commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS memiliki tujuan utama yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik
memiliki kemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya
bangsanya. Awal Mutakin dalam Depdiknas : 2004, Buku 2 : 34 lebih lanjut
menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS dapat dirinci sebagai berikut: 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan simbol-simbol dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat. 4. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
commit to user
5. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, kemudian mampu mengambil tindakan yang
tepat. 6. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun citra
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggungjawab membangun masyarakat.
Berdasarkan tujuan diatas, maka pembelajaran IPS harus mampu mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan peserta didik yang
menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat. Untuk mencapai tujuan IPS tersebut harus didukung oleh
iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan
belajar. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang paling sesuai. Hasil wawancara dengan siswa diperoleh jawaban bahwa sebagian besar
siswa menganggap IPS merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang dialami siswa ini disebabkan tidak adanya kesadaran dari diri siswa itu sendiri
untuk belajar mandiri, mengingat mata pelajaran IPS materinya sangat banyak dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa harus banyak membaca
buku ajar, buku referensi, majalah, surat kabar dan jika perlu siswa menggunakan media lain seperti internet. Hal ini dimaksudkan agar wawasan siswa bertambah
luas dan siswa mampu mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang dimiliki oleh guru.
commit to user
Berdasarkan pengamatan dokumen nilai IPS di kelas VII A, diperoleh data sebagai berikut: 1 Rata-rata nilai ulangan harian UH siswa pada mata pelajaran
IPS rendah yaitu hanya mencapai 58,95. 2 Siswa yang mencapai ketuntasan belajar diatas 68 hanya 19 orang atau 47,50.
Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa disebabkan oleh beberapa faktor dari guru itu sendiri seperti : 1 guru kurang menguasai materi pelajaran 2 guru
kurang tepat menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, 3 guru kurang bervariasi dalam menerapkan metode pembelajaran, 4 guru kurang
terampil memilih alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan disajikan, 5 guru kurang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran, dan 6 guru kurang mendorong siswa untuk belajar mandiri. Beberapa siswa mengaku jika keesokan harinya ada pelajaran IPS, dia
kadang-kadang belajar dan kadang-kadang tidak belajar, bahkan tugas di rumah pun banyak dikerjakan disekolah sebelum guru masuk kelas. Sebagian siswa juga
merasakan bahwa pelajaran IPS membosankan dan banyak hapalan. Permasalahan rendahnya kemandirian belajar dan hasil belajar IPS pada
siswa jika tidak diatasi akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran IPS, sehingga nilai
ulangan harian IPS rendah, akibatnya hasil belajar IPS secara umum rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan penelitian
tindakan kelas PTK. Hopkins 1993 : 44 menjelaskan, “Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is
action disciplined by enquiry a personel attempt at understanding while engaged in process of improvement and reform”.
commit to user
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian degan tindakan substantif, sebagai tindakan yang dilakukan secara
inkuiri, merupakan usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan pembahasan.
Pembelajaran kooperatif
model jigsaw merupakan salah satu alternatif
dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS. Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa mampu bertanggung jawab atas
belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.. Di dalam pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini prinsip belajar aktif diterapkan. Konsep belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confucius pada tahun 2400
SM, yang dikutip oleh Melvin Silberman 1996 : 1 “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat apa yang saya kerjakan saya paham.”
Kata-kata bijak Confusius kemudian dimodifikasi dan diperluas oleh Melvin. L. Siberman 1992 : 2 yang selanjutnya disebut Paham Belajar Aktif
adalah sebagai berikut : Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar dan lihat, sedikit ingat. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan orang
lain saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan terapkan, saya mendapat
pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai
. Keaktifan siswa dapat dilihat dari kemampuan menerima informasi dan
memproses informasi secara efektif. Belajar secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara
optimal.
commit to user
Pembelajaran kooperatif model jigsaw diharapkan mampu membuat siswa aktif dan membangun sendiri apa yang harus dikuasainya, siswa juga membangun
aspek sosialisasi karena metode ini merupakan kerja kelompok. Dalam proses pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, bertanya,
menyampaikan gagasan atau ide-idenya. Siswa juga dibiasakan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang disampaikan pada orang lain sehingga dalam berbicara
harus menggunakan dasar yang jelas, serta berani mempertahankan argumentasinya di depan orang banyak.
Belajar mandiri merupakan sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh individu yang tumbuh dari dalam diri berupa tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya belajar. Dalam belajar mandiri seorang memiliki keyakinan apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya. Pembelajaran yang demokratis dan
menghargai perubahan sekecil apapun yang akan dicapai akan membuat anak percaya diri. Rasa percaya diri akan memunculkan motivasi untuk selalu ingin
tahu, dan berusaha mencari makna dari hal-hal yang dipelajari.
B. Rumusan Masalah