45
5.2 Analisis Wilayah Basis Komoditas Markisa
Untuk menganalisis wilayah basis komoditas markisa digunakan 2 kriteria, yakni: 1.
Kriteria Kontribusi dengan Analisis Location Quotion LQ Kriteria kontribusi berarti melihat berapa besar produksi markisa sudah
berkontribusi terhadap total produksi buah-buahan di Kabupaten Karo. Untuk mendapatkan nilai LQ dari kecamatan-kecamatan penghasil markisa maka data
produksi diolah sehingga menghasilkan rata-rata LQ sebagai berikut.
Tabel 8. Nilai LQ Kecamatan Penghasil Markisa di Kabupaten Karo Tahun 2010-2014
Kecamatan Nilai LQ Tahun
Rata-rata LQ
Nominal 2010
2011 2012
2013 2014
Munte 0,909
0,242 0,230
- Payung
8,615 3,537
2,244 0,887
3,833 3,823
+ Tiganderket
0,578 0,116
- Simpang Empat
0,127 0,076
0,082 0,070
0,337 0,139
- Naman Teran
0,002 0,026
0,049 0,016
0,019 -
Merdeka 1,566
0,394 0,024
0,397 -
Kabanjahe 0,169
0,270 0,158
0,081 0,152
0,166 -
Berastagi 10,995
1,106 1,752
0,758 2,724
3,467 +
Tigapanah 3,639
4,672 3,324
4,969 1,304
3,582 +
Dolat Rayat 0,635
1,582 1,176
0,204 0,177
0,755 -
Merek 0,091
0,056 0,255
0,078 0,843
0,265 -
Barusjahe 0,833
3,338 6,130
0,528 1,618
2,490 +
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo data diolah Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat pada tahun 2010 kecamatan dengan nilai LQ
yang positif LQ 1 adalah Kecamatan Payung, Kecamatan Berastagi, dan Kecamatan Tigapanah. Pada tahun 2011 kecamatan dengan nilai LQ yang positif
LQ 1 adalah Kecamatan Payung, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Tigapanah, Kecamatan Dolat Rayat, dan Kecamatan Barusjahe. Pada tahun 2012
kecamatan dengan nilai LQ yang positif LQ 1 adalah Kecamatan Payung, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Tigapanah, Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
46 Dolat Rayat, dan Kecamatan Barusjahe. Pada tahun 2013 kecamatan dengan nilai
LQ yang positif LQ 1 adalah Kecamatan Tigapanah. Dan pada tahun 2014 nilai LQ yang bernilai positif LQ 1 adalah Kecamatan Payung, Kecamatan
Berastagi, Kecamatan Tigapanah dan Kecamatan Barusjahe. Perolehan LQ rata-rata menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang menjadi
wilayah basis LQ 1 untuk komoditas markisa ini adalah Kecamatan Payung, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Tigapanah, dan Kecamatan Barusjahe. Seperti
yang dijelaskan Hendayana 2006, menggunakan nilai rata-rata dari total LQ selama 5 tahun bertujuan untuk menghindari bias musiman dan tahunan.
2. Kriteria Pertumbuhan dengan Analisis Model Rasio Pertumbuhan MRP
Kriteria pertumbuhan berarti melihat berapa besar pertumbuhan produksi markisa dari tahun ke tahun terhadap pertumbuhan produksi buah-buahan. Berikut ini
adalah nilai rasio pertumbuhan produksi markisa terhadap pertumbuhan produksi buah-buahan masing-masing di kecamatan penghasil markisa RPs.
Tabel 9. Nilai RPs Kecamatan Penghasil Markisa di Kabupaten Karo
Kecamatan Tahun
Rata-Rata RPs
Nominal 2011
2012 2013
2014 RPs
RPs RPs
RPs
Munte -4,051
-1,013 -
Payung -17,196
27,737 -0,158
4,387 3,692
+ Tiganderket
1,000 0,250
- Simpang Empat
-4,266 1,183
-4,621 0,215
-1,872 -
Naman Teran -10,895
1,054 -0,470
1,006 -2,326
- Merdeka
1,283 -1,219
0,016 -
Kabanjahe -3,315
-1,00 0,782
0,629 -0,726
- Berastagi
0,401 1,625
-5,983 -16,215
-5,043 -
Tigapanah -0,787
1,450 55,025 -0,194
13,873 +
Dolat Rayat -5,619
3,70 1,581
-1,20 -0,384
- Merek
0,269 -0,563
-1,768 -61,090
-15,788 -
Barusjahe -1,336
1,145 -0,003
2,661 0,617
-
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo data diolah
Universitas Sumatera Utara
47 Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai RPs pada tahun 2011 di seluruh kecamatan
bernilai negatif RPs 1 yang berarti tidak ada kecamatan yang menjadi basis markisa. Pada tahun 2012 kecamatan dengan nilai RPs yang positif RPs 1
adalah Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Naman Teran, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Tigapanah, Kecamatan Dolat Rayat, dan
Kecamatan Barusjahe. Pada tahun 2013 kecamatan dengan nilai RPs yang positif RPs 1 adalah Kecamatan Merdeka, Kecamatan Tigapanah, dan Kecamatan
Dolat Rayat. Dan pada tahun 2014 kecamatan dengan nilai RPs yang positif RPs 1 adalah Kecamatan Payung dan Kecamatan Barusjahe.
Perolehan RPs rata-rata menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah basis RPs 1 untuk komoditas markisa ini adalah Kecamatan Payung
dan Kecamatan Tigapanah. Seperti yang dijelaskan Yusuf 1999 analisis LQ sebaiknya dilakukan dengan mengikutsertakan analisis MRP mengingat ada dua
kriteria yang berbeda. Kedua kriteria tersebut akan menghasilkan deskripsi kegiatan ekonomi potensial yang lebih akurat. Dalam penelitian ini berarti dengan
menggunakan dua kriteria dapat menghasilkan deskripsi wilayah basis markisa yang lebih akurat.
Dengan mendapatkan kecamatan basis dengan dua kriteria, maka kecamatan yang baik dikembangkan adalah kecamatan yang basis dari kedua kriteria tersebut
yakni Kecamatan Payung dan Kecamatan Tiga panah. Pengembangan kecamatan basis tersebut dapat dilakukan secara ekstensifikasi ataupun intensifikasi.
Misalnya meningkatkan jenis bibit unggul atau memperluas lahan budidaya dengan alokasialih fungsi lahan. Hal ini karena hanya kecamatan basis ini yang
dapat diharapkan untuk pertumbuhan markisa. Meningkatkan bibit unggul dapat
Universitas Sumatera Utara
48 dilakukan di balai penelitian setempat. Sedangkan untuk alokasialih fungsi lahan
dapat dilakukan oleh petani didukung dengan adanya jaminan dari pemerintah untuk meningkatkan harga jual markisa, sehingga petani tidak merasa dirugikan.
Berikut ini disajikan analisis Overlay untuk melihat deskripsi wilayah basis komoditas markisa dengan menggabungkan kedua kriteria tersebut.
Tabel 10. Analisis Overlay
Wilayah Basis Komoditas Markisa di Kabupaten Karo
Kecamatan Kontribusi LQ
Pertumbuhan RPs Overlay
Riil Nominal
Riil Nominal
Munte
0,230
- -1,013
- --
Payung
3,823
+ 3,692
+ ++
Tiganderket
0,116
- 0,250
- --
Simpang Empat
0,139
- -1,872
- --
Naman Teran
0,019
- -2,326
- --
Merdeka
0,397
- 0,016
- --
Kabanjahe
0,166
- -0,726
- --
Berastagi
3,467
+ -5,043
- +-
Tigapanah
3,582
+ 13,873
+ ++
Dolat Rayat
0,755
- -0,384
- --
Merek
0,265
- -15,788
- --
Barusjahe
2,490
+ 0,617
- +-
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo data diolah Berdasarkan Tabel 10, didapatkan interpretasi sebagai berikut:
1. Kontribusi + dan Pertumbuhan +, menunjukkan bahwa kecamatan ini
merupakan wilayah basis markisa baik dari kriteria kontribusi maupun kriteria pertumbuhan. Kecamatan yang termasuk adalah Kecamatan Payung dan
Kecamatan Tigapanah. 2.
Kontribusi + dan Pertumbuhan -, menunjukkan bahwa kecamatan ini merupakan wilayah basis markisa berdasarkan kriteria kontribusi. Kecamatan
yang termasuk adalah Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Barusjahe.
Universitas Sumatera Utara
49 3.
Kontribusi - dan Pertumbuhan -, menunjukkan bahwa kecamatan ini bukan merupakan wilayah basis markisa. Kecamatan yang termasuk adalah
kecamatan lain selain wilayah basis, yaitu Kecamatan Munte, Kecamatan Tiganderket, Kecamatan Simpang Empat,
Kecamatan Namanteran,
Kecamatan Merdeka, Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Dolat Rayat, dan Kecamatan Merek.
Membandingkan agroklimat kecamatan yang menjadi wilayah basis dengan agroklimat yang diinginkan komoditas markisa merupakan langkah yang diambil
untuk meyakinkan dan mempertegas terpilihnya kecamatan tersebut sebagai wilayah basis. Berikut ini merupakan kondisi agroklimat dari masing-masing
kecamatan basis tersebut.
Tabel 11. Agroklimat Kecamatan Basis Markisa Kecamatan Ketinggian Tempat
mdpl Suhu
°C Curah Hujan
mmtahun Iklim
bulan basah
Payung 500-1.500
17-25 2.100-3.200
9 bulan Berastagi
1.200-1.300 19-25
2.100-3.200 9 bulan
Tigapanah 1.139-1.326
19-24 2.100-3.200
9 bulan Barusjahe
870-1.400 18-24
2.100-3.200 9 bulan
Sumber: Badan Pusat Statistik Karo 2015 Setelah membandingkan keadaan agroklimat di kecamatan-kecamatan basis
markisa dengan agroklimat syarat tumbuh markisa, maka didapatkan hasil berikut.
Tabel 12. Skor Skala Guttman tiap Kecamatan Basis
Kecamatan Skor
Payung Berastagi
Tigapanah Barusjahe
100 100
100 100
Berdasarkan Tabel 12, skor yang diperoleh untuk Kecamatan Payung adalah 100. Skor kecamatan ini
≥50, artinya agroklimat Kecamatan Payung sesuai
Universitas Sumatera Utara
50 dengan agroklimat yang diinginkan markisa. Skor yang diperoleh untuk
Kecamatan Berastagi adalah 100. Skor kecamatan ini ≥50 maka agroklimat
Kecamatan Berastagi sesuai dengan agroklimat yang diinginkan markisa. Skor yang diperoleh untuk Kecamatan Tigapanah adalah 100. Skor kecamatan ini
≥50 maka agroklimat Kecamatan Tigapanah sesuai dengan agroklimat yang diinginkan markisa. Dan untuk skor yang diperoleh Kecamatan Barusjahe adalah
100. Skor kecamatan ini ≥50 maka agroklimat Kecamatan Barusjahe sesuai
dengan agroklimat yang diinginkan markisa.
5.3 Analisis Koefisien Lokalita