UJI NORMALITAS DATA PEMBAHASAN

commit to user 41 Sedangkan untuk variable independen yang terdiri dari 7 variabel, CAR memiliki nilai minimum 11; nilai maksimum 29; nilai rata-rata 17,62; dan standar deviasi 5,19. NPL memiliki nilai minimum 1; nilai maksimum 9; nilai rata-rata 3,71; dan standar deviasi 2,28. ROA memiliki nilai minimum minus 36; nilai maksimum 4; nilai rata-rata 0,05; dan standar deviasi 8,39. ROE memiliki nilai minimum minus 35; nilai maksimum 37; nilai rata-rata 11,76; dan standar deviasi 17,32. BOPO memiliki nilai minimum 46; nilai maksimum 133; nilai rata-rata 81,14; dan standar deviasi 21,52. NIM memiliki nilai minimum 2; nilai maksimum 61; nilai rata-rata 8,14; dan standar deviasi 12,22. LDR memiliki nilai minimum 28; nilai maksimum 87; nilai rata-rata 65,33; dan standar deviasi 17,55.

C. UJI NORMALITAS DATA

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusikan secara normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujian jika asymp. Significance 0.05, maka data terdistribusi normal dan sebaliknya jika asymp. Significance 0.05, maka data terdistribusi tidak normal. Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : commit to user 42 Tabel IV. 4 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR NPL ROA ROE BOPO NIM LDR N 21 21 21 21 21 21 21 Normal Parametersa,b Mean .1762 .0371 .0005 .1176 .8114 .0814 .6533 Std. Deviation .05191 .02283 .08393 .17317 .21523 .12220 .17554 Most Extreme Differences Absolute .146 .194 .356 .199 .219 .409 .165 Positive .146 .194 .319 .099 .119 .409 .109 Negative -.101 -.117 -.356 -.199 -.219 -.320 -.165 Kolmogorov-Smirnov Z .670 .890 1.631 .910 1.006 1.876 .758 Asymp. Sig. 2-tailed .761 .407 .010 .379 .264 .002 .613 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Dari tabel di atas tampak bahwa variabel CAR, NPL, ROE, BOPO, dan LDR terdistribusi normal 0,05, sedangkan variable ROA dan NIM terdistribusi tidak normal 0,05.

D. UJI ASUMSI KLASIK

1. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Uji ini dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor VIF dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila tolerance value lebih besar dari 0,10 atau VIF lebih kecil commit to user 43 dari 10 maka dapat disimpulkan antar variabel bebas tidak terjadi multikoliniearitas. Berikut ini adalah hasil uji multikoliniearitas yang telah dilakukan. Tabel IV. 5 Hasil Uji Multikoliniearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant CAR .418 2.394 NPL .603 1.658 ROA .295 3.392 ROE .233 4.299 BOPO .354 2.823 NIM .647 1.545 LDR .612 1.633 a Dependent Variable: Laba_Rugi Pada tabel di atas dapat diketahui tolerance value masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi multikoliniearitas.

2. Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi digunakan Uji Durbin Watson DW. Jika -2 ≤ DW ≤ 2 maka tidak ada autokorelasi Sukestiyarno, 2006 : 10. Berikut ini hasil pengujian autokorelasi yang telah dilakukan. commit to user 44 Tabel IV. 6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .860a .740 .600 1145310.801 1.623 a Predictors: Constant, LDR, ROE, NIM, CAR, NPL, BOPO, ROA b Dependent Variable: Laba_Rugi Berdasarkan output SPSS di atas nilai Durbin Watson menunjukkan angka sebesar 1,623. Nilai ini berada di antara -2 dan 2, hal ini menujukkan tidak adanya autokorelasi.

3. Uji Heterokedatisitas

Pengujian heterokedatisitas dapat dilihat dari scatterplot diagram yang tersaji dalam output SPSS. Berikut ini hasil uji heterokedatisitas yang telah dilakukan. commit to user 45 Grafik IV. 1 Hasil Uji Heterokedatisitas -2 -1 1 2 3 Regression Standardized Residual 1 2 3 4 5 6 7 Frequ en cy Mean = -1.28E-16 Std. Dev. = 0.806 N = 21 Dependent Variable: Laba_Rugi Histogram -3 -2 -1 1 2 3 Regression Standardized Predicted Value -2 -1 1 2 3 Regr ession Stud entiz ed R esidu al Dependent Variable: Laba_Rugi Scatterplot commit to user 46 Dari grafik scatterplot di atas tampak bahwa titik-titik data menyebar secara acak, tidak berkumpul di bawah saja atau hanya di atas saja. Sedangkan dalam histogram diagram batang tidak melengkung membentuk kurva. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

E. UJI HIPOTESIS

1. Uji Kelayakan Model

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel dependen CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, LDR terhadap variabel independen laba rugi. Pengujian ini membandingkan taraf signifikansi F dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu 0,05. Tabel IV. 7 Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 48540803231343.500 7 6934400461620.500 5.286 .005a Residual 17052578806341.430 13 1311736831257.033 Total 65593382037684.900 20 a Predictors: Constant, LDR, ROE, NIM, CAR, NPL, BOPO, ROA b Dependent Variable: Laba_Rugi commit to user 47 Dari hasil uji di atas tampak bahwa nilai signifikansi F adalah 0,005 atau kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kondisi bank bermasalah atau tidak bermasalah yang dalam penelitian ini di proxy-kan dengan laba rugi perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan model penelitian ini dapat diterima.

2. Uji Pengaruh Parsial

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian terbukti signifikan atau tidak signifikan, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Y = α + b 1 CAR + b 2 NPL + b 3 ROA + b 4 ROE + b 5 BO PO + b 6 NIM + b 7 LDR + e Berikut ini adalah tabel yang menujukkan hasil regresi linier berganda yang diolah dengan menggunakan SPSS 12. commit to user 48 Tabel IV. 8 Hasil Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -263601.278 3283786.838 -.080 .937 CAR 4981240.868 7632647.392 .143 .653 .525 NPL 36307610.990 14440743.264 .458 2.514 .026 ROA -7373323.737 5619595.312 -.342 -1.312 .212 ROE 9334210.809 3066203.192 .893 3.044 .009 BOPO -1374262.557 1999204.563 -.163 -.687 .504 NIM 2146897.131 2604651.545 .145 .824 .425 LDR -2174872.998 1864624.837 -.211 -1.166 .264 a Dependent Variable: Laba_Rugi Berdasarkan pengolahan data di atas maka diperoleh model regresi sebagai berikut: Y = -263601,278 + 4981240,868 CAR + 36307610,990 NPL - 7373323,737 ROA + 9334210,809 ROE - 1374262,557 BO PO + 2146897.131 NIM - 2174872,998 LDR + e Uji t dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai signifikansi t terhadap taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya adalah: a Jika signifikansi t 0,05 maka H ditolak b Jika signifikansi t 0,05 maka H diterima commit to user 49 Berikut hasil pengujiannya: Tabel IV. 9 Hasil Uji t Variabel Nilai t hitung Signifikansi t Keterangan CAR 0,653 0,525 Diterima NPL 2,514 0,026 Ditolak ROA -1,312 0,212 Diterima ROE 3,044 0,009 Ditolak BO PO -0,687 0,504 Diterima NIM 0,824 0,425 Diterima LDR -1,166 0,264 Diterima Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pengaruh rasio CAR terhadap kondisi bermasalah pada bank adalah tidak signifikan karena tingkat signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,525. Pengaruh rasio NPL terhadap kondisi bermasalah pada bank adalah signifikan karena tingkat signifikansi dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,026. Pengaruh rasio ROA terhadap kondisi bermasalah pada bank adalah tidak signifikan karena tingkat signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,212. Pengaruh rasio ROE terhadap kondisi bermasalah pada bank adalah signifikan karena tingkat signifikansi dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,009. Pengaruh rasio BO PO terhadap kondisi bermasalah pada bank adalah tidak signifikan karena tingkat signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,504. Pengaruh rasio NIM terhadap kondisi bermasalah pada bank adalah tidak signifikan karena tingkat signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,425. Pengaruh rasio CAR terhadap kondisi bermasalah pada bank adalah tidak signifikan karena tingkat signifikansi diatas 0,05 yaitu sebesar 0,264. commit to user 50 Rasio CAR, NPL, ROE, dan NIM mempunyai pengaruh yang positif, artinya semakin tinggi rasio ini maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Sedangkan rasio ROA, BO PO, dan LDR mempunyai pengaruh negatif, artinya semakin rendah rasio ini maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

3. Uji Koefisien Determinasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui persentase variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai R 2 besarnya antara 0 sampai 1. R 2 dinyatakan baik jika mendekati 1. Tetapi jika R 2 bernilai 0 maka hal ini berarti variabel independen tidak pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil pengujian R 2 ditunjukkan dalam tabel di bawah ini: Tabel IV. 10 Hasil Uji R 2 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .860a .740 .600 1145310.801 1.623 a Predictors: Constant, LDR, ROE, NIM, CAR, NPL, BOPO, ROA b Dependent Variable: Laba_Rugi Dari tabel tampak bahwa nilai adjusted R 2 adalah 0,600 yang artinya CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR menjelaskan kondisi kesehatan perbankan sebesar 60, dan 40 sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. commit to user 51

4. Uji Beda

Dalam penelitian ini dilakukan uji beda untuk mengetahui apakah rasio keuangan CAMEL memiliki perbedaan yang signifikan antara bank kategori tidak bermasalah yang di proxy kan dengan laba dan bank kategori bermasalah yang di proxy kan dengan rugi. Uji beda menggunakan alat uji Independen Sample Test untuk data yang berdistribusi normal dan Mann Whitney untuk data yang berdistribusi tidak normal. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel IV. 10 Hasil Uji Beda Rasio Keuangan Signifikansi Keterangan Kesimpulan CAR 0,005 H ditolak H a diterima Tidak ada perbedaan NPL 0,009 H ditolak H a diterima Tidak ada perbedaan ROA 0,001 H ditolak H a diterima Tidak ada perbedaan ROE 0,000 H ditolak H a diterima Tidak ada perbedaan BOPO 0,006 H ditolak H a diterima Tidak ada perbedaan NIM 0,712 H diterima H a ditolak Ada perbedaan LDR 0,768 H diterima H a ditolak Ada perbedaan Dari hasil pengujian diatas dapat diketahui sebagian besar rasio keuangan menunjukkan tidak ada perbedaan antara bank kategori bermasalah bank kategori tidak bermasalah. Hanya rasio NIM dan LDR yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. commit to user 52

F. PEMBAHASAN

Dari informasi yang disajikan di halaman Lampiran 1 yaitu data Laba Rugi perusahaan, dari 21 bank yang dijadikan sampel terdapat 4 bank dikatergorikan dalam kondisi bermasalah karena pada periode penelitian mengalami kerugian, yaitu Bank Permata yang mengalami kerugian 4 tahun berturut-turut, Bank Century pada tahun 2004 mengalami kerugian yang cukup besar, Bank Eksekutif Internasional yang mengalami kerugian 2 tahun berturut-turut, serta Bank Bumiputera yang rugi pada tahun 2005. Dari hasil rata-rata laba rugi selama 4 tahun keempat bank tersebut Bank Permata, Bank Century, dan Bank Eksekutif Internasional mengalami kerugian, sedangkan Bank Bumiputera tidak rugi tetapi rasio ROA dan ROE masing-masing bernilai 0. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa tidak semua rasio keuangan CAMEL yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR mempunyai pengaruh terhadap kondisi bermasalah pada bank. Hanya rasio NPL dan ROE yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap adanya kondisi bermasalah pada perusahaan perbankan yang dalam penelitian ini di proxy -kan dengan nilai laba rugi perusahaan. Hasil korelasi antar variabel yang ditunjukkan dalam Lampiran 10, terdapat 4 variabel independen yang mempunyai korelasi positif dengan variabel dependen, yaitu CAR, ROA, ROE, dan NIM. Artinya, semakin tinggi rasio CAR, ROA, ROE, NIM maka semakin tinggi pula laba perusahaan. ROE commit to user 53 mempunyai hubungan yang paling erat dengan laba rugi, keeratan hubungan sebesar 63,2, dilanjutkan dengan NIM yaitu sebesar 45, kemudian CAR sebesar 44, dan yang terakhir adalah ROA sebesar 22,4. Dalam Lampiran 11 dapat diketahui bahwa pada bank-bank kategori tidak bermasalah terdapat 4 variabel independen yang berkorelasi positif dengan laba rugi, yaitu CAR, NPL, ROA, ROE, dan NIM. Korelasi paling kuat terjadi pada ROE dan NIM keeratan hubungannya sama yaitu 54,8, kemudian ROA sebesar 41,9, selanjutnya CAR dan NPL masing-masing sebesar 26,6 dan 20,4. Dapat disimpulkan bahwa pada bank-bank bermasalah dan tidak bermasalah, laba rugi mempunyai korelasi yang positif pada CAR, ROA, ROE, dan NIM. Sedangkan pada kelompok bank dengan kategori tidak bermasalah, laba rugi berkorelasi positif dengan CAR, NPL, ROA, ROE, dan NIM. Berdasarkan uji beda yang telah dilakukan, rasio CAR antara bank bermasalah dan tidak bermasalah tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena tingkat signifikansinya di bawah 5 sehingga tidak mendukung hipotesis yang telah dirumuskan. Hal ini diperkuat dengan data yang menunjukkan bahwa rata-rata rasio CAR dari seluruh bank bernilai 18, keempat bank kategori bermasalah memiliki nilai CAR yang lebih rendah dari rata-rata, namun ada pula bank yang tidak termasuk dalam kategori bermasalah memiliki CAR di bawah rata-rata lihat Lampiran 2. Hasil uji beda secara statistik menunjukkan rasio NPL tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara bank bermasalah dan bank tidak bermasalah karena tingkat signifikansinya dibawah 0,050 yaitu 0,009. Hal ini didukung commit to user 54 dengan data bahwa pada rasio NPL, rata-rata dari seluruh bank bernilai 4, tiga dan keempat bank kategori bermasalah memiliki nilai NPL yang lebih tinggi dari rata-rata namun ada pula bank yang tidak termasuk dalam kategori bermasalah memiliki NPL di atas rata-rata lihat Lampiran 3. Untuk rasio ROA, rata-rata dari seluruh bank bernilai 0, keempat bank kategori bermasalah memiliki nilai ROA yang lebih rendah dari rata- rata, namun ada pula bank yang tidak termasuk dalam kategori bermasalah memiliki ROA di bawah rata-rata lihat Lampiran 4. Hal ini mendukung hasil uji statistik bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ROA bank bermasalah dan bank tidak bermasalah, ditunjukkan dengan nilai signifikansi ROA dibawah 0,050 yaitu sebesar 0,001. Hasil uji beda rasio ROE menunjukkan angka signifikansi 0,000 atau di bawah 0,050 sehingga tidak mendukung hipotesis yang diajukan penulis. Hal ini didukung dengan data bahwa untuk rasio ROE, rata-rata dari seluruh bank bernilai 12, keempat bank kategori bermasalah memiliki nilai ROE yang lebih rendah dari rata-rata, namun ada pula bank yang tidak termasuk dalam kategori bermasalah memiliki ROE di bawah rata-rata Lampiran 5. Maka dapat disimpulkan bahwa ROE bank bermasalah dan tidak bermasalah tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dalam Tabel IV.10 dapat dilihat tingkat signifikansi BO PO untuk uji beda adalah 0,006. Ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara bank bermasalah dan tidak bermasalah. Simpulan tersebut didukung dengan data bahwa untuk rasio BO PO, rata-rata dari seluruh bank commit to user 55 bernilai 81, keempat bank kategori bermasalah memiliki nilai BO PO yang lebih besar dari rata-rata, namun ada pula bank yang tidak termasuk dalam kategori bermasalah memiliki BO PO di atas rata-rata Lampiran 6. Rasio NIM dan LDR merupakan rasio yang memiliki perbedaan antara bank bermasalah dan bank tidak bermasalah, hal ini ditunjukkan dalam Tabel IV.10. Nilai signifikansi untuk kedua rasio tersebut masing-masing 0,712 dan 0,768. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rasio keuangan pada bank bermasalah dan bank tidak bermasalah tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini hanya berlaku untuk variabel independen NIM dan LDR. Berdasarkan Ketetapan Bank Indonesia, Rasio keuangan CAMEL CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, BO PO, LDR merupakan alat untuk mengukur tingkat kesehatan perbankan, sehingga kurang tepat jika digunakan untuk memprediksi kebangkrutan. Bank-bank yang termasuk dalam kategori bermasalah akan masuk dalam daftar pengawasan untuk ‘disehatkan’ kembali sehingga tidak ada kecenderungan bank berada dalam kondisi kebangkrutan. commit to user 56 BAB V PENUTUP

E. KESIMPULAN

Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008- 2011

3 71 99

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

1 97 132

Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 77 85

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008

1 24 84

Pengaruh Rasio CAMEL dan Risiko Perbankan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Perbankan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 sampai dengan 2012)

0 9 94

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008- 2011

0 0 14

Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008- 2011

0 0 8

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 1 17

Analisis CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Bank pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011

0 0 11