“Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw”.

(1)

KOOPERATIF MODEL JIGSAW.

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh SHITA ADITYA NIM. 109018300070

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar IPA pada konsep hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskiptif. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Muhara 02 Citeureup-Bogor. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SDN Muhara 02 Citeureup-Bogor. Sampel ini diambil menggunakan teknik Purposive Sampling. Proses analisis data dilakukan dengan penyusunan urutan kedudukan peserta didik menjadi tiga ranking, dilakukan dengan mengelompokan peserta didik menjadi tiga tingkatan, yaitu rangking atas ( kelompok peserta didik yang kemampuan tinggi), ranking tengah ( kelompok peserta didik dengan kemampuan sedang), dan renking bawah (kelompok peserta didik dengan kemampuan rendah). Dari hasil analisis yang telah dilakukan secara keseluruhan hasil belajar IPA siswa melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah dalam kategori sedang karena frekuensi paling tinggi terdapat pada kategori tingkat kemampuan sedang yaitu 53,33% dari 30 siswa yang dijadikan sempel.


(6)

ii

Learning Jigsaw". Thesis Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2014

This study aims to analyze the results of study on the concept of the relationship between the science of living things with their environment through cooperative learning jigsaw . The method used in this study is a research method deskiptif . The target population in this study were all students of SDN 02 Muhara Citeureup -Bogor . Population affordable in this study were all fourth grade students at SDN Muhara 02 Citeureup-Bogor. Samples were taken using purposive sampling technique. The process of data analysis done with the preparation of learners standing order into three ranks , performed by classifying the students into three levels , namely the ranking of the top (Group Of High Ability Learners), the middle rank (Group Of Learners With The Ability To Moderate) , and bottom renking (Groups Of Learners With Low Ability). From the analysis that has been carried out on the whole the results of students' science learning through cooperative learning jigsaw is in the medium category because the highest frequency contained in the category of moderate skill level is 53.33 % of the 30 students who made sempel .


(7)

iii

Bismillaahhirrahmanirahiim,

Assalaamu’alaikun warahmatullahi wabarakaatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan ke haribaan Sang Penuntun Nabi Muhammad SAW. yang mendidik dan membawa umatnya dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Meskipun melalui banyak hambatan yang peneliti alami dalam penyusunan skripsi ini, namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan Penulis kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.


(8)

iv

M.Pd selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar dan penuh pengertian membantu, membimbing, dan memberikan pemahaman mengenai materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama peneliti mengikuti proses perkuliahan.

5. SDN Muhara 02 Citeureup-Bogor, khususnya Kepala Sekolah, guru kelas IV, siswa-siswi kelas IV, dan staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Teristimewa untuk kedua orang tua, Ibu Siti Choiriyah S,Pd dan Bapak Kusoy Trisna yang tak henti mendoakan, melimpahkan kasih sayangnya, dan memberikan dukungan moril maupun materiil kepada penulis.

7. Seluruh keluarga besar Sinan Hadi, dan untuk adikku Shifa Adriyanti yang telah banyak memberikan bantuan tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kawan-kawan seperjuangan Asri anita, Lulu apriyanti, Miftahul Janah, Rizki

Chairani, Asep Sulaeman, Yuli Sapriyanti atas semua canda tawa dan waktu yang telah dilewati bersama dan selalu memotivasi selama penyusunan skripsi ini.

9. Kawan-kawan bimbingan Siti Fauziyah Alpiana, Edah Zubaidah, Dwi Kurniati dan Annisa Nurul aini yang menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

10.Untuk semua rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009.


(9)

v

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada kami khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh

Jakarta, 20 Januari 2014


(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR. ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORIT DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Hasil Belajar IPA 1. Pembelajaran IPA di SD... 10

2. Prinsip Pembelajaran IPA ... 11

3. Tujuan Pembelajaran IPA... 11

4. Pengertian Hasil belajar IPA... 12

B. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Koopratif ... 16

2. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 20

3. Ciri-ciri Pembelajaranm Kooperatif ... 22

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 22

5. Macam-macam pembelajaran Kooperatif ... 24

6. Jigsaw sebagai salah satui pembelajaranan kooperatif ... 27

a. Pengertian Jigsaw ... 27


(11)

vii

c. Langkah-Langkah Jigsaw ... 29

C. Materi Konsep hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya ... 32

D. Penelitian yang Relevan... ... 36

E. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Instrumen Penelitian... 41

1. Penyusunan Kisi-Kisi... 42

2. Uji Coba Instrumen... 42

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50

1. Analisis Data Hasil Belajar IPA ... 50

B. Pembahasan ... 57

C. Keterbatasan Peneliti ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi ... 61

C. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 3.1 : Indeks Reliabilitas Soal ... 43

Tabel 3.2 : Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 44

Tabel 3.3 : Klasifikasi Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.4 : Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 46

Tabel 3.5 : Kisi-Kisi Instrumen Yang Sudah Valid ... 47

Tabel 4.1 : Patokan Menyuun Tiga Ranking ... 52

Tabel 4.2 : Konversi Nilai ... 52

Tabel 4.3 : Siswa Kategori Tingkat Kemampuan Tinggi... 52

Tabel 4.4 : Siswa Kategori Tingkat Kemampuan Sedang ... 54


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi- Kisi Instrumen

Lampiran 2 : Soal Uji Coba Instrumen Penelitian

Lampiran 3 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Lampiran 4 : Hasil Perhitungan ANATEST Skor Data Bobot Lampiran 5 : Hasil Perhitungan ANATEST Reliabilitas Tes Lampiran 6 : Hasil Perhitungan ANATEST Daya Pembeda Lampiran 7 : Hasil Perhitungan ANATEST Tingkat Kesukaran

Lampiran 8 : Hasil Perhitungan ANATEST Korelasi Skor Butir Dengan Skor Total Lampiran 9 : Instrumen Tes Hasil Belajar

Lampiran 10 : Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Lampiran 11 : RPP Pertemuan Ke 1

Lampiran 12 : RPP Pertemuan Ke 2

Lampiran 13 : Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA Siswa Lampiran 14 : Perhitungan Mean dan Standar Deviasi


(14)

x

Gambar 2.3 : Bagan Pelaksanaan Jigsaw ... 32 Gambar 4.1 : Kurva Normal ... 51 Gambar 4.2 : Kategori tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw ... 53 Gambar 4.3 : Kategori tingkat kemampuan sedang melalui model jigsaw .. 55 Gambar 4.4 : Kategori tingkat kemampuan rendah melalui model jigsaw .. 56


(15)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan kita. Ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak lepas dari pendidikan. Sebab, pendidikan berfungsi sebagai meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Sebagai mana tertera dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.1

Tentunya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari pihak siswa maupun guru yang mengajar. Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan2. Perubahan pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku dapat terjadi karena proses pembelajaran.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah

1

UU R.I NO.20 Th. 2003 Tentang Sisdiknas Dan Peraturan Pemerintah R.I Nomer 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2008), H..6

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Emaja Rosdakarya, 2010) H, 10


(16)

maupun masyarakat.3 Pendidikan di Indonesia, secara formal diawali oleh pendidikan pada level sekolah dasar. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang menjadi landasan bagi terlaksananya jejang pendidikan berikutnya. Pendidikan dasar memegang peranan sangat penting bagi jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, pendidikan pada level sekolah dasar harus berlangsung dan berhasil mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Sekolah merupakan sarana mengajar antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, dimana guru sebagai pemegang peranan utama. Kedua elemen ini sangat menentukan terdirinya proses belajar mengajar disekolah. Guru sebagai tenaga pengajar tentunya akan berfikir keras tentang bagaimana pengajaran yang ia ajarkan kepada siswa agar dapat dimengerti dan dipahami oleh mereka dengan cepat. Tentunya ini tidak lepas dengan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru tersebut.

Berhasilnya suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditunjukan oleh dikuasainya materi pelajaran oleh peserta didik. Keberhasilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menyusun program pembelajaran dengan metode yang tepat.

Sebagai seorang guru profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahuinya harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari diruang kelas. Meski demikian guru yang baik tidak akan terpaku pada strategi itu saja. Guru yang ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan teknik-teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi sendiri teknik-teknik pembelajaran pada setiap bab sesuai situasi kelas mereka. Dalam satu jam/sesi pelajaran, guru juga bisa memakai lebih dari satu teknik.

Setiap Sekolah di Indonesia selalu menggunakan kurikulum. Kurikulum disusun secara Nasional sesuai dengan tingkatan Sekolah. Dalam pasal 1 Butir 19

3

Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010) H,1


(17)

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.4

Kurikulum dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sangat sempit, seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam pelajaran.

Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial ataupun kemampuan bekerja. untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat penilaian tertentu. Keempat hal tersebut yaitu tujuan, bahan ajar, metode, alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum.5

Kurikulum bukanlah hanya berisi rencana pelajaran (Bidang Studi) disebuah lembaga pendidikan saja, akan tetapi semua aktifitas yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan dilembaga tersebut yang dapat mempengaruhi anak didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, kurikulum harus mengandung tujuan, isi (materi), metode pengajaran, dan evaluasi.IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang merupakan bagian dari kurikulum.

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai gejala alam yang ada dimuka bumi. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. dengan mempelajari IPA peserta didik dapat mengetahui gejala-gejala alam yang terjadi dilingkungannya. Dengan mempelajari IPA peserta didik juga dapat melakukan percobaan-percobaan tentang alam. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di

4

Undang- Undang R.I No.20 Th. 2003 Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah R.I Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2008). H.4

5

Nana Syaodih . Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) H. 3


(18)

tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Sebelumnya kita harus tahu bagaimana tujuan dari Mata Pelajaran IPA di SD/MI karena dengan memahami arti dari tujuan pembelajaran maka akan semakin tahu bagaimana seharusnya model pembalajarannya.Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. : (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2)Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep (3) IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan , (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.6

Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan image pada peserta didik tentang IPA adalah suatu bidang studi yang sulit untuk dipelajari.kelemahan pembelajaran IPA selama ini adalah pembelajaran IPA yang lebih menekankan pada menghafal sejumlah konsep, kurang menekankan pada hasil belajar. Hal ini dibuktikan melihat nilai raport siswa dengan disertai wawancara dengan guru, hambatan yang sering ditemui pada saat kegiatan belajar mengajar adalah hasil belajar yang masih rendah. Hal tersebut pada dasarnya tidak lepas dari peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Hal ini erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu metode ceramah. Faktor yang

6

Izza Aliyatul Muna, Metode Eksperimen Dengan Pemanfaatan Peralatan Dari Lingkungan Sekitar Untuk Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar ( Ponorogo: Cendikia, Vol.8 N0. 1 Januari-Juni 2010,H. 51-52


(19)

menjadi penyebab rendahnya nilai hasil belajar siswa adalah : Kurangnya minat dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran, Guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak menggunakan media dan alat peraga yang inovatif guru dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa merasa cepat bosan, Penjelasan materi pelajaran lebih berpusat pada guru sehingga tidak tercipta kondisi keaktifan dari siswa dan sering kali apa yang disampaikan guru tidak diserap oleh siswa dengan baik.

Melihat permasalahan tersebut guru hendaknya lebih bisa mengembangkan model pembelajaran yang ada, agar bisa menarik minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Pembelajaran IPA seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inpiratif dalam suasana menyenangkan, menggairahkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.Untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasikan model-model pembelajaran kedalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa–siswa di kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagi kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peranserta siswa secara optimal dalam pembelajaran dan pada akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar

Metode pengajaran yang masih sering digunakan adalah metode ceramah, diskusi kelompok kecil dan tanya jawab, cara pengajaran seperti ini belum memberikan hasil yang maksimal sehingga siswa cenderung pasif dan bosan dalam belajar. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa tidak maksimal. Berkaitan dengan hasil belajar, rendahnya hasil belajar IPA siswa dikarenakan siswa kurang memahami pelajaran yang diberikan guru. Ini disebabkan karna


(20)

guru dalam mengajar hanya menerangkan pelajaran dengan membaca buku, sehingga siswa sulit mengerti pelajaran tersebut dan mereka kurang mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi atau belajar berkelompok dengan teman-teman untuk bertukar pikiran. Akibatnya siswa hanya mengetahui pelajaran itu dari guru saja. Sehingga siswa mudah lupa dengan materi-materi yang telah dipelajari

Melihat permasalahan tersebut, hendaknya guru dapat memberikan variasi dalam metode belajar demi meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belaja dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi.7 Inti dari pembelajaran kooperatif adalah adanya kerjasama.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Desak Nyoman Purwati. Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan. Menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berdampak lebih baik secara signifikan terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan hasil belajar dengan model konvensional.8

Adapun kendala-kendala berdasarkan penelitian tersebut dikarenakan masih rendahnya nilai hasil mata pelajaran IPA . Hal ini nampak jelas dari rata-rata hasil belajar siswa yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimum. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran IPA tidak dikembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk

7

Zulfiani,Dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet Ke-1, H. 130

8

Desak Nyoman Purwati.Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan. Http://Pasca.Undiksha.Ac.Id/E-Journal/Index.Php/Jurnal_Pendas/Article/View/511/303 Diakses Pada 01 Juli 2013 Pukul 20.07 WIB


(21)

memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Sangat banyak penelitian yang dilakukan tepisah oleh orang-orang yang berbeda dalam konteks yang berlainan mengenai penggunaan metode pembelajaran Cooperative learning. Pada umumnya hasil-hasil penelitian tersebut mendukung penggunaan metode pembelajaran cooperative learning. Data tersebut menunjukan bahwa suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologi yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa (johnson & jhonson)9

Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa model, salah satunya adalah model Jigsaw. Melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw siswa dilatih untuk bekerjasama, mendengarkan, dan menghargai pendapat teman, mampu berinteraksi dan berkomunikasi antar siswa, serta bertanggung jawab dalam penguasaan materi yang sudah menjadi tugasnya. Model jigsaw ini merupakan pembelajaran yang mengutamakan aktifitas dan kreatifitas berfikir siswa dalam kegiatan kelompok. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil10. Pembelajaran jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu menguasai materi untuk mencapai prestasi yang maksimal.11 Dengan demikian pembelajaran kooperatif metode jigsaw bisa menjadi pertimbangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Melihat dari persoalan ini, ternyata tidak hanya satu sekolah yang hasil belajar IPA nya masih rendah, bahkan hampir sebagian besar masih banyak sekolah-sekolah yang hasil belajar IPA masih di bawah KKM. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SDN Muhara 02 Citeureup tahun ajaran 2012-2013, diperoleh hasil belajar IPA siswa yang masih rendah. Hal ini

9

Anita lie, mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang kelas, (jakarta: PT. Grasindo, 2002) h,7

10

Sudarmaji, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), H. 62

11

Zulfiani,Dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet Ke-1, h. 143


(22)

dilihat dari nilai hasil latihan dan ulangan IPA masih ada yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 65. Dengan melihat rendahnya hasil belajar bidang Studi IPA, tentu perlu dilakukan sebuah usaha dalam mengatasinya guna meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan paparan diatas maka penulis merasakan perlu melakukan penelitian masalah ini dengan mengangkat judul Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang terjadi terkait dengan Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPA yaitu:

1. Kurangnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran

2. Guru dalam mengajar hanya menerangkan pelajaran dengan membaca buku

3. Rendahnya hasil belajar IPA dibandingkan mata pelajaran lain 4. Pembelajaran ceramah membuat siswa merasa cepat bosan. 5. Pembelajaran berpusat pada guru

6. Nilai siswa untuk mata pelajaran IPA masih di bawah KKM C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pokok bahasan dalam penelitian, maka untuk mengarahkan penelitian ini perlu batasan masalah. Maka fokus masalah dibatasi hanya pada aspek-aspek berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan Untuk Penelitian Ini melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw.

2. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah Hanya Mengukur Hasil Belajar IPA ranah kognitif pada konsep hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya


(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang ada, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Hasil Belajar IPA Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis Hasil Belajar IPA Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan tentang pembelajaran dalam proses belajar mengajar

b. Memberi informasi tentang pengaruh pembelajaran kooperatif khususnya dengan Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa

c. Dapat menjadi dasar bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam

2. Manfaat praktis

a. Bagi Siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar dan sebagai bahan masukan tentang salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA.

b. Bagi guru IPA, dapat memberikan alternatif pembelajaran untuk diterapkan dalam proses pembelajaran IPA di kelas, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA

c. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan penelitian tentang penerapan Pembelajaran Kooperatif model Jigsaw.


(24)

10

BAB II

DESKRIPSI TORITIS

A. Hasil Belajar IPA

1. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai gejala alam yang ada dimuka bumi. IPA sangat perlu disekolah dasar karena dengan mempelajari IPA peserta didik dapat mengetahui gejala-gejala alam yang terjadi dilingkungannya. Dengan mempelajari IPA peserta didik juga dapat melakukan percobaan-pecobaan tentang alam.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.1

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Sekolah Dasar (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional 2006), H. 484-485


(25)

2. Prinsip Pembelajaran IPA

a. Prinsip motivasi adalah keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam (instrinsik) dan ada yang timbul dari luar (ekstrinsik)

b. Prinsip latar yaitu pada hakekatnya peserta didik sudah mempunyai pengetahuan awal. Oleh karena itu guru harus mengetahui pengetahuan keterampilan, dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik.

c. Prinsip menemukan. Pada dasarnya peserta didik memiliki rasa keingintahuan yang besar sehingga berusaha untuk mencari dan menemukan. Maka berikan kesempatan kepada peserta didik supaya merasa senang.

d. Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing) pengalaman belajar dengan cara praktek merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan, maka sebaiknya peserta didik diarahkan untuk melakukan kegiatan belajar secara langsung.

e. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, maka setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana menyenangkan dengan permainan2.

3. Tujuan Pembelajaran IPA

Dalam kurikulum 2006 (KTSP) disebutkan bahwa pendidikan IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta, sehingga ipa bukan hanya penguasaan kumpulan ilmu-ilmu pengetahuan yang berupa fakta, konsep, dan prinsip-prinsip saja, maka dari itu tujuan pendidikan IPA di SD/MI dalam kurikulum 2006 (KTSP) dirumuskan sebagai berikut:

a) Dapat meyakini terhadap keyakinan tuhan yang maha esa berdasarkan keberadaan, keindahan, keteraturan alam ciptaan-nya.

b) Mengembangklan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep ipa yang bermanfaat sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2

Panitia Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru, Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi


(26)

c) Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara ipa, lingkungan, tekhnologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidikialam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.

f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam sebagai salah satu ciptaan tuhan.

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan ipa sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.3

4. Pengertian Hasil belajar IPA

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaktif dengan lingkungan. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi perubahan prilaku adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.4 Jadi belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Belajar adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.5 Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu.belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.6 Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian

3

Panitia Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru, Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi

Guru (Bogor :Universitas Pakuan, 2011), h,193 4

Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung : Cv Wacana Prima, 2011) h, 38 5

Zikri Neni Iska. Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta :Kizi Brothers 2011). h. 65 6

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Sinar Baru Algensindo , 2004) h,28


(27)

tingkah laku yang berlangsung secara progresif.7 Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang hidup, mulai dai bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan yang kompleks.8

Dengan demikian dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat , watak, penyesuaian diri. Jadi dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan manusia seutuhnya.

Proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktpr eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar.9 Ada beberapa faktor dalam belajar antara lain : motivasi untuk belajar, tujuan yang hendak dicapai, dan situasi yang mempengaruhi proses belajar.

a. Motivasi untuk belajar

Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau bertujuan. Itu sebabnya sering mendengar istilah motif dan dorongan, dikaitkan dengan prestasi atau keberhasilan, yang dikenal dengan motif berprestasi (Achivement Motive). Hal ini berarti bahwa keinginan mencapai suatu keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkah laku atau melakukan kegiatan belajar.

b. Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang hendak diyuju oleh proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan. Sebagaimana motivasi, tujuan sebagai salah satu faktor yang terdapat dalam belajar seharusnya timbul dan ada pada diri siswa.

c. Situasi yang mempengaruhi proses belajar

7

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya 2010). h, 88

8

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 106

9


(28)

Faktor situasi atau keadaan yang mempengaruhi proses belajar pada siswa berkaitan dengan diri siswa sendiri, keadaan belajar, proses belajar, guru yang memberi pelajaran teman belajar dan bergaul, serta program belajar yang ditempuh merupakan faktor penting dalam belajar. 10

Dalam dunia pendidikan, khususnya dibidang pengajaran, evaluasi sering

didasarkan pada “hasil” dari proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu

atau setelah suatu topik materi diajarkan. Sedangkan “hasil” proses belajar

mengajar tersebut pada umumnya didapatkan melalui pengukuran terhadap kemampuan atau penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan. Sedangkan evaluasi pada umumnya didasarkan pada hasil pengukuran.

Sudjana mengatakan Hasil Belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yang meliputi kemampuan-kemampuan Kognitif , Afektif, dan Psikomotor.

Hasil Belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, secara umum belajar dapat dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar. Belajar adalah usaha mengubah tingkah laku, jadi adanya hasil belajar pada diri seseorang ditandai dengan perubahan tingkah laku, oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi proses belajar.

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiiki seseorang. Penguasaan hasil belajar oelh seseorang dapat dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di

10


(29)

sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf,seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.11 Selain belajar, hasil belajar juga mempunyai berbagai faktor yang mempengaruhi. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar adalah : 1) Faktor raw input (yakni factor murid/anak itu sendiri) di mana tiap anak

memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam: a) Kondisi fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek,tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya(karena ini akan mengganggu kondisi fisiologis), dan sebagainya, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Di samping kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kondisi panca indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. b) Kondisi psikologis

Di bawah ini faktor psikologis yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah :Minat, Kecerdasan, Bakat, Motivasi.

2) Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami ataupun lingkungan social. Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial.

a) Lingkungan fisik/alami termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.

11

Nana Syaodih S, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 102-103


(30)

b) Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah disarankan agar lingkungan sekolah didirikan di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu lintas dan pasar.

3) Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari:

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan. Faktor-faktornya yaitu:12

a) Kurikulum

b) Program/bahan pengajaran c) Sarana dan fasilitas

d) Guru (tenaga pengajar)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pembelajaran IPA pada satu pokok bahasan.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis. Pembelajaran kooperatif bukanlah suatu pembelajaran yang baru. Pembelajaran ini bernaung dibawah konstruktivistik, dimana siswa secara aktif memperoleh pengetahuan baru, dan guru hanya sebagai fasilitator.Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Menurut Trianto, dalam pembelajaran kooperatif siswa saling bekerja sama untuk memecahkan masalah-masalah yang komplek.13 Jadi hakikatnya kerja

12

H. Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), h. 103 13

Trianto, mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, jakarta : kencana prenada media group, 2009 cet.I h. 56


(31)

sama dalam kelompok sejawat menjadi aspek yang penting dalam pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dapat dipandang sebagai model, karena mempunyai uraian materi ajar, media dan waktu. Selain itu belajar kooperatif dapat dipandang sebagai suatu model belajar, karena pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, yang didalamnya terdapat penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.14 Secara etimologis, kooperatif berarti bekerja bersama-sama, bersedia membantu. Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama-sama dalam memcapai tujuan berbersama-sama.

Beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para tokoh, diantaranya menurut Davidson dan Worshman adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan ketrampilan sosial yang bermuatan akademis.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan, yaitu antara empat sampai enam orang yang merupakan latar kemampuan, akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif pada kelompoknya. Ketergantungan positif ini kemudian akan menimbulkan tanggang jawab individual terhadap kelompok dan keterampilan antar personal (interpersonal intellegence) dari setiap anggota. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk

14

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, (Jakarta: Penada Media Group, 2010) H. 56


(32)

keberhasilan kelompok, sehingga setiap individual akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok15

Kagan mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi instruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran.16

Roger, dkk. menyatakan cooperative learning is group learning organized in sach a way that learning is based on the socially structured change of information beeetwen learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning if other. (pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertangggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain). Sementara itu,Parker mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan sementara.17

Strategi pembelajaran kooperatif beranjak dari pemikiran “getting better together” yang menekankan pada pemberian kesempatan yang lebih luas dan suasana yang kondusif dimana siswa dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap,nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran berkelompok. Posamentier secara sederhana menyebutkan belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah tugas atau beberapa tugas.Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga

15

Walija, Pembelajaran Keterampilan Menulis Menggunakan Strategi Belajar Kooperatif. Education Indonesia.1, 2010, H.70

16

Masitoh, Strategi Pembelajaran ( Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia 2009) H. 232

17


(33)

siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan pembelajaran mereka dan antara mereka.18 Inti dari pembelajaran kooperatif adalah adanya kerjasama.

Menurut Sanjaya pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda atau heterogen.19 Sedangkan menurut Davinson dan Worsham dalam bukunya strategi pembelajaran sains mengungkapkan pengertian pembelajaran kooperatif sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; (4) adanya tujuan yang harus dicapai.20

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, saling membantu dalam belajar, kelompok belajar terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan beragam. Kekhasan kooperatif adalah siswa ditempatkan dalam kelompok kooperatif dan tinggal bersama dalam satu kelompok untuk beberapa minggu atau bulan. Siswa biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik muntuk membantumereka bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik memberikan penjelasan dengan baik, mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lain.21 Roger dan david johnsen menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap belajar kooperatif . untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu: (1) Saling Tergantung Secara

18

Zulfiani,Dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Jakarta, 2009), Cet Ke-1, H. 130

19

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Prenanda Media Group, 2006), H, 242

20

Wina ,Op. Cit.,h. 241.

21

Panitia Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru, Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi


(34)

Positif (2) Tanggung Jawab Perseorangan (3) Tatapa Muka (4) Komunikasi Antar Anggota, (5) Evaluasi Proses Kelompok.22

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Strategi belajar kooperatif mempunyai dampak pembelajaran sekaligus, yaitu disamping peningkatan prestasi akademik peserta didik (Student Achievement), penerimaan terhadap teman yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain.23 Pembelajaran kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan prestasi siswa. Dengan memiliki doronganatau motivasi yang positif seseorang siswa akan menunjukan minatnya.

2. Tujuan dan manfaat pembelajaran kooperatif

Diawal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Johnson & johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.24

Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dan beberapa prilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan.

22

Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia. 2002) h, 31

23

Walija, Pembelajaran Keterampilan Menulis Menggunakan Strategi Belajar

Kooperatif, (Jakarta : Education Indonesia. 2010) h.71

24

Trianto, Mendisain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana 2010). h.57


(35)

Penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa dan akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri, alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu.25

Anita Lie mengungkapakan bahwa ada beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa yang lain.

b. Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan. c. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat.

d. Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri) e. Meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif. f. Meningkatkan hasil belajar siswa26

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ludgren pembelajaran kooperatif memiliki manfaat antara lain27 :

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

c. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah. d. Memperbaiki kehadiran.

e. Angka putus sekolah menjadi rendah.

f. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar. g. Prilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

h. Konflik antar pribadi berkurang.

25

Robert E. Slavin. Cooperative learning teori,riset dan praktek (london: allymand bacon, 2005) h.4-5

26

Zulfiani,Dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet Ke-1, h. 135-136

27


(36)

i. Sikap apatis berkurang.

3. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Ciri-ciri lain dari strategi pembelajaran kooperatif menurut Stahl yaitu: a. Belajar bersama dengan teman,

b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok, d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok,

e. Belajar dalam kelompok kecil,

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri,

h. Siswa aktif,

Sedangkan menurut Johnson dan Johnson mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah;

1) Terdapat saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok, 2) Dapat dipertanggung jawabkan secara individu,

3) Heterogen,

4) Berbagi kepemimpinan, 5) Berbagi tanggung jawab,

6) Menekankan pada tugas dan kebersamaan, 7) Menentukan kebersamaan sosial,

8) Peran guru/dosen mengamati proses balajar siswa 9) Efektifitas belajar tergantung pada kelompok 4. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Enam tahap pembelajaran itu dirangkum oleh Ibrahim seperti pada tabel berikut:


(37)

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif28

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase-1

Menyampaiakna tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama. Mereka mengkordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk

28

Muslimin Ibrahim, Dkk., Pembelajaran Kooperatif (Surabaya : 2001) Unesa- Universitas Press, Cet Ke-2 H, 10


(38)

menycapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.29

5. Macam-macam model pembelajaran kooperatif

Beberapa kata kunci dalam pembelajaran kooperatif adalah learning together, cooperative, working in team. Model pembelajaran kooperatif dapat disajikan dengan menggunakan berbagai metode, seperti Teaching Game Team (TGT), Number Head Together (NHT), Studen Teams Achievement Division(STAD), Team Accelerated Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)30, investigasi kelompok ( Group Investigation) , model Make A Match ( Membuat pasangan) dan Jigsaw. Berikut akan di paparkan secara ringkas mengenai beberapa pendekatan pembelajaran kooperatif.

a. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Teaching Game Team)

Model pembelajaran kooperatif jenis ini mengadopsi pembelajaran mandiri siswa dengan saling bertanta antar kelompok secara bergantian. Tahap pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Guru memberikan penjelasan umum tentang materi yang akan dipelajari. Siswa dikelompokan kedalam beberapa kelompok anggota 5-6 orang. Siswa mendiskusikan penjelasan guru serta materi yang diberikan, setelah selesai salah satu kelompok bertanya kepada kelompok yang ditunjuk terkait materi yang telah didiskusikan. Apabila pertanyaan tidak dapat dijawab maka kelompok yang bersangkutan tidak mendapatkan nilai. Setelah itu setiap kelompok bergantian mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain.guru mengevaluasi dan menyimpulkan pembelajaran.

b. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division)

Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh slavin yang ide dasarnya adalah belajar kelompok dengan mengandalkan kelompok prestasi. Adapun tahapan pembelajaran adalah sebagai berikut:

29

Muslim Ibrahim, dkk.,Pembelajaran Kooperatif....h.5-6 30

Zulfiani,Dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet Ke-1, h. 137


(39)

Membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Memberi evaluasi dan menarik kesimpulan.

c. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together)

Model pembelajaran kooperatife tipe NHT (kepala bernomor) merupakan pengembangan dari model kooperatif tipe TGT model ini dikembangkan pertama kali oleh kagan. Ciri khususnya adalah pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi ide. Setiap kelompok harus memastikan bahwa anggotanya memahami dan menguasai tugas, sehingga semua siswa memahami konsep bersamaan. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut: siswa dibagi dalam dua kelompok dimana setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor. Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok. Guru memanggil nomor siswa untuk menjawab tugas.

d. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD). Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran

tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya

e. Team Accelerated Instruction (TAI)

Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK). TAI juga mirip dengan STAD


(40)

dalam hal komposisi tim. Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda.

f. Investigasi kelompok (Group Investigation)

Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi ( pokok bahasan) yang akan diajarkan dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempersentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas untuk berbagi saling tukar informasi

g. Model Make A Match ( Membuat Pasangan)31

Model make a match ( membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Penerapan metode ini adalah dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/sial sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya lalu diberi poin.

h. Jigsaw

Jigsaw merupakan salah satu variasi dari model pembelajaran kooperatif. Pengertian jigsaw adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.

31

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ( Jakarta: Rajagrafindo Persada 2011) h.223


(41)

6. Jigsaw sebagai salah satu pembelajaran kooperatif a. Pengertian jigsaw

Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan juga yang menyebutkannya dengan istilah puzzel yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.32

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji coba oleh Aronson et al sebagai metode cooperative learning. Teknik ini biasa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis mendengarkan ataupun berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam,ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.33

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian, siswa saling ketergantungan satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Metode pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan “positive

interdependence”, serta saling pengertian diantara siswa. Hal ini disebabkan oleh

karakteristik pembentukan kelompok siswa, dimana masing-masing siswa memiliki tugas yang setara.34 Pembelajaran jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

32

Rusman , Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta : Rajawali Press, 2011). H. 217

33

Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning, (Jakarta: Pt Gramedianwidiasarana Indonesia, 2002), Cet Ke-1, H. 69

34

Panitia Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru, Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi


(42)

menguasai materi untuk mencapai prestasi yang maksimal.35 Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar karena a) siswa tidak tertekan dalam belajar b) meningkatkan jumlah partisipasi siswa dalam kelas c) mengurangi kebutuhan daya saing dan d) mengurangi dominasi guru dalam kelas.

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/ subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang.36 Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam : a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada teman-temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.

b. Kelebihan dan kekurangan jigsaw

Metode pembelajaran jigsaw mempunyai kelebihan dan kekurangan. 1) Kelebihan dari metode jigsaw

Jigsaw memiliki kelebihan yaitu membantu peserta didik (siswa) dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep. Menumbuhkan kemampuan kerjasama. Dapat berfikir kritis dan aktif, mengembangkan keterampilan sosial, dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya. Memberi

35

Zulfiani,Dkk,Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet Ke-1, h. 143

36

Afrisanti Lusita, Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Insfiratif, Dan Inovatif,


(43)

peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang. Belajar saling menghargai atau menerima keragaman. Bertukar informasi dan belajar bertanggung jawab. Dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi, efektif dan efisien.

Jhonson & jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah37 : a) Meningkatkan hasil belajar

b) Meningkatkan daya ingat

c) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi d) Mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik (kesadaran individu) e) Meningkatkan hubungan manusia yang heterogen

f) Menciptakan sikap anak yang positif terhadap sekolah g) Meningkatkan sikap positif terhadap guru

h) Meningkatkan harga diri anak

i) Meningkatkan prilaku penyesuaian sosial yang positif j) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 2) Kekurangan dari metode jigsaw

Kekurangan adalah sulit untuk menguasai kelas, sulit mengorganisasikan tempat duduk. Murid cenderung ramai dan tidak berdiskusi. Jika ada salah salah satu anggotakelompok yang tidak kompak maka akan mempengarui nilai kelompoknya.

c. Langkah-langkah jigsaw

Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

37

Rusman , Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta : Rajawali Press, 2011). H 219


(44)

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :

Kelompok asal

Kelompok Ahli

Gambar 2.1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Langkah-langkah pelaksanaan teknik Jigsaw menurut anita lie, adalah sebagai berikut :

1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi 4-5 bagian 2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengalaman

mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran hari ini. 3) Siswa dibagi dalam kelompok berempat.

4) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian kedua dan seterusnya

5) Kemudian, siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian mereka masing-masing.

6) Setelah selesai siswa saling berbagi mengenai bagan yang dibaca atau dikerjakan masing-masing.

7) Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa.

8) Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu.


(45)

Kelompok asal 5 atau 6 orang yang heterogen dikelompokan

Gambar 2.2 Ilustrasi Yang Menunjukan Tim Jigsaw38

Dalam buku lain dituliskan langkah-langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes,And Snapp, 1978): 39

a) Siswa dikelompokan kedalam = 4 anggota tim b) Tiap orang dalam tim diberi materi yang berbeda

c) Tiap orang dalam tim dibagi bagian materi yang ditugaskan.

d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dengan kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

f) Tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi g) Guru memberi evaluasi

h) Penutup

38

Ibid ,h. 58

39

Yatim prianto, paradigma baru pembelajaran: sebagai referensi bagi guru/pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas, (jakarta : kencana 2009), h. 271-272


(46)

Gambar 2.3 Bagan Pelaksanaan Jigsaw40

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tipe jigsaw adalah ; a) Menggunakan strategi tutor sebaya

b) Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok asal (home) dan kelompok ahli. c) Dalam kelompok ahli peserta didik belajar secara kooperatif menuntaskan

topik yang sama sampai mereka menjadi ahli

d) Dalam kelompok asal setiap siswa saling “ mengajarkan” keahlian masing -masing.

C. Materi konsep Hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya Tidak ada makhluk hidup yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, termasuk manusia. Misalnya, agar dapat bertahan hidup manusia perlu makan. Makanan manusia berasal dai tumbuhan dan hewan. Sementara itu, hewan peliharaan dan tumbuhan tidak dapat hidup dengan baik tanpa bantuan manusia.

40


(47)

1. Hubungan antar makhluk hidup

Amati lingkungan di sekitarmu dengan saksama! Pada beberapa makhluk hidup, terdapat hubungan yang bersifat khusus. Hubungan khusus antarmakhluk hidup disebut simbiosis. Simbiosis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme, dan simbiosis komensalisme.41 Dalam suatu lingkungan ada berbagai macam hubungan antarmakhluk hidup. Ada hubungan yang saling menguntungkan dan ada pula hubungan yang tidak saling menguntungkan. Untuk lebih memahaminya, perhatikan uraian berikut ini:

a. Simbiosis Mutualisme

Simbiosis mutualisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang bersifat saling menguntungkan. Kamu tentu pernah melihat seekor lebah yang sedang hinggap di atas bunga untuk menghisap madu. Pada waktu lebah hinggap dibunga kaki-kaki lebah menyentuh serbuk sari bunga sehingga kaki yang ditempeli serbuk sari tersebut akan menempel pada putik apabila lebah bergerak di sekitar bunga. Serbuk sari kemudian bertemu dengan putik maka terjadilah penyerbukan. Setelah terjadi proses penyerbukan maka terjadilah proses pembuahan. Kerjasama yang terjadi antara bunga dan lebah ini disebut simbiosis mutualisme. Contoh lainnya adalah burung jalak yang memakan kutu di punggung kerbau.

Antara Bunga Dan Lebah b. Simbiosis Parasitisme

Simbiosis parasitisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang mengakibatkan makhluk hidup yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan

41

Budi Wahyono, Ilmu pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas IV (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008) h,59


(48)

makhluk hidup lainnya mengalami kerugian.Ada kalanya hubungan antarmakhluk yang satu diuntungkan dan yang lainnya dirugikan. Pernahkah kalian melihat tanaman tali putri melilit pada tanaman pagar? Bagaimanakah keadaan induk tanaman tersebut? Apakah mereka dapat tumbuh subur? Dapatkah kamu menjelaskannya? Hubungan antar makhluk hidup yang salah satunya dirugikan disebut simbiosis parasitisme. Contoh lainnya dapat kamu temukan pada pohon mangga yang ditempeli benalu. Benalu termasuk tumbuhan parasit, benalu hidup pada tumbuhan atau makhluk hidup lain sehingga merugikan makhluk hidup yang ditumpanginya. Tumbuhan yang ditumpangi benalu disebut tumbuhan inang. c. Simbiosis Komensalisme

Simbiosis komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang menguntungkan salah satu pihak, tetapi tidak merugikan pihak lain. Hubungan antar makhluk hidup dimana yang satu diuntungkan sedang yang lainnya tidak diuntungkan atau dirugikan disebut simbiosis komensalisme. Misalnya ikan hiu dengan ikan remora. Pada saat ikan hiu memperoleh makanan sisa-sisa makanan tersebut dimakan oleh ikan remora. Ikan remora mendapatkan keuntungan dari ikan hiu. Sedangkan ikan hiu tidak dirugikan dengan keberadaan ikan remora. Salah satu contoh simbiosis komensalisme

Suatu jenis burung yang buas memangsa ulat di pohon secara tidak langsung membantu tumbuhan yang daunnya menjadi makanan ulat. Apabila burung pemangsa jumlahnya berkurang maka jumlah ulat semakin banyak dan tumbuhan yang menjadi makan ulat menjadi berkurang. Dengan demikian, secara tidak langsung antara burung dengan tumbuhan terdapat bentuk saling ketergantungan. Kotoran cacing tanah akan menjadi humus yang diperlukan bagi tumbuhan. Sementara, daun-daun tumbuhan yang berjatuhan dan membusuk menjadi bahan makanan cacing tanah. Contoh di atas menunjukkan hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan ini disebut ekosistem. Tikus yang ada di sawah memakan padi. Semakin banyak jumlah tikus semakin banyak pula padi yang dimakan oleh tikus. Namun demikian, terdapat hewan yang terbiasa memakan tikus misalnya ular sawah. Ular sawah dapat mengurangi hama tikus. Cacing tanah dapat membantu kesuburan tanah dengan membentuk rongga.


(49)

2. Rantai Makanan

Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat katak, tikus, atau ular. Apakah hewan-hewan tersebut saling berhubungan? Apa yang terjadi jika padang rumput yang berada di permukaan bumi ini lenyap. Hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup dapat berupa hubungan makan dan dimakan. Hubungan ini akan membentuk rantai makanan. Jadi Rantai makanan adalah perjalanan makan dan dimakan dengan urutan tertentu antar makhluk hidup.

Contoh Salah Satu Rantai Makanan

Contoh Rantai Makanan Sawah42 3. Jaring-Jaring Makanan

Rumput sebagai produsen tidak hanya dimakan oleh belalang saja, tetapi juga dimakan oleh burung dan hewan lainnya. Ular tidak hanya memakan

42

Budi Wahyono, Ilmu pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas IV (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008) h,62


(50)

katak saja tetapi juga memakan tikus, ayam, dan hewan lainnya. Sekumpulan rantai makanan ini saling berhubungan satu dan yang lainnya membentuk jaring jaring makanan. Contoh jaring-jaring makanan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Contoh Jaring-Jaring Makanan

Pada jaring-jaring makanan tersebut terdapat beberapa rantai makanan. di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Padi → Tikus → Elang → Pengurai

2) Padi → Tikus → Musang → Elang → Pengurai 3) Padi → Burung → Musang → Elang → Pengurai 4) Padi → Burung → Elang → Pengurai

D. Penelitian yang Relevan

1. Yulnita Sari,dkk, dalam skripsi yang berjudul Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IVA SDN 001 Seikijang Kecamatan Bandar Seikijang, Pelalawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA, peningkatan yang terjadi adalah sebesar (70.3%) yaitu (66.8%) pada siklus I menjadi (73.8%) pada siklus ke II. Penelitian ini juga memberikan hasil terjadinya peningkatan

2. Diana Supriyatin. dalam skripsinya yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Dengan Metode Jigsaw Dan Ekspositori Pada Konsep Elektrolit Dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai, Skripsi, Jurusan Pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Iniversitas


(51)

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa menggunakan metode jigsaw lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran ekspositori pada konsep Elektrolit Dan Nonelektrolit Terintegrasi Nilai. Siswa memberi respon positif terhadap metode jigsaw.

3. Enny Sulistyowati, 2005. Dalam skripsinya yang berjudul pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar matematika SMPN 1 kromogen. Hasil penelitian menunjukan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw lebih tinggi dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

E. Kerangka Berpikir

Permasalahan yang dihadapi didunia pendidikan sangat kompleks. Salah satunya adalah pengajaran yang monoton. Seorang guru diminta profesional dalam menghadapi siswa.

Pembelajaran IPA selalu dianggap pelajaran yang sulit. Alasnnya pun bermacam-macam dari materi yang terlalu rumit dan sulit dipahami, hingga menyampaikan materi yang monoton, yaitu ceramah dan mencatat. Anggapan yang melekat pada siswa ini berusaha dihilangkan oleh guru, dengan cara mengubah strategi mengajar yang selama ini mereka gunakan dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar.

Dalam meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan adanya penggunaan model, strategi, atau pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu model yang digunakan adalah jigsaw. Pembelajaran dengan model jigsaw dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPA karena dapat digunakan untuk meningkatkan peranaktif siswa dikarenakan model ini melibatkan siswa secara menyeluruh di dalam kelas. Sehingga dapat meningkatkan kemempuan memori dan belajar selama proses pembelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.


(52)

Adapun kerangka berpikir ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Pendekatan awal kurang tepat

Pembelajaran Kooperatif

Model Jigsaw


(53)

39

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Muhara 02 yang beralamat di Jln. Kp Muhara RT 01 RW 08 Desa Citeureup - Bogor. Waktu yang penulis gunakan untuk mengadakan penelitian ini adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, yaitu pada tanggal 21 Oktober – 30 November 2013.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskiptif. Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Disamping itu, penelitian ini juga merupakan penelitian dimana pengumpulan datanya dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yakni menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Pada penelitian ini peneliti hanya menganalisi hasil belajar IPA siswa.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Muhara 02 Citeureup-Bogor. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SDN Muhara 02 Citeureup-Bogor. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteleti. Sampel diambil dari populasi, Sampel ini diambil menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu Teknik pengambilan sempel dengan pertimbangan tertentu.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 173.


(54)

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV-B SDN Muhara 02 Citeureup semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Yang kemudian dikelompokan menjadi tiga kategori kelompok, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Siswa dikelompokan berdasarkan standar deviasi yang diolah dari data ulangan harian siswa.

D. Prosedur penelitian

Secara garis besar, prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Tahap-tahap penelitian tersebut, diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Adapun langkah-langkah tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis Standar kompetensi dan Kompetensi dasar dengan KTSP yang dipergunakan sekarang, serta menganalisis materi pada buku teks atau paket untuk menentukan bahasan yang pembelajarannya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya. b. Membuat RPP yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

kooperatifmodel jigsaw

c. Membuat atau menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang dibuat oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing

d. Menguji instrumen

Pengujian validitas instrumen penelitian tes hasil belajar diperbaiki sesuai dengan saran para ahli selanjutnya instrumen diuji cobakan kepada siswa kelas 5 SD untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Hasil validitas instrumen dikonsultasikan kepada dua dosen pembimbing. Apabila lingkungan tersebut telah disetujui oleh para ahli, maka instrumen tersebut akan digunakan untuk penelitian

e. Menghubungi guru dan kepala sekolah untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Shita Aditya panggilan Shita lahir di Bogor pada tanggal 22 september 1991 dari pasangan suami istri Bapak Kusoy Trisna dan Ibu Siti Choiriyah. Peneliti adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di Jl. KH. Natsir Kp. Lemper RT 01/06 No. 23 Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Negeri Citeureup 07 lulus tahun 2003, SMP Negeri 01 Citeureup lulus tahun 2006, SMA Negeri 01 Citeureup lulus tahun 2009, dan mulai tahun 2009 mengikuti program S1 PGMI UIN Jakarta sampai dengan sekarang. Pada semester akhir tahun 2014 penulis

telah menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Hasil Belajar IPA Siswa Pada Konsep Hubungan Antar Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya


Dokumen yang terkait

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PEMBELAJARAN IPA BERPENDEKATAN JAS (JELAJAH ALAM SEKITAR) MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KARAKTER ILMIAH SISWA

1 4 154

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPA PADA KONSEP CIRI- CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP MELALUI Peningkatan Motivasi Siswa Dan Hasil Belajar Ipa Pada Konsep Ciri- Ciri Dan Kebutuhan Makhluk Hidup Melalui Pendekatan Jigsaw Di Kelas 3 Semester

0 1 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW :Penelitian Tindakan Kelas Tentang Pokok Bahasan Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya pada Siswa Kelas V SDN Margasari II.

0 0 35

Bab 03 – Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya – 1 Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

0 0 1

Bab 05 – Makhluk Hidup dan Lingkungannya – 1 Hubungan antar Makhluk Hidup

0 2 1

Bab 05 – Makhluk Hidup dan Lingkungannya – 2 Hubungan Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

0 0 1

Makhluk Hidup dan lingkungannya ( IPA Bab 1 )

0 0 2