commit to user
Pembelajaran kooperatif model jigsaw diharapkan mampu membuat siswa aktif dan membangun sendiri apa yang harus dikuasainya, siswa juga membangun
aspek sosialisasi karena metode ini merupakan kerja kelompok. Dalam proses pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, bertanya,
menyampaikan gagasan atau ide-idenya. Siswa juga dibiasakan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang disampaikan pada orang lain sehingga dalam berbicara
harus menggunakan dasar yang jelas, serta berani mempertahankan argumentasinya di depan orang banyak.
Belajar mandiri merupakan sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh individu yang tumbuh dari dalam diri berupa tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya belajar. Dalam belajar mandiri seorang memiliki keyakinan apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya. Pembelajaran yang demokratis dan
menghargai perubahan sekecil apapun yang akan dicapai akan membuat anak percaya diri. Rasa percaya diri akan memunculkan motivasi untuk selalu ingin
tahu, dan berusaha mencari makna dari hal-hal yang dipelajari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dan agar hasil penelitian ini lebih terfokus maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan belajar mandiri siswa ? 2. Bagaimana imlementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan hasil belajar IPS ?
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa.
b. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPS
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Mendiskripsikan dan menjelaskan implementasi pembelajaran koperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa
dan hasil belajar IPS. b. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan belajar mandiri siswa
melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas VII A di SMP Negeri 1 Buluspesantren pada semester 1 tahun
pelajaran 20092010 c. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan hasil belajar IPS
melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas VII A di SMP Negeri 1 Buluspesantren semester 1 tahun pelajaran
20092010
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan
belajar mandiri siswa b. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan hasil
belajar IPS. c. Digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam upaya melakukan
penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw sangat bermanfaat karena siswa akan mampu bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan
berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Siswa akan membangun sendiri pengetahuannya,
siswa akan mampu mengkaitkan konsep-konsep tertentu dengan kehidupan nyata, siswa akan belajar menjadi pemikir-pemikir, sehingga belajar akan
lebih bermakna. Apa yang dipelajari akan mudah dimengerti dan lebih lama tersimpan
dalam memori siswa, selanjutnya siswa tahu manfaat apa yang diperoleh dari sesuatu yang dipelajari. Hal ini akan mendorong siswa untuk ingin selalu
belajar, ingin selalu mengetahui sesuatu, ia akan selalu aktif mencari pengetahuan. Itu berarti siswa telah menyadari untuk apa ia belajar atau dapat
dikatakan mampu belajar mandiri, aktif, dan kritis . efek lebih lanjut dari kesadaran belajar mandiri, aktif dan kritis adalah hasil belajar siswa
meningkat.
commit to user
b. Bagi guru, hasil penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru akan berusaha
menerapkan strategi dan pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran di era yang menuntut siswa yang mandiri, aktif dan cerdas.
Disamping itu guru dapat merefleksi diri, guna mengetahui apa yang telah dilakukan terhadap siswanya. Dari hasil refleksi tersebut guru dapat
melakukan perbaikan, kemudian guru akan lebih aktif mengikuti perkembangan dalam pendidikan, kreatif dan inovatif terhadap hal-hal baru
yang bermanfaat bagi peningkatan berbagai kemampuan siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
c. Bagi penentu kebijakan baik sekolah maupun dinas terkait, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran
IPS di Sekolah Menengah Pertama SMP. Dengan hasil penelitian ini yang berwenang dapat memilih dan menentukan pendekatan yang sesuai dengan
tuntutan jaman, sehingga pembelajaran akan lebih bermutu, sesuai tuntutan kebutuhan pasar yaitu masyarakat yang akan menilai dan merasakan hasil
atau output dari pendidikan.
commit to user
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
Dalam bab ini akan didiskripsikan konsep-konsep yang berkaitan dengan judul dalam penelitian ini yaitu : implementasi pembelajaran kooperatif model
jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS. Diskripsi tersebut akan digunakan sebagai landasan bagi pemahaman
konsep yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Teori Teori Belajar
1 Teori Ausubel
Menurut Ausubel Isjoni,2009: 35 bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan proses mengkaitkan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Belajar seharusnya menerapkan apa yang disebut asimilasi
bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu menurut. Relly
Lewis dalam Toeti Sukamto, 1996: 25 diperlukan dua persyaratan yaitu : a materi yang secara potensial dan bermakna dan dipilih dan diatur oleh dosen
dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan serta pengalaman masa lalu mahasiswa, b suatu situasi belajar yang bermakna. Faktor motivasional
commit to user
memegang peranan yang sangat penting sebab mahasiswa tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai
keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Hal ini juga diatur oleh dosen sehingga materi tidak dipelajari secara hafalan. Suparno dalam
Isjoni,2009: 35 mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila pelajar mencoba menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan pelajar dan harus relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki pelajar. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga konsep-konsep
baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor-faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Belajar dapat dikelompokkan dalam dua dimensi, menurut Ausubel dalam Dahar, 1989 : 110 Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada. Pada tingkat pertama, belajar penerimaan reception learning menyangkut
materi dalam bentuk final, sedangkan belajar penemuan discovery learning yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh
materi yang dipelajari.
commit to user
Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini “belajar
bermakna meaningful learning “. Tetapi siswa mungkin saja tidak mengkaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep yang ada dalam struktur
kognitifnya, siswa hanya terbatas menghafal informasi baru tersebut: dalam hal ini terjadi “belajar hafalan rote learning”.
Dengan demikian,
cooperative learning akan dapat mengusir rasa jenuh dan bosan. Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok dan lebih
bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam
pembelajaran IPS terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan
langsung dari guru baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
2 Teori Piaget
Teori belajar kognitif yang terkenal adalah teori Piaget. Menurut Piaget dalam Suparno P, 1997:34, setiap individu mengalami tingkat-tingkat
perkembangan intelektual sebagai berikut: 1 sensori motor 0-2 tahun, 2 pra operasional 2-7 tahun, 3 operasional konkret 7-11 tahun, operasional
formal 11 tahun ketas. Bila merujuk pada teori Piaget, maka pelajar yang berada pada jenjang SMP usia berkisar 12-1415 tahun, termasuk dalam
kategori tingkat operasional formal. Pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih
commit to user
kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Ia
mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak Dahar dalam Isjoni,2009:37 Oleh karena itu cooperative learning dapat dilaksanakan pada jenjang SMP.
Menurut Piaget dalam Dahar,1988:181, perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberikan organisasi kemampuan untuk mensistematikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem
yang teratur dan berhubungan dengan struktur-struktur. Adaptasi merupakan organisasi yang cenderung untuk menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses
asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada dalam pikirannya untuk mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan.
Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi schemata yang ada dalam mengadakan adaptasi maka akan terjadi proses ketidakseimbangan
disequilibrium, yaitu ketidaksesuaian atau ketidakcocokkan antara pemahaman saat ini dengan pengalaman baru, yang mengakibatkan akomodasi.
Perkembangan intelektual merupakan proses yang terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan seimbang disequilibrium-
equilibrium.Tetapi bila terjadi kembali keseimbangan maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pada tingkat sebelumnya
Dahar,1998:182.
commit to user
Teori Piaget tentang perkembangan intelektual ini menggambarkan tentang konstruktivisme. Pandangan tersebut mengambarkan bahwa perkembangan
intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun pemahamannya dari hasil pengalamannya dan interaksi dengan lingkungannya.
Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus menerus melakukan akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi baru yang diterimanya.
Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran Slavin,1994:5 sebagai berikut:
1 Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekedar hasilnya. 2 Menekankan pada pentingnya peran siswa berinisiatif sendiri dan
keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran, Dalam pembelajaran di kelas pengetahuan tidak mendapat penekanan melainkan anak didorong
menemukan sendiri melalui interaksi lingkungannya, 3 Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan.Guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau kelompok-kelompok
kecil. Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran kooperatif sangat cocok
dalam kegiatan pebelajaran IPS. Karena pembelajaran kooperatif memfokuskan pada proses berpikir siswa, bukan sekedar pada hasil. Selain
itu pada pembelajaran ini mengutamakan peran siswa berinisiatif untuk menemukan jawaban dari soal yang diberikan guru dengan caranya sendiri
dan siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
commit to user
3 Teori Vygotsky
Selain Piaget, tokoh teori belajar kognitif lainnya adalah Vygotsky. Vygotsky dalam Slavin,1994:49 menekankan pada hakekat sosio cultural
pembelajaran, yaitu siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya. Lebih lanjut Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antara individu interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya sebelum fungsi mental yang
lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Ide lain yang dapat diambil dari Teori Vygotsky adalah scaffolding yaitu
pemberian sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap awal pembelajaran dan kemudian peserta didik tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan atau dorongan yang memungkinkan
peserta didik tumbuh sendiri. Implikasi Teori Vygotsky dalam pembelajarn sebagai berikut:
1 Dikehendaki tatanan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling
memunculkan Zone of Proximal Development mereka, yaitu tingkat
perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seorang siswa saat ini.
2 Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding yang berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap
awal dan kemudian siswa mengambil alih tangung jawab yang semakin
besar segera setelah ia dapat melakukannya.
commit to user
Teori Vygotsky ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari pembelajaran IPS kooperatif yang menekankan perlunya interaksi yang terus
menerus antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, juga antar siswa dengan pembimbing guru dan siswa dengan perangkat pembelajaran sehingga
setiap siswa mendapatkan manfaat positif dari interaksi tersebut. Hal ini terlihat di dalam kelompok masing-masing kelompok 4-6 siswa yang dirancang
dalam proses pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran IPS kooperatif bantuan yang diberikan guru hanya sebatas pada pertanyaan-pertanyaan awal
pemecahan persoalan yang diberikan oleh guru, dengan memberikan petunjuk atau saran sampai siswa mengerti maksud soal.
Vygotsky dalam Isjoni,2009: 39 mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua
pengertian yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan ialah pengertian yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah
pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau diproleh dari pelajaran di sekolah. Sedangkan Suparno dalam Isjoni,2009 : 39 mengatakan kedua
konsep itu saling berhubungan terus menerus. Apa yang dipelajari siswa di sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari dan sebaliknya. Dalam Teory Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara
domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruang kelas sedangkan aktivitas sosialnya dkembangkan dalam bentuk
kerjasama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru.
commit to user
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu prestasi akademik, penerimaan dan ketrampilan sosial
Arend, 1997:111. 1 Prestasi Akademik
Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial, juga dapat digunakan untuk mengkaitkan prestasi akademik. Pembelajaran
kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah maupun berprestasi tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang
berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah. 2 Penerimaan
Pengaruh penting model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, tingkat
sosial dan kemampuan. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk bekerja saling
bergantung terhadap tugas-tugas. 3 Pengembangan ketrampilan sosial
Tujuan terpenting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Hal ini sangat
penting mengingat siswa berasal dari masyarakat yang heterogen. Banyak anak-anak dan orang dewasa yang tidak mempunyai ketrampilan
kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan antar individu. Hal ini akan menyebabkan rasa tidak puas apabila diminta bekerjasama dalam
situasi yang kooperatif.
commit to user
c. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran menurut Joice dan Weil dalam Isjoni,2009:50 adalah Suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model
pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk memilih model yang tepat maka perlu diperhatikan relevansinya
dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai
berikut: 1 semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa maka hal itu semakin baik, 2 semakin sedikit waktu
yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik, 3 sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan, 4 dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru, 5 tidak ada satu metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi dan proses belajar yang ada. Hasan dalam
Isjoni,2009:50. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang
dapat diterapkan diantaranya model STAD, model Jigsaw, model Group Investigation, model Rotating Trio Ekchange dan model Group Resume
Isjoni,2009: 51-60
commit to user
1 Student Team Achievement Division STAD
Model ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu model
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Model STAD dalam proses pembelajarannya melalui lima tahapan yang meliputi : 1
tahap penyajian materi, 2 tahap kegiatan kelompok, 3 tahap tes individual, 4 tahap penghitungan skor individu dan 5 tahap pemberian
penghargaan Slavin dalam Isjoni, 2009:51
2 Jigsaw
Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model pembelajaran ini terdapat tahap-tahap dalam
penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukkan kelompok-kelompok siswa
tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan
kelompok seyogyanya heterogen baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan
untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian masing-masing siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-
commit to user
anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami
setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut. Langkah berikutnya setelah
masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya. Kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke
kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan kepada teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang
diberikan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa diberi kuistes untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.
3 Group Investigation GI
Pada model ini siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan
pada keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar cirri-ciri pembelajaran koopratif. Pada model ini siswa memilih sub topik yang ingin
mereka pelajari dan topik tersebut biasanya sudah ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar
berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik di dalam atau di luar sekolah,
setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka menganalisis, menyimpulkan dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil
belajar mereka di depan kelas.
commit to user
4 Rotating Trio Exchange
Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang . kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat
kelompok lainnya di kiri dan kanannya, berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor
untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0,1 dan 2 Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jam dan nomor 2 sebaliknya,
berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap berada di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru terseut
pertanyaan yang baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah
disiapkan.
5 Group Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6
orang siswa. Berikan penekanan mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat atau kemampuannya di kelas. Biarlah kelompok-kelompok tersebut
membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang
dipegang sekarang, ketrampilan, hobi, bakat dan lain-lain Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka.
commit to user
2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Panits dalam Suprijono,2009:54 menyebutkan ada beberapa istilah pembelajaran sosial yaitu pembelajaran kooperatif cooperative learning dan
pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada dia.
Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-
bentuk assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan
bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw, siswa belajar dalam
kelompok heterogen yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang disebut kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan
bagian dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok
yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut ahli. Keahlian tersebut
commit to user
dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada anggota kelompok menurut kemampuan mereka, atau ditunjuk oleh guru sesuai dengan kemampuan
mereka. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama ahli bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat membantu satu sama lain
dengan topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa kembali pada kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan materi tersebut kepada
anggota kelompok lainnya tentang apa yang dibahas dalam kelompok ahli. Arend R.I menggambarkan hubungan kelompok ahli dan kelompok asal sebagai berikut :
Kelompok Ahli
Kelompok Asal Dari bagan diatas a,b,c dan d anggota kelompok asal yang mempunyai
tugas berbeda dalam menguasai materi IPS Sosiologi. Setelah menerima tugas masing-masing, maka kelompok ahli yang bertemu dan berdiskusi tentang tugas
yang harus dikuasai. Selesai diskusi masing-masing kembali ke kelompok asal dan tiap anggota kelompok asal menerangkan kepada anggota yang lain. Demikian
seterusnya sehingga setiap anggota kelompok asal menguasai materi. a b
c d a b
c d a b
c d a b
c d
a b c d
a b c d
a b c d
a b c d
commit to user
Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli untuk membahas bagian materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi
dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada teman sekelompoknya. Jigsaw didesain tidak hanya untuk rasa tanggung jawab
secara mandiri tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya.
Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw menurut Arend R.I. diatur secara instruksional sebagai berikut:
1 Membaca Siswa mendapat topik-topik, ahli kemudian membaca dan mempelajari
kelompok materi tersebut untuk mendapat informasi. 2 Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik tersebut.
3 Laporan kelompok Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik
pada kelompoknya. 4 Kuistes
3. Belajar Mandiri Siswa
Winkel 1996 : 53 mengemukakan belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai hidup. Perubahan yang terjadi
bersifat permanen.
commit to user
Belajar mandiri merupakan pembelajaran yang diarahkan, dengan cara memunculkan gaya belajar siswa sendiri. Siswa dimotivasi melalui penyajian
topik yang berfokus penyelidikan yang menarik. Difinisi belajar mandiri George M. Piskurich, 1993 : 1-6 adalah sebagai berikut :
“Self Directed Learning SDL is a training design in wich trainees master packages of predetermined material, at their own pace, whihtout the aid of
an instructor.” Belajar mandiri adalah suatu pelatihan yang didesain agar siswa
menentukan sendiri paket materi dan langkah tanpa bantuan dari instruktur.
Disini guru harus mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang penuh makna meaningfull. Dengan pembelajaran yang penuh
makna tadi maka akan mendorong atau memotivasi siswa untuk membangun kesadaran haus terhadap suatu pengetahuan. Bentuk-bentuk belajar mandiri
menurut Harjanto 2006 : 146 adalah a Self instruction semacam modul, b Independent Study, c Individualized prescribed innstuction IPI dan d Self
paced learning. Untuk tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor,
lebih banyak ditempuh dengan belajar mandiri. Tetapi bila siswa akan mempelajari hal-hal yang abstrak seperti filsafat siswa tidak belajar mandiri, tetapi
belajar kelompok kecil untuk dibicarakan bersama. Harjanto, 2006:147 Prosedur belajar mandiri sebaiknya mengikuti hal-hal sebagai berikut :
a Pengajar tidak mencampuri mempengaruhi siswa kecuali bila memang diminta oleh siswa.
commit to user
b Pokok bahasan tidak terlalu kompleks. c Pokok bahasan sudah diatur sedemikian rupa sehingga urutan dan langkah-
langkah yang ditempuh sistematis dan memudahkan belajar siswa. d Penguasaan yang sudah didapat oleh siswa hendaknya dapat dibuktikan pada
kunci jawaban sehingga siswa yakin untuk mengerjakan langkah selanjutnya. e Siswa langsung memperoleh informasi dari apa yang sedang dipelajarinya. Ia
selalu memperoleh umpan balik. f Bila siswa mendapat kesulitan siswa mudah mendapat bantuan dari pengajar.
Jadi dalam belajar mandiri siswa selalu terangsang continually challenged dapat memperoleh hasil belajar dari pengalamannya sendiri
experience success, dan siswa langsung belajar dari usaha yang baru saja didapatnya learns the result of effort immediately.
Belajar mandiri adalah belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk mengetahui suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun
dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Bila motif yang mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu kompetensi
yang ia inginkan, maka ia sedang melakukan belajar mandiri. Belajar mandiri jenis ini dapat disebut sebagai self motivated learning Haris Mujiman, 2007:7-8.
Berkaitan dengan konsep belajar mandiri diatas, seorang guru hendaknya mampu menumbuhkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri.
Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan belajar mandiri apabila aktif, memiliki niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah, dan haus terhadap suatu pengetahuan. Jika disimpulkan \
commit to user
indikator siswa mampu belajar mandiri apabila dia memiliki cirri-ciri: 1 Ketertarikan terhadap pelajaran
2 Memiliki keiinginan belajar 3 Mampu mengatasi masalah
4 Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 5 Mengetahui makna belajar
4. Hasil Belajar IPS
a. Hasil Belajar
Untuk mengetahui apakah hasil belajar benar-benar telah dicapai diperlukan tes dan evaluasi. Muhibbin Syah 1995 : 14 menjelaskan evaluasi
atau tes adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Nana Sujana 1995 : 3
mengemukakan tes dapat diartikan penilaian yaitu proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu.
Hal yang mengisyaratkan bahwa obyek tertentu yang dinilai adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup kognitif, afektif dan
psikomotor. Hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa yang
diperoleh setelah proses belajar. Bloom 1977 : 201-207 membagi hasil belajar ke dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan
kognitif berkaitan dengan ingatan atau pengetahuan. Pengembangan intelektual dan ketrampilan. Kawasan afektif berkaitan dengan sikap, minat
atau nilai, pengembangan pengertian serta kemampuan untuk menyesuaikan
commit to user
diri. Kawasan psikomotorik merupakan hal yang berkaitan dengan koordinasi gerak tubuh. Gagne Briggs 1979 : 49-55 menerangkan hasil belajar
berkaitan dengan lima kapabilitas yaitu : 1 Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup
belajar diskriminasi, konsep konkret, prinsip dan kaidah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.
2 Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir. 3 Kemampuan verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. 4 Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5 Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.
Dari beberapa ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kecakapan yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas
belajar, Hasil belajar dapat diketahui dari adanya perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan yang diperoleh
siswa dari hasil belajar bersifat kontinyu, positif, permanen dan terarah.
commit to user
b. Hakekat IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,
sejarah, antropologi, sosiologi atau tata negara.Khusus di Sekolah Menengah Pertama SMP program pengajaran IPS hanya mencakup bahan kajian
geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi Depdiknas : 2004: buku 1 PS : 15-16 Dalam rangka membangun manusia pancasila atau warga negara yang
baik, perilakunya dibentuk atas dasar kaidah yang rasional dan kesepakatan bersama. Karena itu pengetahuan dan kemampuan berpikir perlu dijadikan
pegangan bagi para peserta didik. Untuk itu perlu dikembangkan materi program Pengetahuan Sosial PS yang lebih komprehensip. Depdiknas 2004 :
buku 1 PS : 30 menjelaskan ada beberapa prinsip pengembangan program pembelajaran Pengetahuan Sosial yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah : 1 Program PS hendaknya disesuaikan dengan usia, kematangan dan
kebutuhan peserta didik. 2 Program PS hendaknya menyangkut hal-hal yang terkait dengan kehidupan
masyarakat secara nyata dan dapat dikonkretkan. 3 Program PS hendaknya berdasarkan pengetahuan masa kini yang dapat
mewakili pengalaman, budaya, kepercayaan umat manusia. 4 Rumusan tujuan pembelajaran PS hendaknya dirumuskan secara jelas di
dalam program pembelajaran. 5 Program PS hendaknya dapat mengaktifkan peserta didik secara langsung
dalam proses pmbelajaran.
commit to user
6 Strategi pembelajaran IPS hendaknya bertumpu pada keanekaragaman sumber dan media pembelajaran.
7 Program PS hendaknya dapat membantu subjek didik mengembangkan pengalaman belajar baik dalam kegiatan kelompok besar, kelompok kecil
maupun secara individu. 8 Program PS hendaknya mendukung program sekolah dan program
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
B. Penelitian yang Relevan