50 dengan agroklimat yang diinginkan markisa. Skor yang diperoleh untuk
Kecamatan Berastagi adalah 100. Skor kecamatan ini ≥50 maka agroklimat
Kecamatan Berastagi sesuai dengan agroklimat yang diinginkan markisa. Skor yang diperoleh untuk Kecamatan Tigapanah adalah 100. Skor kecamatan ini
≥50 maka agroklimat Kecamatan Tigapanah sesuai dengan agroklimat yang diinginkan markisa. Dan untuk skor yang diperoleh Kecamatan Barusjahe adalah
100. Skor kecamatan ini ≥50 maka agroklimat Kecamatan Barusjahe sesuai
dengan agroklimat yang diinginkan markisa.
5.3 Analisis Koefisien Lokalita
Analisis  koefisien lokalita  bertujuan  untuk  mengetahui  apakah  pengusahaan komoditas  markisa  pada  wilayah  basis.  Hasil  analisis koefisien lokalita
komoditas  markisa  di wilayah kecamatan basis di Kabupaten  Karo berdasarkan
produksi disajikan pada tabel berikut. Tabel 13.  Nilai Koefisien Lokalita Kecamatan Basis Markisa
Tahun 2010-2014
Kecamatan 2010
2011 2012
2013 2014
Rata-rata
ά
Payung 0,01712
0,01509 0,01434
-0,001 0,02579
0,0142647 Berastagi
0,01198 0,00197
0,02073 -0,0074
0,03571 0,0125952
Tigapanah 0,558
0,53393 0,27545
0,65341 0,13243
0,4306423 Barusjahe
-0,02222 0,09457
0,25323 -0,0778
0,09841 0,0692394
Jumlah 0,59488
0,64556 0,56375
0,56721 0,29234
0,5267416 Rata-rata
0,14 0,16
0,14 0,14
0,07 0,13
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo data diolah Jika koefisien lokalita
ά  ≥  1  maka produksi markisa memusat di kecamatan tertentu di Kabupaten Karo, sedangkan apabila koefisien lokalita
ά   1  maka
produksi markisa tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
51 Berdasarkan Tabel 13  dapat dilihat nilai koefisien lokalita dari kecamatan-
kecamatan basis pada tahun 2010 menghasilkan rata-rata 0,14 ά  1, pada tahun
2011 menghasilkan rata-rata 0,16 ά  1, pada tahun 2012 menghasilkan rata-rata
0,14 ά  1, pada tahun 2013 menghasilkan rata-rata 0,14 ά  1, dan pada tahun
2014 menghasilkan rata-rata 0,07 ά  1. Maka nilai rata-rata koefisien lokalita di
kecamatan-kecamatan basis dalam waktu lima tahun adalah 0,13 ά  1.  Artinya,
Kabupaten Karo tidak memusatkan produksi markisa di kecamatan tertentu melainkan menyebar di beberapa kecamatan. Maka dari itu hipotesis ditolak.
Saptana 2005 menjelaskan bahwa  dengan adanya pemusatan kegiatan di suatu wilayah akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut karena
terciptanya efisiensi produksi. Efisiensi disini artinya seluruh rangkaian kegiatan usaha agribisnis  yang dilaksanakan harus mengarah kepada meminimalkan biaya
atau memaksimalkan keuntungan
5.4 Analisis Koefisien Spesialisasi