeling I dusun V pondok Narunggit. Anisa anak dari Bapak Dani yang bekerja sebagai penderes di perkebunan dan ibunya bernama Ani sebagai ibu rumah tangga. Anisa 3 bersaudara dan Anisa anak yang pertama, kedua adik Anisa sekarang kelas VI SD, adiknya yang ke tiga berusia 3,5 tahun. Orang tua Anisa sudah lama tinggal di perkebunan karena kakeknya bekerja di perkebunan sampai sekarang. Anisa mengatakan kedua orang tuanya sebelum diterima bekerja di perkebunan PT. Bridgestone ini sering bekerja di perkebunan swasta lain dan jika pendapatannya tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan pokok keluarga maka orang tua anisa akan berhenti bekerja di perkebunan tersebut lalau mencari pekerjaan lain.


(38)

Anisa mengatakan jika ayahnya pindah-pindah bekerja maka anisa juga mengalami pemindahan sekolah karena mengikuti pekerjaan orang tuanya. Bahkan ketika Anisa berada di tingkat Sekolah Dasar sudah 3 tempat sekolahnya yang harus dijalaninya sesuai pekerjaan orang tua dan Anisa merasakan kelelahan terhadap pindah-pindah sekolah merasa tergangggu.

Orang tua Anisa memilih pekerjaan yang lebih menjamin yaitu di perkebunan karet PT. Bridgestone sampai sekarang supaya Anisa dapat fokus sekolah ke tingkat yang lebih baik karena kedua orang tua Anisa juga menginginkan anaknya dapat mengecap pendidikan yang lebih baik. Orang tua Anisa memandang kalau Anisa memiliki kemampuan daya nalar cukup baik dapat dilihat melalui prestasi Anisa di sekolah menadapat pringkat 2. Pendidikan terakhir anisa hanya sampai tingkat MTs sederajat kelas VIII (B) tetapi Anisa tidak ingin melanjutkan sekolahnya dan memutuskan berhenti sekolah disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya anisa memiliki masalahpribadi dengan teman sekelasnya, prestasinya menurun, dan faktor ekonomi. Menurutnya pendidikan penting tetapi karena ada berbagai masalah yang mengganggu pribadinya sehingga membuat Anisa memiliki rasa malas untuk meneruskan sekolah.

4.3 Gambaran Pendidikan di Perkebunan

Ketika kita menginjakan kaki memasuki jalan besar Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, maka pertama sekali yang terlihat didepan mata adalah pohon karet yang begitu luas di sepanjang jalan. Pohon karet tumbuh dengan sangat rapi dan teratur, hal ini yang disebut dengan kawasan perkebunan karet milik perusahaan PT. Bridgestone. Lokasi perkebunan karet yang biasanya identik


(39)

dengan pelosok atau pedalaman dan memiliki jarak tempuh yang sangat jauh dari pusat kota. Jarak tempuh dari pusat kota Kisaran ke kawasan perkebunan Aek Tarum adalah ± 46 Km. Perkebunan karet milik perusahaan asing PT. Bridgestone ini mengelola hasil getah menjadi karet untuk diproduksi menjadi ban. Perusahaan perkebunan miliki Jepang ini mencari keutungan yang sebesar-besarnya dari hasil tumbuhan karet dan potensi tanah yang membuat tanaman subur.

Perusahaan perkebunan lain jarang di temukan berbagai gedung seperti gedung sekolah, dan lainnya karena lebih baik ditanami tumbuhan karet atau lainnya untuk mencari keuntungan , tetapi PT. Bridgestone ini memberikan lahan untuk membangun lembaga pendidikan seperti bangunan sekolah dari jenjang TK sampai SMA. Hal ini merupakan bentuk apresiasi pihak perkebunan terhadap pendidikan anak masyarakat perkebunan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang mengatakan perusahaan perkebunan ini memberikan perhatiannya kepada anak masyarakat perebunan, dikemukankan oleh bapak Maruli Lumban Gaol yaitu :

“ Disamping kekurangan perusahaan ini adalah memang kelebihannya perusahaan ini. Tapi dengan fasilitas lahan perkebunan diberikan untuk mendirikan sekolah-sekolah kami sangat bangga sama perusahaan ini. Kurasa lebih rugi lagi kalau perusahaan perkebunan karet PT. Bridgestone ngasih tempat lokasi untuk dibangun sekolah-sekolah di setiap afdeling tapi sangat membantulah kali seperti kami orang penderes ini lah. Perhatian yang diberikan dalam bentuk sarana dan fasilitas seperti bangunan sekolah dari mulai TK-SMA serta transportasi antar jemput anak karayawan. Ya saya sendiri bersyukur ada sekolah di kawasan perkebunan tidak jauh dari tempat tinggal hanya menempuh jarak 1,5 km dari rumah kesekolah. Kalau saja tidak ada sekolah di sini dan SMA harus keluar kan udah berat biaya kami membayarin uang kost nya, ada lagi yang kulia, dan biaya lagi. Tapi ya untunglah perkebunan mau memberikan lahan untuk sekolah, eceknya maulah rugi Sedangkan perkebunan yang lain keyek laekudi perkebunan di RGM, Pekan Baru tidak ada sekolah di kawasan perkebunan mereka, jaraknya jauh untuk menempuh kesekolah”


(40)

Jadi anak buruh penderes mengecap pendidikan sudah menempuh jarak yang dekat. Terutama mengecap pendidikan di tingkat SMP, dan SMA tidak lagi menempuh jarak ± 46 Km ke pusat kota karena di kawasan perkebunan sudah tersedia sekolah. Dari ke III afdeling menempuh jarak ke sekolah sekitar ada yang 3 Km, 6 km, dan 8 Km. Pendapatan buruh penderes di perkebunan sering mengalami keterbatasan ekonomi dalam menyekolahkan anak di jenjang SMA namun, keberadaan sekolah di tengah-tengah masyarakat perkebunan sangat membantu meringankan beban perekonomian para buruh sebab jarak sekolah ke rumah sudah terjangkau dan tidak perlu memberikan biaya pendidikan anak khususnya transportasi. Banyak perusahaan perkebunan yang kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan formal anak pekerja di perkebunan. Sesuai dengan data hasil wawancara dengan informan meberikan pernyataan bahwa perkebunan PT. Bridgestone memberikan apresiasi kepada anak buruh karet.

Para staf pengajar Honorer dan PNS yang berada di SD, SMP, dan SMA berasal dari putera putri yang memiliki profesi sebagai pengajar dan mendidik siswa merupakan anak masyarakat perkebunan dan ada juga guru yang berasal dari desa lain. Masyarakat perkebunan dan orang tua siswa sebagian sudah mengenali guru/ wali kelas anaknya dengan demikian para porang tua siswa dapat mengontrol perilaku anak disekolah melalui guru. Menurut orang tua di perkebunan guru dan orang tua siswa sudah saling mengenali dan tegur sapa merupakan kerja sama antara guru dan orang tua. Masyarakat dikawasan perkebunan sering melakukan penilaian terhadap naik turunnya kualitas pendidikan anak terlihat dari kedisiplinan saat belajar seorang siswa, cara berbicara, cara berperilaku di masyarakat dan dikeluarga.


(41)

Kondisi geografis Desa Perkebunan Aek Tarum jauh dari pusat pendidikan mempengaruhi sulitnya mengakses pendidikan diluar sekolah. Kawasan perkebunan memiliki keterbatasan untuk menambah pendidikan di luar sekolah hanya les bahasa inggris dan les matematika untuk tingkat SD saja, hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan bapak Maruli Lumban Gaol yaitu :

“Kalau disini karna masih perkebunan yah memang mungkin hanya dari sekolah saja ya, istilahnya mau awak dukung dari yang lain pun tidak ada misalnya ada les komputer, les bahas inggis tidak ada. kemaren ada janji guru dari luar ingin membuat les tapi harus 15 orang muridnya rupanya yang mau les hanya dua orang, orang tua yang lainnya tidaak ada yang mau kurang mendukung. Yah tidak jadilah karena dua orang tidak cukup gajinya untuk membayar uang minyak sepeda motor guru.

Masyarakat perkebunan sebagian menginginkan anak dapat mengikuti kursus komputer dan bahasa inggris tingkat SMP dan SMA namun, sedikit orang tua anak yang sependapat untuk memberikan les kepada anak.

Anak masyarakat perkebunan memiliki aktifitas diluar sekolah yaitu aktifitas bekerja. Sepulang sekolah mengerjakan berbagai aktifitas seperti bekerja membantu pekerjaan orang tuanya sebagai penderes karet untuk meringankan pekerjaan orang tua. Setelah membantu pekerjaan orang tua anak bekerja sebagai pengutip karet yang tersisah dari para buruh penderes selesai dari pekerjaanya. Pekerjaan yang dilakukan anak dengan status BHL di perkebunan. Pihak perkebunan telah menetapkan undang-undang dan peraturan larangan anak bekerja di bawah usia dan sedang mengecap pendidikan, ini disampaikan kepada orang tua pekerja di perkebunan supaya anaknya dilarang untuk membantu orang tua bekerja dan mengerjakan aktifitas lain. Pada kenyataannya anak masih melakukan aktifitas bekerja yang dilarang, tujuan bekerja supaya mendapatkan uang jajan untuk pribadi. Tujuan larangan pihak perkebunan tidak


(42)

memperkerjakan anak dibawah usia karena anak masih memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dari orang tua. Tetapi pada kenyataanya diluar kontrol pihak perkebunan banyak yang masih mengerjakan pekerjaan diperkebunan.

Pendidikan anak masyarakat perkebunan tingkat pendidiknya secara keseluruhan dari jenjang TK 200 orang, SD 566 orang, SMP 150 orang, SMA 150 orang, dan jenjang Perguruan Tinggi 90 orang dan anak yang putus sekolah 223 orang.

4.4.1 Apresiasi Karyawan Penderes Terhadap Pendidikan Anak

Apresiasi orang tua yang bekerja sebagai penderes di perkebunan PT. Bridgestone terhadap pendidikan formal anak dinyatakan dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan anak :

1. Orang tua memperhatikan anak belajar dirumah 2. Memberikan penghargaan kepada prestasi anak 3. Mengawasi perilaku anak di rumah

4.4.1.1Orang tuaMemperhatikan Anak Belajar di Rumah

Belajar merupakan suatu strategi atau cara-cara yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan yang di inginkan. Melalui belajar sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain sering sekali mengalami kesusahan yang mengakibatkan seseorang mandek belajar. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan anak buruh penderes yang sedang mengecap pendidikan formal saat belajar di sekolah saja tidak cukup sehingga perlu belajar di rumah. Kita ketahui bahwa waktu belajar anak memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah dari jenjang SD, SMP, SMA terbatas diperkirakan 5 jam sampai 7 jam belajar sedangkan


(43)

waktu anak lebih banyak menghabiskan di rumah. Untuk itu orang tua dan sekolah harus memiliki hubungan yang baik bekerja sama dalam menjadikan anak baik dalam hal pengetahuan dan perilaku. Peran aktif orang tua sangat sangat dibutuhkan untuk anak saat dirumah atau berada di luar jam sekolah dimana orang tua harus memperhatikan waktu belajar anak, membimbing perilaku di rumah dan mengajari anak saat belajar. Anak di masa sekolah sering mengalami keterbatasan pengetahuan atau kurang mengerti pelajaran yang disampaikan guru maka, dalam hal ini dibutuhkan kehadiran orang tua di samping anak untuk mengajari dan memberikan pemahaman akan pelajaran kepada anak. Orang tua memiliki hak dalam menentukan waktu belajar anak dan waktu istirahat malam. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bapak Wiyono yaitu :

“ Kalau malam jam belajar pukul 19.00 WIB sampai 21.30 WIB, yah kami dampingi anak kami sampai dengan selesai belajar. Kadang anak saya nanyak kepada saya tugasnya “ pak ini macem mana ini caranya pak” ya kalau kemampuan saya terbatas jadi yang saya ngerti soalnya saya ajari. Anak-anak jam 21.30 harus sudah tidur, jangan karna belum siap-siap PR nya sampe jam 22.00 terus gak tidu jadi,kalau belum selesai tugasnya yah dilanjutkan besok pagi jam 05.30 saya banguni untuk melanjutkan mengerjakan PR sampe siap jangan sampe ke sekolah tidak siap PR nya (Hasil Wawancara 23 Agustus 2015).

Jadi, orang tua tidak dapat menghindari tanggung jawab dari pendidikan anak. Buruh penderes ini menemani anaknya belajar sampai dengan jam yang sudah ditetapkan pada anak saat belajar pada malam hari. Waktu belajar anak ditentukan orang tua dengan tujuan agar stamina kondisi fisik dan mental tetap terjaga. Kedua orang tua ini memberikan waktu terhadap jam belajar anak pada malam hari dengan mendampingi anak belajar sampai dengan selesai. Karena anak sering mengalami hambatan dalam pelajaran di mana si anak kurang mengerti akan pelajaran yang disampaikan guru di sekolah sehingga


(44)

membutuhkan orang tua di samping anak belajar untuk mengajari anak pada pelajaran yang tidak di mengerti anak.

Peran orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak terkhusus peran mendampingi jam belajar anak memberikan solusi pada masalah pengetahuan anak dapat menghindari kemandekan dalam belajar. Kehadiran orang tua mendampingi anak belajar juga dapat di katakan sebagai bentuk perhatian orang tua dan dukungan orang tua pada pendidikan anak. Kedua orang tua dalam keluarga harus memiliki interaksi yang baik dalam hubungan keluarga supaya anak semakin percaya dengan keluarga untuk saling berbagi dan merasa nyaman dengan kerukunan keluarga. Dengan demikian orang tua dengan mudah memainkan perannya di tengah-tengah keluarga sesuai yang diharapkan keluarga.

Orang tua laki-laki secara waktu memiliki kesibukan terstruktur yaitu bekerja sebagai buruh penderes sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Terkadang orang tua keterbatasan dalam memperhatikan anak sekolah karena sibuk bekerja tetapi karena adanya kerjasama yang baik kedua orang tua mendidik anak maka seorang ibu yang memperhatikan anak berangkat sekolah sampai pulang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Maruli Lumbangaol

“sulit untuk mengontrol anak karena saya kan bekerja dari mulai pukul 6.30-15.00/16.00 WIB, jadi yang ada dalam pikiranku, menyerahkan kepada istri saya supaya memperhatikan anak berangkat sekolah, perhatikan pola makan, pakaian harus rapi dan bersih, memperhatikan perlengkapan sekolah dan keperluan anak serta keberangkatan anak sampai pulang sekolah. Saya hanya fokus kerja di lapangan saja dulu cari duit. Saat malam hari jam 19.00 sampai pukul 21.30-22.00 WIB saya betul-betul perhatikan anak saya SD sampai SMA dan saya perhatikan keberadaanya. Yah memang mengontrol anak dalam belajar tidak sampai selesai hanya sampai pukul 22.00 WIB karena sayakan harus banyak istirahat, saya lebih dahulu berangkat kerja dari mereka akan tetapi isteri saya yang menemani anak sampai selesai belajar. Yah kalau memang ada


(45)

PR mereka yang sulit dikerjakan, namanya juga saya tamatan SMP jadi pengetahuan sudah hambar lihat soal anak SMP, SMA susah tidak bisa ku jawab, solusinya saya bilang ke anak-anak telephone kakakmu yang dimedan mintak ajari atau SMS ya saat itu juga diajari kakaknya melalui telepon”

Pekerjaan orang tua sebagai buruh penderes di perkebunan memerlukan waktu yang cukup lama dan tenaga ekstra. Menurut buruh ini pekerjaan sebagai buruh penderes kerap kali menjadi alasan sedikit perhatian orang tua terhadap pendidikan anak karena sibuk bekerja maka tidak jarang akan mengkibatkan penurunan kualitas pendidikan anak. Akan , tetapi buruh penderes ini bekerja sama dengan isterinya dalam pendidikan anak agar memberikan tanggung jawab memperhatikan pada pagi hari anak berangkat sekolah sampai anak pulang sekolah dan sampai fasilitas yang hendak di minta dari orang tua. Saat sore sampai malam hari maka seorang bapak yang memiliki tanggung jawab dalam mengontrol keberadan anak dirumah. Pada malam hari keluarga buruh ini secara serentak anak-anak belajar dan didampingi kedua orang tua. Orang tua menyadari anak terkadang mengalami keterbatasan berpikir sehingga anak membutuhkan dampingan seseorang yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dari anak supaya dapat mengajari dengan baik pelajaran. Orang tua ini juga sering memiliki keterbatasan pengetahuan dalam mengajari anak karena pelajaran dahulu tidak sama dengan pelajaran di zaman sekarang sudah banyak mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan mengikuti perkembangan zaman. Akan , tetapi hal tesebut tidak menutup kemungkinan mengalami stagnan belajar karena masih ada seorang kakak yang memiliki pendidikan lebih tinggi dalam keluarga. Maka seorang kakak dapat mengajari adik-adiknya supaya anak tidak sempat mengalami kemandekan dalam belajar dapat menyebabkan kemalasan


(46)

melanjutkan belajar. Walaupun si kakak berada di tempat yang berbeda sehingga mengajari adik-adiknya melalui komunikasi telepon.

Buruh penderes ini memiliki sikap tegas terhadap peraturan yang dibuat untuk anak jika anak melanggar peraturan orang tua seperti berada di luar rumah pada malam hari dan jam belajar anak maka orang tua ini akan memberikan pelajaran kepada anak dengan membiarkan anak berada di luar rumah beberapa jam saja. Hal ini dilakukan orang tua agar membentuk pola pikir anak akan pentingnya kedisipilan dalam mengecap pendidikan. Orang tua mengetahui peran yang dimainkan orang tua harus aktif dalam memperhatikan pendidikan anak sebab orang tua juga mengetahui nilai yang terkandung dalam pendidikan untuk anak-anaknya harus ditanamkan.

4.4.1.2 Memberikan Penghargaan terhadap Prestasi Anak

Individu mengharapkan pujian dari orang lain terhadap suatu hasil karyanya yang diwujudkan di tempat umum. Pujian yang diharapkan merupakan bukti perhatian dan dukungan kepada individu yang menerima supaya kedepannya lebih baik lagi menampilkan prestasinya. Orang tua di kalangan penderes selalu mengiming-imingkan suatu hadiah akan diberikan kepada anak yang sedang mengecap pendidikan formal. Namun Orang tua menetapkan syarat seperti anak sekolah yang naik kelas, anak yang berprestasi dengan peringkat dari 1 sampai peringkat 10. Jika anaknya dapat memenuhi syarat tersebut maka orang tua akan memberikan hadiah kepada anak sesuai dengan permintaan supaya bertambah semangat anaknya dalam belajar.


(47)

Hadiah yang diberikan orang tua kepada anak membawa berbagai perubahan yang baik dalam pendidikan anak. Berdasarkan data hasil wawancara dengan Bapak Maruli Lumban Gaol

“Saya akan berjanji kepada anak akan memberikan hadiah apa saja yang mereka minta akan saya berikan dengan syarat anak yang berprestasi mendapat ranking 10 besar. Selain dari ranking 10 besar saya katakan kepada anak tidak akan memberikan hadiah. Saya sangat bersyukur anakku yang 5 sejauh ini mendapat ranking yah mereka langsung menuntut saya, tetapi saya memberikan hadiah kepada anak pada saat karyawan perkebunan menerima bonus atau THR karena pada saat itu lah keuangan kami para penderes dapat dikatakan lebih dari cukup. Yah anak saya sudah mengerti kesitu. sejauh ini permintaan hadiah atas prestasi anak bermacam-macam lah, kalau tingkat SD meminta buku, raket ( bulu tangkis), kalau SMP sepatu bola, SMA handphone, yah saya berikan karena saya sudah berjanji dan ada perubahan anak kami”. (Hasil Wawancara 20 Juli 2015).

Hal ini senada dengan jawaban yang dinyatakan Bapak Wiyono yaitu:

“Anak saya yang nomor 4 sewaktu duduk di bangku MTs/SMP memiliki prestasi bagus pringkat 2 dan memiliki permintaan : minta hadiah laptob yah saya belikan supaya mendorong prestasi anak saya untuk kedepannya, menjadi giat belajar.Respon anak saya mengalami perubahan yang drastis dalam hal belajar semakin giat, prestasinya semakin meningkat, membantu pekerjaan mamanya dirumah juga semakin giat yah karna itu tadi fasilitas pendidikan anak saya sediakan atau dipenuhi untuk mendukung sekolahnya.(Hasil Wawancara 23 Agustus 2015).

Orang tua penderes ini memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi terhadap anaknya karena tekun belajar sehingga anaknya mendapatkan peringkat yang baik dan orang tua akan memberikan apa saja yang diinginkan anak-anaknya. Namun ada orang tua memberikan hadiah kepada anaknya tidak dengan syarat peringkat yang harus dimiliki anak tetapi cukup dengan syarat naik kelas saja orang tua akan memberikan pujian dan penghargaan. Hal ini sesuai dengan jawaban yang dinyatakan ibu Sri yaitu :


(48)

“Kalau anakku nanyak “mak kalau aku juara dapat hadiah apa ya.. aku bilang naik kelas aja pun kau mama kasih hadiah yang kau mau nak. Yah kadangkan kalau nunggu anak dapat juara baru dikasih hadiah nanti di press kali otaknya kasian tidak dapat-dapat hadiah, naik kelas ajapun saya sudah bersyukur. Yah pas naik kelas ku belikan tas baru, sepatu baru walaupun masih bagus dipake tetapi biar kalau dikasih hadiah makin semangatlah. Dan sekarang anak-anaku belajar ku tengok. (hasil wawancara 26 agustus 2015)

Banyak cara yang dilakukan buruh penderes ini untuk memotivasi anak dalam berprestasi di sekolah. Namun pada dasarnya orang tua terlebih dahulu sudah mengenal sifat anak dan memahami potensi yang dimiliki anak. Sehingga orang tua menentukan kriteria dan syarat-syarat yang tinggi seperti mendapatkan juara kelas akan diberikan hadiah dari orang tua karena menurut orang tua anak mampu mencapai peringkat itu. Ada yang mengiming-imingkan hadiah kepada anak hanya dengan naik kelas walaupun tidak mendapat peringkat di kelas dikarenakan orang tua memahami kemampuan anak masih standar. Anak mengalami kenaikan kelas atau mendapat pringkat saat mengecap pendidikan formal merupakan suatu kejutan yang membanggakan bagi keluarga terkhusus orang tua karena anak mampu berkompetisi dalam dunia pendidikan untuk mempertahankan prestasinya dan tidak semua individu mampu berkompetisi merebutkan prestasi di sekolah. Hadiah yang diberikan orang tua kepada anak sesuai dengan permintaan anak masih berkaitan dengan pendidikan anak. Berbagai bentuk hadiah merupakan apreasiasi orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak karna ketekunannya belajar membuahkan hasil. Ada hubungan timbal balik dalam pemberian hadiah kepada anak di mana orang tua mempersiapkan hadiah untuk anak tidak terlepas dari tujuan utama orang tua yaitu


(49)

jangka panjang agar setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam prestasi di sekolah.

Orang tua memberikan iming-iming hadiah secara terus menerus kepada anak dalam pendidikan anak memperlihatkan orang tua keterlibatan orang tua dalam belajar di rumah supaya anak memiliki kebiasaan belajar yang baik untuk memperoleh prestasi sesuai yang diharapkan.

4.4.1.3. Mengawasi Perilaku Anak di Rumah

Manusia cenderung tidak patuh pada hukum baik secara tertulis maupun

tidak tertulis. Individu yang berperilaku tidak sesuai dengan peraturan maka akan berperilaku menyimpang. Anak yang sedang mengecap pendidikan rentan mengalami perilaku menyimpang sebab, mental anak masih rapuh dalam mengendalikan diri dari perilaku menyimpang. Orang tua memiliki kekhawatiran terhadap perilaku anaknya dalam bergaul terkhusus anak yang laki-laki rentan dengan perilaku kriminal sehingga membutuhkan orang tua untuk memperhatikan. Hal ini kehadiran orang tua memiliki peran yang signifikan mengawasi perilaku dengan cara menegur perilaku anak yang tidak baik dan diarahkan ke perilaku yang benar selayaknya seorang siswa. Begitu juga dengan buruh memiliki tanggung jawab memberikan waktu singkat dalam mengontrol waktu keberadaan anak di rumah dan perilakunya. Berbagai cara dilakukan orang tua untuk mengawasi perilaku anak seperti hasil wawancara dengan informan bapak Wiyono yaitu :

“Anak saya (20 tahun) tidak sekolah pun tetap saya buat disiplin dalam bermain, jam 22.30 Wib harus sudah pulang ke rumah. Kalau belum pulang juga saya telephone kalau gak aktif saya telepon kawannya, saya punya kontak teman-teman dekatnya


(50)

yang bisa saya hubungi untuk menanyakan keberadaannya dimana. Jadi harus ada hp untuk telpon, komunikasian ada di mana. Anak saya merokok gak, minum-minuman keras gak juga gak mau karena dari awal saya sudah kasih tau efek samping merokok dan minum, itu lebih dulu udah saya tanamkan kepada anak-anak” (Hasil Wawancara 23 Agustus 2015).

Hal ini disampaikan oleh informan lain yaitu, ibu Sri

“ anak saya berusia 18 tahun. Aku minta sama anak lajangku merokok janganlah, jadi dia ga merokok makanya badan mantap lah agak gendut, makannya dijamin lah anaku, kalau disekolah ada 2 orang anaku dan anak wawak satu kampung kami gak nakal disekolah, bergaulnya gak mau sama orang yang begini begono lah, kalau dirumah juga perilakunya baiklah.. Aku juga sering nanyak sama anaku yang SMKkalau pulang sekolah “ bang gak cabut kau tadi disekolahkan ? enggak loh mak, ia jangan cabut yah bang kasian loh bapak setengah mati kerjanya dikebon naik turun-naik turun kalau bandel anaknya cemana kan kecewa bapak tolong dijaga ya bg nama baik bapak, ia mak katanya”

Terlihat bahwa ketika orang tua mengawasi perilaku anak dengan intens akan mempengaruhi perilaku anak menjadi baik karena orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi anak dan memiliki kekuasaan tertinggi di keluarga untuk mengatakan teguran, nasehat, mencegah anak melakukan hal yang buruk. Sehingga anak dapat mempertahankan perilaku baik yang ditanamkan keluarga kepada anak yang sedang mengecap pendidikan. Supaya masyarakat tidak memberikan label buruk terhadap suatu keluarga, akan tetapi menerima label yang baik sesuai dengan harapan keluarga karena perilaku keluarga diterima di masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang terkandung dalam struktur masyarakat.

Ada beberapa informan yang mengawasi dan mengontrol anaknya melalui ancaman yang diberikan kepada anak. Seperti hasil wawancara jawaban yang disampaikan informan bapak Maruli Lumban Gaol :


(1)

i

ABSTRAKSI

Masyarakat Desa perkebunan Aek Tarum merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan perkebunanidentik denganmasyarakat pedalaman. Di kawasan perkebunan terdapat sarana pendidikan dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA. Tujuan sarana pendidikan adalah agar anak masyarakat perkebunan dengan mudah memperolehpendidikan, mengurangi biaya pendidikan anak dan dengan harapan tidak di temukan lagi berbagai alasan anak yang putus sekolah pada masyarakat pedalaman bahkan pendidikan mengharapkan anak buruh dapat mengecap pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi. Pada kenyataannya dengan berbagai alasan dinyatakan anak masyarakat dan buruh masih ada yang putus sekolah ketika berada di tingkat SD, SMP, dan SMA atau tidak melanjutkan sekolah. Anak buruh dalam usia pendidikan masih ada yang melakukan aktifitas bekerja di perkebunan sebagai status BHL. Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana apresiasi buruh penderes terhadap pendidikan formal dan bagaimana nilai pendidikan dikalangan buruh penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apresiasi masyarakat perkebunan terhadap pendidikan formal anak serta nilai pendidikan yang terkandung di kalangan buruh penderes. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data dari lapangan melalui observasi, wawancara mendalam dan data sekunder melalui jurnal ilmiah, skripsi dan artikel lainnya yang sesuai dengan penelitian. Interpretasi data dilakukan dengan pengelolaan dari catatan maupun hasil wawancara setiap kali turun lapangan.

Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan adalah Buruh penderes secara umum menilai pendidikan sangat penting pada anak minimal tingkat SMA karena buruh melihat pekerjaan saat ini memerlukan pendidikan terakhir minimal tingkat SMA seperti, bekerja menjadi buruh tetap di perkebunan saja harus memiliki ijazah tingkat SMA. Pendidikan anak di kawasan perkebunan dominan tingkat SMA dan perguruan Tinggi masih tergolong minim. Ada harapan buruh penderes terhadap anak yang memiliki pendidikan SMA untuk bekerja sebagai buruh tetap di perkebunan secara evolusi akan mengalami peningkatan bekerja dari buruh penderes menjadi mandordan krani. Diduga bahwa pendidikan tingkat SMA belum memberikan secara siginifikan terjadinya perluasan mobilitas sosial dalam pekerjaan dalam arti masih banyak keterbatasan peluang kerja pada pendidikan tingkat SMA. Sedangkan anak buruh yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dengan mudah meningkatan pekerjaan yang lebih baik dengan penghasilan sangat baik ke kota karena besar peluang untuk memasuki kedudukan yang lebih tinggi di dunia pakerjaan. Dapat di percaya semakin tingginya pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang mengalami mobilitas sosial secara vertical. Begitu juga dengan anak yang putus sekolah akan mengalami mobilitas secara horizontal karena pendidikan yang dimiliki hanya menghantarkan anak pada perpindahan kedudukan masih sederajat bahkan sangat sulit untuk melakukan perpindahan status pekerjaan.

Kata Kunci: Apresisai Buruh Penderes, Nilai Pendidikan Pada Buruh Penderes


(2)

Skripsi

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan

Formal Anak

(Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum,

PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

Disusun Oleh:

ERAWATI SIAGIAN

110901003

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

i

ABSTRAKSI

Masyarakat Desa perkebunan Aek Tarum merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan perkebunanidentik denganmasyarakat pedalaman. Di kawasan perkebunan terdapat sarana pendidikan dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA. Tujuan sarana pendidikan adalah agar anak masyarakat perkebunan dengan mudah memperolehpendidikan, mengurangi biaya pendidikan anak dan dengan harapan tidak di temukan lagi berbagai alasan anak yang putus sekolah pada masyarakat pedalaman bahkan pendidikan mengharapkan anak buruh dapat mengecap pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi. Pada kenyataannya dengan berbagai alasan dinyatakan anak masyarakat dan buruh masih ada yang putus sekolah ketika berada di tingkat SD, SMP, dan SMA atau tidak melanjutkan sekolah. Anak buruh dalam usia pendidikan masih ada yang melakukan aktifitas bekerja di perkebunan sebagai status BHL. Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana apresiasi buruh penderes terhadap pendidikan formal dan bagaimana nilai pendidikan dikalangan buruh penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apresiasi masyarakat perkebunan terhadap pendidikan formal anak serta nilai pendidikan yang terkandung di kalangan buruh penderes. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data dari lapangan melalui observasi, wawancara mendalam dan data sekunder melalui jurnal ilmiah, skripsi dan artikel lainnya yang sesuai dengan penelitian. Interpretasi data dilakukan dengan pengelolaan dari catatan maupun hasil wawancara setiap kali turun lapangan.

Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan adalah Buruh penderes secara umum menilai pendidikan sangat penting pada anak minimal tingkat SMA karena buruh melihat pekerjaan saat ini memerlukan pendidikan terakhir minimal tingkat SMA seperti, bekerja menjadi buruh tetap di perkebunan saja harus memiliki ijazah tingkat SMA. Pendidikan anak di kawasan perkebunan dominan tingkat SMA dan perguruan Tinggi masih tergolong minim. Ada harapan buruh penderes terhadap anak yang memiliki pendidikan SMA untuk bekerja sebagai buruh tetap di perkebunan secara evolusi akan mengalami peningkatan bekerja dari buruh penderes menjadi mandordan krani. Diduga bahwa pendidikan tingkat SMA belum memberikan secara siginifikan terjadinya perluasan mobilitas sosial dalam pekerjaan dalam arti masih banyak keterbatasan peluang kerja pada pendidikan tingkat SMA. Sedangkan anak buruh yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dengan mudah meningkatan pekerjaan yang lebih baik dengan penghasilan sangat baik ke kota karena besar peluang untuk memasuki kedudukan yang lebih tinggi di dunia pakerjaan. Dapat di percaya semakin tingginya pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang mengalami mobilitas sosial secara vertical. Begitu juga dengan anak yang putus sekolah akan mengalami mobilitas secara horizontal karena pendidikan yang dimiliki hanya menghantarkan anak pada perpindahan kedudukan masih sederajat bahkan sangat sulit untuk melakukan perpindahan status pekerjaan.

Kata Kunci: Apresisai Buruh Penderes, Nilai Pendidikan Pada Buruh Penderes


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena begitu besar kasih-Nya dan penyertaan-Nya sampai hari ini saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal, Studi Kasus Pada Buruh Penderes Di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan”. Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi Sarjana S1 di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatakan bimbingan dan nasehat baik moril maupun material dari berbagai pihak. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Bapak saya M. Siagian dan mama saya N. Hutapea yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik penulis dengan penuh kasih saying dan kesabaran serta selalu memberikan doa, pengertian, pengorbanan yang tulus, nasehat, semangat mendidik saya, memberikan dukungan moril dan materil kepada saya selama perkuliahan. Akhirnya inilah yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti saya. Semoga Tuhan memberikan kelimpahan rahmat-Nya dan berkat-rahmat-Nya kepada orangtua penulis.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan ynag tulus dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini kepadaBapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan


(5)

iii

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi dan selaku dosen pembimbing dan juga Dosen Pembimbing Akademis selama kuliah yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan sangat sabar dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Bapak Drs. Junjungan SBP Simajuntak, Msi selaku dosen II saya serta segenap dosen. Ernita Siregardan bang Abel serta segenap staf dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Kepada saudara-saudara tercinta yang selalu memberikan doa dan nasehat kepada saya, terkhusus buat abang saya Bernando Siagian, dan edak Benti boru Butar-Butar, kakak Evi Santi Siagian, dan abang saya Hendra Siagian dan keponakan terganteng Altio Aprio Siagian. Terima kasih juga saya ucapkan kepada sahabat rohani terkasih tekhusus El-Shadai kakak Elisabet Ambarita, Elisabet Rumahorbo, Maiusna Sirait, Angela Manihuruk, Katrina Sinaga, membantu dalam doa dan KMK UP PEMA FISIP serta kakak Raniwati Saragih, abang Windo.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada seluruh masyarakat Desa Perkebunan Aek Tarum terkhusus untuk para informan telah memberikan waktunya dan partisipasinya dalam penelitian skripsi ini. Kepada sahabat dan seperjuangan penulis saat menghadapi masa sulit dalam perkuliahan dan penyemangat selama masa perkuliahan, kebersamaan dan juga pengalaman-pengalaman selama perkuliahan di sosiologi stambuk 2011 Devi Sihotang, Vera Sirait, Fransisca Sinaga, Elo Tarigan, Carlina Panjaitan, Kathy Togatorop, Sara Purba, Silvia Purba, Andriani Ambarita,


(6)

Emilia Simangunsong, Repita Simamora, Wawan Simbolon, Rio Sihombing, Hendriksosn Siahaan, Jhon Saragih, Ramadona, Samuel Pasaribu dan juga kawan PKL Nahotmasi, Noviani Siregar, Antonius Lase, Maruli dan semua kawan-kawan SOSIOLOGI 2011 yang tidak dapat di sebutkan satu per satu.

Kepada keluarga besar IMASI (Ikatan Mahasiswa Departemen Sosiologi) FISIP USU, Abang/Kakak Senior ka Nobina, ka Destriani, dan Junior Rahmadina, Wanti. Terima kasih kepada teman-teman tekece satu kost penulis “BERDIKARI 56 HOUSE” yang selalu memberikan semangat 45, ka Nova Sihombing, Enjelina Sinambel, Mawar Sihombing, Husna Anwar, Ruth Malau, Nova Barus, Claudia Situmorang, Tresiana Marpaung, Regina, Febi Manurung, Mutiara Rajagukguk, ka San Ayu Sihombing, Juni Tindaon, Senni Purba, Desy Purba, Deasy Milala dan anak kost 56 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Medan, Februari 2016 Penulis

ERAWATI SIAGIAN NIM 110901003


Dokumen yang terkait

Fungsi Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo (IPMS) Dalam Membangun Hubungan Sosial Dengan Masyarakat Sekitar (Studi Deskriptif di Perkebunan PT. Socfindo Kebun Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan)

21 352 107

Keanekaragaman Ikan di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 22 46

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Desa” (Studi di Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan)

16 123 123

Konstruksi Sosial Terhadap Keberadaan Keyboard Bongkar Di Kampung Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

6 134 101

PROFIL PEREMPUAN SEBAGAI BURUH HARIAN LEPAS (MENOL) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV SEI KOPAS, KECAMATAN BANDAR PASIR MANDOGE, KABUPATEN ASAHAN.

0 1 25

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 5

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 1

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 9

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 17

Apresiasi Masyarakat Perkebunan Terhadap Pendidikan Formal Anak (Studi Kasus : Pada Buruh Penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum, PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan)

0 0 2