PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN DESAIN PENELITIAN POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

commit to user 4 yang relevan mengenai hal yang diteliti. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik meneliti penggunaan rasio CAMEL untuk menilai tingkat kesehatan perbankan dengan judul: RASIO CAMEL SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN DAN KEBANGKRUTAN PERBANKAN Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan bank bermasalah maupun bank tidak bermasalah? 2. Apakah pendekatan CAMEL dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi kondisi bermasalah indikasi kebangkrutan pada sektor perbankan di Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui tingkat kesehatan perbankan di Indonesia periode 2004- 2007 dengan menggunakan pendekatan CAMEL Capital , Assets , Management , Earning , Liquidity . commit to user 5 2. Memperoleh bukti empiris adanya perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan bank bermasalah dan bank tidak bermasalah. 3. Memperoleh bukti empiris apakah pendekatan CAMEL dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi kondisi bermasalah indikasi kebangkrutan pada sektor perbankan di Indonesia.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi: 1. Manajemen perusahaan khususnya perusahaan perbankan, yang mana hal ini dapat dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan serta langkah antisipasi jika pada laporan keuangan perusahaan mulai mengindikasikan adanya kondisi yang kurang sehat. 2. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi kalangan akademis maupun masyarakat luas dalam rangka melakukan penilaian kinerja perusahaan perbankan. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai indikator-indikator kondisi bermasalah pada perusahaan perbankan di Indonesia. commit to user 6 BAB II TELAAH PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu. Brigham dan Houston 2008 : 36 menyatakan secara umum ada empat bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Neraca suatu bank menggambarkan jumlah kekayaan, kewajiban, dan modal dari bank tersebut pada saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun pembukuan 31 Desember. Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban atau lutang dan modal disajikan pada sisi pasiva. Laporan Laba Rugi suatu bank menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari bank tersebut pada periode tertentu. Sebagaimana halnya dengan neraca, laporan laba rugi biasanya disusun setiap akhir tahun pembukuan 31 Desember. Apabila jumlah pendapatan melebihi jumlah biaya akan menghasilkan laba, sedangkan apabila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya maka perusahaan mengalami kerugian. commit to user 7 Laporan Perubahan Modal suatu bank menggambarkan jumlah perubahan modal pada awal dan akhir periode tertentu. Laporan Aliran Kas suatu bank menggambarkan penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama suatu periode tertentu. Dari keempat laporan tersebut hanya 2 macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca, dan laporan laba rugi. Hal ini disebabkan laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan pada laporan neraca dan laporan laba rugi.

2. Pengertian Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam masyarakat. Merkusiwati 2007 : 101 mendefinisikan Bank sebagai suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan financial intermediary antara pihak-pihak yang memiliki dana surplus unit dengan pihak-pihak yang memerlukan dana deficit unit serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Suseno dan Abdullah 2003 mengungkapkan bahwa dalam perkembangan selanjutnya bank tidak hanya menjalankan fungsi intermediasi tetapi juga memberikan jasa dan pelayanan lain kepada masyarakat, misalnya dalam lalu lintas pembayaran maupun jasa keuangan lainnya. Perbankan juga berperan dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Efektivitas kebijakan moneter akan sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan stabilitas sektor perbankan. commit to user 8

3. Kesehatan Bank

Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yaitu dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya, terutama kebijakan moneter Suseno dan Abdullah, 2003. Taswan berpendapat bahwa tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor- faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil commit to user 9 penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank. Sedangkan pertimbangan unsur judgement merupakan pengambilan kesimpulan yang dilakukan secara obyektif dan independen berdasarkan hasil analisis yang didukung oleh fakta, data, dan informasi yang memadai serta terdokumentasi dengan baik guna memperoleh hasil penilaian yang mencerminkan kondisi bank yang sebenarnya. Perkembangan metodologi penelitian kondisi bank senantiasa bersifat dinamis sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank harus diatur kembali agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Metodologi penilaian kesehatan bank saat ini mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 6 10 PBI 2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Nomor 6 23 DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum. Sesuai Peraturan dan Surat Edaran dari Bank Indonesia tersebut, semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan yaitu pada bulan Maret, Juni, Sepetember, dan Desember. Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL Capital , Assets , Management , Earning , Liquidity . Suseno dan Abdullah 2003 : 39 mengungkapkan apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu atau lebih faktor tersebut, maka bank akan mengalami kesulitan. commit to user 10 Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas meskipun bank tersebut modalnya cukup, selalu memperoleh laba, kualitas aktiva produktifnya baik, dan dikelola dengan baik, apabila masalah likuiditas tidak segera diatasi maka dapat dipastikan bank akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebenarnya tidak semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas maka sejumlah bank yang semula sehat menjadi tidak sehat. Nilai kredit untuk menentukan predikat tingkat kesehatan bank ditetapkan sebagai berikut: Tabel II. 1 Standar Predikat Tingkat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat 81 – 100 66 – 80 51 – 65 0 – 50 Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Sumber: Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia

4. Menilai Kesehatan Bank dengan Metode CAMEL

Menurut Atikoğullari 2009, pendekatan CAMEL merupakan suatu jenis analisis keuangan yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan dan manajerial bank untuk menentukan tingkat kesehatan dan keamanan bank. Rasio CAMEL menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. commit to user 11 Dengan analisis rasio keuangan dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. Dalam kamus Perbankan Institut Bankir Indonesia edisi kedua tahun 1999, CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, CAMEL merupakan alat yang menjadi obyek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu modal, aktiva, manajemen, pendapatan dan likuiditas. a. Capital Kecukupan Modal Rasio permodalan sering disebut juga rasio solvabilitas atau capital adequacy ratio CAR. Kecukupan modal adalah ukuran kekuatan keuangan bank. Rasio jumlah modal sebagai bagian dari total aktiva mencerminkan kemampuan bank untuk menutup kerugian yang tak terduga. Analisis solvabilitas digunakan sebagai: 1 Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan 2 Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain 3 Alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya commit to user 12 4 Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut b. Assets Kualitas Aktiva Kualitas aktiva menunjukkan tingkat risiko aktiva dan tingkat kekuatan keuangan dalam bank. Elemen ini memiliki peran utama dalam menilai kondisi sekarang dan kelangsungan hidup perusahaan di masa depan. c. Management Kualitas Manajemen Evaluasi kualitas manajemen paling sulit diukur karena tidak hanya tergantung pada kinerja keuangan. Kualitas manajemen tidak hanya dari kualitas sumber daya manusia dalam bekerja, tetapi juga mencakup tingkat pendidikan serta pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Unsur-unsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajemen permodalan, aktiva, umum, rentabilitas dan likuiditas, yang didasarkan pada jawaban dari pertanyaan yang diajukan. commit to user 13 d. Earning Kemampuan Laba Bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, dan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Masa depan kelangsungan hidup bank sangat tergantung pada kemampuannya untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang memadai atas aktiva perusahaan. Laba digunakan sebagai sarana untuk memperluas dana, mempertahankan posisi kompetitif, dan menambah modal perusahaan atau paling tidak stabil. e. Liquidity Likuiditas Likuiditas dapat dijelaskan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan serta mempertahankan solvabilitas perusahaan. Suatu bank dikatakan liquid apabila dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh karena itu, bank dapat dikatakan liquid apabila: 1 Memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya 2 Memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya, tetapi mempunyai aktiva lainnya misal surat commit to user 14 berharga yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya 3 Mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang Meskipun secara umum CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini maka penggunaan CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan BPR ditetapkan sebagai berikut: Tabel II. 2 Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Faktor CAMEL Bobot Bank Umum BPR Capital Kecukupan Modal Assets Kualitas Aktiva Management Kualitas Manajemen Earning Kemampuan Laba Liquidity Likuiditas 25 30 25 10 10 30 30 20 10 10 Sumber: Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia

5. Kebangkrutan

Kebangkrutan adalah suatu keadaan dimana seseorang atau badan hukum gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana commit to user 15 untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi, yaitu profit, tidak dapat dicapai sebab dengan profit yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Bank yang bangkrut dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu bank yang dilikuidasi dan bank yang direstrukturisasi. a. Bank yang dilikuidasi, terdiri dari: 1 Bank Beku Operasi BBO Merupakan bank yang dilikuidasi pemerintah pada tahun 1998 karena kinerjanya semakin memburuk setelah menggunakan BLBI Bantuan Likuiditas Bank Indonesia lebih dari 500 modal disetornya, atau lebih dari 75 total aset bank yang bersangkutan. 2 Bank Beku kegiatan Usaha BBKU Merupakan bank yang dilikuidasi oleh pemerintah pada tanggal 13 Maret 1999 karena tidak dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya, tidak berprospek dan tidak mengikuti program rekapitulasi. commit to user 16 b. Bank yang direstrukturisasi, terdiri dari: 1 Bank Take Over BTO Merupakan bank yang diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah melalui BPPN dari pemilik semula dan masih tetap beroperasi melayani nasabah. 2 Bank Rekapitulasi Merupakan bank yang mengikuti program relakitulasi dimana pemerintah melakukan penyertaan modal pada bank yang bersangkutan melalui penerbitan obligasi sehingga kepemilikan mayoritas bank-bank yang direkap berada di tangan pemerintah dan bersifat sementara.

6. Penelitian Terdahulu

a. Ozkan–Gunay dan Ozkan 2007 Meneliti tentang kondisi bank dengan berbagai pendekatan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pendekatan Artificial Neural Network ANN dapat diusulkan sebagai metode yang menjanjikan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dalam hal akurasi prediktif, kemampuan adaptasi dan ketahanan, dan sebagai metode alternatif peringatan dini yang dapat digunakan bersama dengan alternatif yang paling umum seperti CAMEL, rasio keuangan dan analisis kelompok sejenis, penilaian risiko bank yang komprehensif, dan model ekonometrik. Pendekatan ANN digunakan sebagai commit to user 17 algoritma induktif dalam menemukan struktur pengetahuan prediktif dalam data keuangan dan digunakan untuk menjelaskan kegagalan bank di sektor perbankan Turki sebagai kasus khusus dari EFMs. Untuk menguji metode yang diusulkan, peneliti menggunakan rasio keuangan dari 59 Bank Turki untuk 1989-2000 dari yang 36 bank sukses dan 23 bank yang gagal. Hasil empiris menunjukkan bahwa ANN terbukti dapat membedakan pola atau tren dalam data keuangan. Kebanyakan dari kegagalan bank dapat diprediksi jauh sebelumnya, dengan pemanfaatan pendekatan klasifikasi ANN, tetapi lebih penting lagi bisa diusulkan untuk mendeteksi isyarat peringatan awal kegagalan potensial, seperti pada kasus sektor perbankan Turki. b. Almilia dan Herdiningtyas 2005 Meneliti tentang prediksi rasio CAMEL terhadap kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode setelah krisis ekonomi tahun 2000-2002. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan lembaga perbankan. Sampel penelitian terdiri dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Hasil commit to user 18 penelitian menyimpulkan bahwa rasio yang memiliki perbedaan signifikan antara bank-bank dengan kategori bermasalah dan tidak bermasalah pada periode 2000-2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOP. c. Wilopo 2001 Penyampelan dalam penelitian ini dilakukan secara cluster yaitu 235 bank. Pada akhir tahun 1996 dibagi menjadi 16 bank terlikuidasi dan 219 bank yang tidak dilikuidasi, selanjutnya diambil 40 sebagai sampel estimasi, terdiri atas 7 bank terlikuidasi dan 87 bank yang tidak dilikuidasi. Kemudian dari 215 bank pada akhir tahun 1997 yang terdiri atas 38 bank terlikuidasi dan 177 bank pada tahun 1999 yang tidak dilikuidasi, diambil 40 sebagai sampel validasi yang terdiri atas 16 bank terlikuidasi dan 70 bank yang tidak dilikuidasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan model CAMEL 13 rasio, besaran size bank yang diukur dengan log. assets, dan variabel dummy kredit lancar dan manajemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat prediksi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini tinggi lebih dari 50 sebagai cut off value -nya. Tetapi jika dilihat dari tipe kesalahan yang terjadi tampak bahwa kekuatan prediksi untuk bank yang dilikuidasi 0 karena dari sampel bank commit to user 19 yang dilikuidasi, semuanya diprediksikan tidak dilikuidasi. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang diajukan bahwa “rasio keuangan model CAMEL, besaran size bank serta kepatuhan terhadap Bank Indonesia” dapat digunakan untuk memprediksikan kegagalan bank di Indonesia. Simpulan ini diambil didasarkan atas tipe kesalahan yang terjadi, khusus kasus di Indonesia ternyata rasio CAMEL serta variabel-variabel independen lain yang digunakan dalam penelitian ini belum dapat memprediksikan kegagalan bank. d. Thomson 1991 Penelitian ini menguji manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di USA pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik logit reggression untuk menganalisis sampel sebanyak 1.736 bank tidak bangkrut dan 770 bank bangkrut periode 1984-1989. Kesimpulannya bahwa kemungkinan bank akan bangkrut adalah berkaitan dengan solvency , termasuk rasio CAMEL yang dimilikinya. Penemuan lain bahwa rasio CAMEL, sebagai proxy kondisi keuangan bank merupakan faktor signifikan yang berkaitan dengan kemungkinan kebangkrutan bank untuk periode empat tahun sebelum perusahaan bank bangkrut. commit to user 20 e. Whalen dan Thomson 1988 Menguji manfaat 22 rasio keuangan CAMEL dalam menyusun rating bank yang berlokasi di Ohio, Western Pennsylvania, Eastern Kentucky, dan West Virgina. Whalen dan Thomson menggunakan logit reggression untuk menganalisis sampel sebanyak 58 bank yang terbagi atas 40 sampel utama dan 18 bouldout sample . Whalen dan Thomson menemukan bahwa rasio keuangan CAMEL akurat dalam menyusun rating bank.

B. RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1. Rerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen ROA NPL CAR NIM Kondisi Bank : - Bank Bermasalah dengan proxy laba - Bank Tidak Bermasalah dengan proxy rugi BO PO LDR ROE commit to user 21 Penjelasan Rerangka Pemikiran: Rasio keuangan sebagai variabel independen dengan proxy CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, BO PO, dan LDR setelah dianalisis akan menunjukkan kondisi kesehatan bank variabel dependen. Yaitu bank bermasalah dan bank tidak bermasalah dengan menggunakan proxy laba rugi perusahaan. Bank tidak bermasalah menggunakan proxy laba, sedangkan bank bermasalah menggunakan proxy rugi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan laba rugi karena laba rugi dapat menggambarkan informasi mengenai potensi kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya laba yang diperoleh.

2. Hipotesis

Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas serta pembina bank- bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya. Penelitian dengan pendekatan CAMEL dilakukan untuk membedakan bank yang sehat dan bank yang tidak sehat. Bank yang sehat diharapkan akan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga mampu menjaga kepentingan dan kepercayaan masyarakat serta mampu memberikan kontribusi bagi commit to user 22 perkembangan ekonomi nasional Almilia dan Herdiningtyas: 2005. Rata- rata rasio keuangan dengan pendekatan CAMEL bank sehat lebih besar daripada bank yang tidak sehat. Ozkan–Gunay dan Ozkan 2007 juga mengungkapkan adanya perbedaan pada dua kelompok bank sukses dan gagal yang dibandingkan dengan CAMEL. Hal ini ditunjukkan pada nilai rata-rata kecukupan modal bank yang sukses lebih baik daripada bank yang gagal. Dari segi kualitas aset, bank sukses menunjukkan kondisi yang lebih baik dengan rendahnya nilai non-performing loans pada total pinjaman dan aset permanen pada total aset. Pendapatan bank sukses juga lebih tinggi daripada bank gagal dimana pendapatan bersih pada rata-rata total aset bank gagal bernilai negatif. Almilia dan Herdiningtyas 2005 menemukan bahwa Capital Adequancy Ratio CAR mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap kondisi bermasalah pada bank. Artinya semakin rendah CAR, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Return On Asset ROA mempunyai pengaruh tidak signifikan negatif terhadap kondisi bermasalah pada bank. Artinya semakin rendah Return On Asset ROA, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Non Performing Loan NPL mempunyai pengaruh tidak signifikan positif. terhadap kondisi bermasalah pada bank. Artinya semakin tinggi rasio ini, kemungkinan bank berada dalam kondisi bermasalah semakin besar. commit to user 23 Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 1 : Rasio keuangan CAMEL CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, BOPO, LDR memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank bermasalah dan tidak bermasalah pada perusahaan perbankan selama periode 2004-2007. Secara empiris tingkat kegagalan bisnis dan kebangkrutan bank dengan menggunakan rasio-rasio keuangan model CAMEL dapat dibuktikan sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Thomson 1991 yang menguji manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di USA pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit. Thomson menemukan bahwa rasio keuangan CAMEL dapat digunakan dalam memprediksi kegagalan bank. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, kondisi bank secara signifikan menunjukkan kemungkinan mengalami kebangkrutan sebelum akhirnya bank tersebut benar-benar bangkrut dan dilikuidasi. Hasil temuan Thomson tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilopo 2001 yang menemukan bahwa rasio CAMEL kurang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan karena ketepatan prediksi kebangkrutan dari sampel estimasi dan validasi menghasilkan 0 yang artinya dari bank kategori bangkrut tidak satupun yang diprediksi bangkrut. commit to user 24 Dalam penelitian Ozkan–Gunay dan Ozkan 2007 yang mengukur kegagalan bank dengan menggunakan pendekatan Artificial Neural Network ANN, model matematika dan logaritma dengan mengkombinasikan input data, menemukan bahwa sebagian besar kegagalan bank dapat diprediksi jauh sebelumnya. Lebih penting lagi dengan pendekatan ANN dapat menjadi early warning signals yang bermanfaat untuk mendeteksi potensi kegagalan bank. Jika krisis keuangan dapat dideteksi lebih awal, maka dapat meminimalkan biaya dan krisis sistem perbankan dapat dicegah oleh pihak-pihak yang berwenang. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H 2 : Rasio Keuangan CAMEL CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, BOPO, LDR merupakan indikator kebangkrutan pada perusahaan perbankan dengan kategori bermasalah. commit to user 25 BAB III METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Tipe penelitian ini adalah penelitian penjelasan explanatory research yang fokus pada hubungan antara variabel-variabel penelitian serta menguji hipotesis yang dirumuskan. Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik angka.

B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan obyek satuan-satuan individu-individu yang karakteristiknya hendak diduga Djarwanto dan Subagyo, 2005. Populasi dalam penelitian keuangan ini adalah seluruh bank- bank umum swasta nasional yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode 2004, 2005, 2006, dan 2007. Data diperoleh dengan mengakses website www.idx.co.id. Menurut dimensi waktunya penelitian ini menggunakan data runtut waktu time series . 2. Sampel Menurut Djarwanto dan Subagyo 2005 : 93 sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap mampu mewakili keseluruhan populasi jumlahnya lebih sedikit daripada commit to user 26 populasinya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dimana sampel yang diambil dengan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah: a. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI yang mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit secara kuartal maupun tahunan selama periode penelitian. b. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI yang memiliki data–data yang relevan untuk penelitian ini.

C. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008- 2011

3 71 99

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

1 97 132

Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 77 85

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008

1 24 84

Pengaruh Rasio CAMEL dan Risiko Perbankan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Perbankan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 sampai dengan 2012)

0 9 94

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008- 2011

0 0 14

Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008- 2011

0 0 8

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 1 17

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 11