25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Tumbuhan 4.1.1 Hasil identifikasi tumbuhan
Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI Bogor menunjukkan bahwa sampel adalah benar majakani suku Fagaceae.
4.1.2 Hasil karakterisasi simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia majakani diperoleh bahwa majakani berwarna coklat muda dan memiliki permukaan sedikit bergerigi.
Berbentuk bulat dan kecil, berdiameter 1,5-2,5 cm, memiliki aroma yang khas dan rasa kelatsedikit pahit. Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia
majakani memperlihatkan adanya sel parenkim berisi tetes minyak yang berwarna merah dengan Sudan III, sel rambut biasa, kristal kalsium oksalat berbentuk
prisma, sel batu dan butir pati. Karakteristik serbuk simplisia majakani yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia majakani
No. Karakteristik
Hasil pemeriksaan bv 1
2 3
4 5
Kadar air Kadar sari larut air
Kadar sari larut etanol Kadar abu total
Kadar abu tidak larut asam 7,97
56,46 60,59
1,60
Universitas Sumatera Utara
26 Karakteristik dari serbuk simplisia majakani tidak tercantum di buku
Materia Medika Indonesia. Namun kadar air simplisia memenuhi syarat berdasarkan persyaratan umum pada Materi Medika Indonesia, dimana kadar air
tidak lebih dari 10. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan kandungan air yang masih dapat ditolerir, karena air merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan mikroba dan jamur. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dilakukan untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam air. Senyawa-senyawa
yang dapat larut dalam air adalah glikosida, gula, protein, enzim dan zat warna. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol untuk mengetahui kadar sari yang
larut dalam pelarut polar. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, antrakinon, steroid, flavonoid, klorofil, dan dalam jumlah sedikit yang
larut yaitu lemak dan saponin Depkes, 1986. Tujuan penetapan kadar abu adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal
yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya abu Depkes, 2000.
4.1.3 Hasil skrining fitokimia