Teori Lokalita Teori Spesialisasi

15 permintaan terhadap yang masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama Harry, 2015. Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non basis merupakan sektor sekunder, artinya tergantung perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh. Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar Harry, 2015.

2.2.3 Teori Lokalita

Pembangunan ekonomi lokalita bersandar pada basis ekonomi lokalitas yang tidak terlepas dari adanya pemanfaatan dan pemberdayaan sumberdaya lokal. Kegiatan pemanfaatan dan pemberdayaan ini akan mempercepat terjadinya pembangunan ekonomi lokal suatu wilayah. Teori ini menjelaskan tentang ada atau tidaknya pemusatan suatu kegiatan di suatu wilayah, sehingga dapat diketahui apakah suatu komoditas produksinya terpusat pada suatu wilayah atau tersebar di beberapa wilayah Lutfi, 2007. Menurut Richardson dalam Lutfi 2007, dengan adanya pemusatan aglomerasi ekonomi di suatu wilayah akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut karena terciptanya efisiensi produksi, sedangkan pada wilayah lain yang Universitas Sumatera Utara 16 tidak mampu bersaing akan mengalami kemunduran dalam pertumbuhan ekonominya.

2.2.3 Teori Spesialisasi

Salah satu bentuk kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah yang didasarkan pada keuntungan kompetitif adalah pengembangan komoditas unggulan. Dalam hal ini, pemerintah mendorong masing-masing wilayah untuk mengembangkan satu atau dua komoditas utama yang mempunyai potensi besar. Melalui kebijakan tersebut diharapkan masing-masing wilayah akan dapat mengembangkan komoditas utama yang mempunyai daya saing tinggi. Peningkatan daya saing ini tidak hanya penting dalam era otonomi daerah untuk menghadapi persaingan sesama wilayah, tapi juga penting dalam menghadapi persaingan ditingkat global. Jika memiliki daya saing yang kuat, maka pemasaran produk akan semakin terjamin dan pengembangan ekonomi wilayah yang bersangkutan secara bertahap akan dapat ditingkatkan Sjafrijal, 2008. Spesialisasi memiliki kelebihan yaitu suatu wilayah akan bisa menjadi lebih fokus pada satu macam kegiatan saja. Artinya, kesempatan wilayah tersebut untuk meningkatkan daya saing akan jauh lebih besar. Spesialisasi mungkin cocok dilakukan oleh wilayah yang dikenal sebagai penghasil suatu produk tertentu. Wilayah tersebut hanya perlu fokus untuk meningkatkan kualitas, karena kualitas mempengaruhi banyaknya permintaan. Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa spesialisasi juga memiliki kelemahan. Bila suatu ketika kondisi negara sedang tidak stabil dan berakibat pada tidak stabilnya kondisi perekonomian wilayah penganut spesialisasi, maka wilayah ini akan jatuh karena tidak ada produk lain yang dihasilkan Ariefiansyah, 2011. Universitas Sumatera Utara 17

2.3 Penelitian Terdahulu