Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E pada lima Lokasi

Pada lokasi V jumlah nilai FR tertinggi terdapat pada Elaphoglossum robinsonii yaitu sebesar 11,54 , sedangkan nilai FR terendah terdapat pada Asplenium subnormal, Cheiropleuria bicuspida, Diplazium velutinum, Elaphoglossum callifolium, Oleandra pistillaris, yaitu dengan nilai FR sebesar 1,92. Hal ini menunjukkaan bahwa Elaphoglossum robinsonii tersebar merata pada lokasi V, sedangkan jenis yang memiliki niai FR terendah tidak tersebar merata. Tabel 4.6.

4.4. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E pada lima Lokasi

Dari hasil yang didapat pada masing-masing lokasi penelitian, diperoleh nilai Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener H’ dan Indeks Keseragaman E pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli Ketinggian m dpl Indeks Keanekaragaman H’ Indeks Keseragaman E 1200-1300 2,773169 0,80756 1300-1400 2,72058 0,85605 1400-1500 2,899736 0,86115 1500-1600 2,554024 0,85255 1600-1700 2,245753 0,74965 Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ untuk tumbuhan paku- pakuan pada lokasi I adalah 2,77, pada lokasi II adalah 2,72, pada lokasi III adalah 2,89, pada lokasi IV adalah 2,55 dan pada lokasi V adalah 2,24. Menurut Mason 1980 , jika nilai H’ lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenis rendah, jika nilai H’ 1-3 berarti keanekaragaman jenis sedang, dan jika nilai H’ lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenis tinggi. Universitas Sumatera Utara Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai indeks keanekaragaman tumbuhan paku-pakuan teresterial maupun epifit di kawasan Hutan Aek Nauli tergolong sedang. Odum 1996, menyatakan bahwa semakin banyak jumlah spesies, maka semakin tinggi keanekaragaman. Sebaliknya bila nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis. Keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena satu komunitas walaupun banyak jenisnya, tetapi bila penyebaran individu tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Menurut Indriyanto 2006, keanekaragamam jenis di dalam atau di antara berbagai komunitas melibatkan 3 komponen yaitu ruang, waktu dan makanan Menurut Soerianegara dan Indrawan 1999, bahwa dengan memperhatikan keanekaragaman jenis dalam komunitas diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisme komunitas tersebut. Biasanya makin banyak atau semakin beranekaragam suatu komunitas, makin tinggi organisasi di dalam komunitas tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaan sehingga keadaannya semakin lebih baik. Nilai Indeks Keseragaman E, paku-pakuan di kawasan Hutan Aek Nauli adalah lokasi I sebesar 0,80, pada lokasi II adalah sebesar 0,85, pada lokasi III adalah sebesar 0,86, pada lokasi IV adalah sebesar 0,85 dan pada lokasi V adalah sebesar 0,74. Menurut Krebs 1985, keseragaman rendah apabila E bernilai 0 – 0,5 dan keseragaman tinggi apabila E bernilai 0,5 – 1, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai keseragaman pada lokasi I, II, III, IV dan V adalah tinggi. Tingginya nilai keseragaman pada kelima lokasi tersebut dikarenakan penyebaran jenis yang merata Tabel 4.7 Universitas Sumatera Utara

4.5. Indeks Kesamaan IS