31 rata-rata frekuensi defekasi sebanyak 15,16 kali; kelompok loperamid mempunyai
nilai rata-rata frekuensi defekasi sebanyak 5,83 kali; kelompok EEM 75 mgkg BB mempunyai nilai rata-rata frekuensi defekasi sebanyak 9 kali; kelompok EEM
100 mgkg BB mempunyai nilai rata-rata frekuensi defekasi sebanyak 8,16 kali; kelompok EEM 125 mgkg BB mempunyai nilai rata-rata frekuensi defekasi
sebanyak 7,16 kali dan kelompok EEM 150 mgkg BB mempunyai nilai rata-rata frekuensi defekasi sebanyak 5,83 kali. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan
dengan semakin tinggi frekuensi defekasi maka efek antidiare akan semakin lemah.
Hasil analisis statistik analisis variansi ANAVA dimana p 0,05 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan dan dilanjutkan dengan
uji beda rata-rata Duncan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan. Hasil analisis statistik uji beda rata-rata Duncan menunjukkan bahwa
pemberian EEM dosis 75, 100, 125 dan 150 mgkg bb dibandingkan dengan kontrol negatif menunjukkan perbedaan yang nyata, dan tidak berbeda nyata
dengan loperamid HCl, artinya pada dosis 75 mgkg bb sudah memberikan efek yang sebanding dengan loperamid HCl dalam mengurangi jumlah frekuensi
defekasi.
4.2.3 Penentuan konsistensi feses
Penentuan konsistensi feses tikus dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3.
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 4.5 Hasil pengamatan jumlah konsistensi feses normal pada tikus setelah
pemberian oleum ricini secara oral Tikus
Kontrol negatif
Loperamid HCl
Dosis majakani mgkg BB 75
100 125
150 1
2 1
1 3
2 2
1 1
1 2
1 3
1 1
1 1
1 4
1 1
1 1
1 1
5 1
2 2
2 2
6 1
1 2
2 Total
2 8
5 8
9 9
Rata-rata 0,33
1,33 0,83
1,33 1,5
1,5
Gambar 4.3. Grafik hasil pengamatan jumlah konsistensi feses tikus normal
setelah pemberian oleum ricini secara oral
Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3, diperoleh nilai rata-rata dari masing- masing kelompok perlakuan yaitu, kelompok kontrol negatif mempunyai nilai
rata-rata konsistensi feses normal adalah 0,33; kelompok loperamid mempunyai nilai rata-rata konsistensi feses normal adalah 1,33; kelompok EEM 75 mgkg BB
0,33 1,33
0,83 1,33
1,5 1,5
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1 2
3 4
5 6
R ata
-r ata
ko n
si ste
n si
fe ses
n o
rm al
Kelompok tikus
Kontrol negatif Loperamid HCl
EEM dosis 75 mgkg bb EEM dosis 100 mgkg bb
EEM dosis 125 mgkg bb EEM dosis 150 mgkg bb
Universitas Sumatera Utara
33 mempunyai nilai rata-rata konsistensi feses normal adalah 0,83; kelompok EEM
100 mgkg BB mempunyai nilai rata-rata konsistensi feses normal adalah 1,33; kelompok EEM 125 mgkg BB mempunyai nilai rata-rata konsistensi feses
normal adalah 1,5 dan kelompok EEM 150 mgkg BB mempunyai nilai rata-rata konsistensi feses normal adalah 1,5. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan
dengan semakin tinggi nilai pengeluaran konsistensi feses normal pada tikus maka efek antidiare akan semakin kuat.
Hasil analisis statistik analisis variansi ANAVA dimana p 0,05 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan dan dilanjutkan dengan
uji beda rata-rata Duncan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan.
Hasil analisis statistik uji beda rata-rata Duncan menunjukkan bahwa pemberian EEM dosis 100, 125 dan 150 mgkg bb dibandingkan dengan kontrol
negatif menunjukkan perbedaan yang nyata dan tidak berbeda nyata dengan loperamid HCl, artinya EEM dengan dosis 100 mgkg bb sudah memberikan efek
dalam memperbaiki profil konsistensi feses yang sebanding dengan loperamid HCl.
4.2.4 Bobot total feses