Waktu dan Tempat Penelitian Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pelaksanaan Penelitian .1. Alat dan Bahan Alat-alat . Pengamatan Objek Penelitian Analisis Data 1. Keanekaragaman Tumbuhan Paku Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli Kabupaten Sima

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu di sekitar bulan Desember 2010 sampai dengan Februari 2011 di hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran A.

3.2 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Hutan kawasan Aek Nauli secara administrative berada di lima kecamatan, yaitu Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hutaran dan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Secara Geografis terletak diantara 02 40’00’’ LU – 02 50’00’’ LU dan 98 50’00’’ BT - 98 10’00’’ BT. Lokasi ini berjarak + 5 km dari Prapat sebagai kota wisata andalan Sumatera Utara dan + 60 km dari kota Balige. Hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, yang berada pada ketinggian +1200 m – 1700 m dpl, merupakan daerah yang terdiri dari tebing yang tinggi, jurang yang terjal. Hutan Aek Nauli memiliki tekstur tanah berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat, lempung halus. 3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Alat dan Bahan Universitas Sumatera Utara

a. Alat-alat .

Meteran, tali rafia, alat tulis dan buku lapangan buku identifikasi, parang, pisau, gunting, sasak kayu alat press, koran bekas, kantung plastik, label spesimen, lakban, soil tester, Loupe, Lux meter, Camera dokumentasi, altimeter, pH meter, GPS, Hygrometer, Thermometer udara, Thermometer tanah.

b. Bahan-bahan .

Alkohol 70, aquades, kantong plastik ukuran 40 x 60 cm, kertas koran bekas, label gantung, Tally sheet, dan bagian-bagian tumbuhan paku terestial dan epifit hasil koleksi pada seluruh transek penelitian.

3.3.2. Di Lapangan a. Penentuan lokasi lapangan

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling berdasarkan keberadaan tumbuhan paku yang dianggap mewakili tempat tersebut. Pengamatan dan pengambilan koleksi tumbuhan paku dilakukan dengan menggunkan petak contoh berbentuk kuadrat dan penempatannya secara petak berganda. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposiv sampling. Cara kerja sebagai berikut : penentuan daerah sample pada hutan Aek Nauli ditentukan langsung dengan terlebih dahulu dieksplorasi untuk mengetahui keberadaan tumbuhan Paku-pakuan. Lokasi dipilih berdasarkan ketinggian yaitu lokasi 1 dengan interval ketinggian 1.200 - 1.300 mdpl. Lokasi 2 dengan interval ketinggian 1.300 - 1.400 mdpl. Lokasi 3 dengan interval ketinggian 1.400 - 1.500 m dpl. Lokasi 4 dengan interval ketinggian 1.500 – 1.600 mdpl. Dan lokasi 5 1.600 – 1.700 mdpl. Kemudian ditentukan jumlah plot pengamatan ukuran 5 x 5 m sebanyak 10 plot di sepanjang jalur pendakian ke sebelah kiri dan kanan jalur dengan jumlah keseluruhan sebanyak 50 plot atau disesuaikan dengan keadaan di lapangan Lampiran B. Universitas Sumatera Utara

b. Pengamatan Objek Penelitian

Dilakukan pengoleksian spesimen dari seluruh jenis tumbuhan paku dan tumbuhan paku yang tidak dikenal diberi label gantung bernomor. Setiap sampel yang diambil diusahakan yang mengandung spora dan dicatat deskripsi setiap tumbuhan paku yang dikoleksi.

c. Pengukuran Faktor Fisik Kimia

Pada lokasi pengamatan, dilakukan pengukuran faktor fisik yang meliputi ketinggian dengan menggunakan Altimeter, Intensitas cahaya dengan Lux meter, suhu udara dengan thermometer udara, suhu tanah dengan soil thermometer, kelembaban udara dengan Higrometer, kelembaban dan pH tanah dengan Soil Tester, posisi dengan GPS dengan pengulangan tiga kali. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan bor tanah sampai kedalaman 1-20 cm dengan sistem diagonal Lampiran C yang dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan pada setiap lokasi pengamatan. Tanah yang diambil dihomogenkan kemudian diambil cuplikannya sebanyak 500 gr untuk dianalisis di laboratorium. Untuk analisis tanah, sampel tanah dibawa ke Laboratorium Riset Fakultas Pertanian USU. Selanjutnya diukur kandungan unsur hara, yang berupa N, P, K, Ca, Mg, dan C Organik dan komposisi penyusun tanah yang terkandung di dalamnya.

3.3.3. Di Laboratorium

Setelah pengamatan di lapangan berakhir, tumbuhan paku yang telah dikoleksi dibuka kembali dan disusun sedemikian rupa untuk dikeringkan dengan oven pengering dengan temperatur + 60 C Selama 24 jam. Spesimen yang telah benar-benar kering diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Medannese MEDA Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan acuan antara lain: Universitas Sumatera Utara Taxonomy of Vascular Plants Lawrence,1958, Comparative Morphology of Vasecular Plants Foster and Gifford,1967, Jenis Paku Indonesia Sastrapradja at al. 1980, Flora Steenis, 1981 , Kerabat Paku Sastrapradja Afriastini, 1985 , Ferns of Malaysia in Colour Piggott, 1984. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Keanekaragaman Tumbuhan Paku

a. Dominansi Jenis Tumbuhan

Analisis vegetasi adalah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi di dalam suatu ekosistem Kusmana, 1997. Dalam analisis vegetasi dilakukan penghitunran Indeks Nilai Penting INP untuk mengetahui dominansi tumbuhan pada suatu kawasan hutan. INP merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif KR, Frekuensi Relatif FR, dan Dominansi Relatif DR. rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Kerapatan K = ∑individu suatu jenis dalam luas contoh luas contoh 2. Kerapatan Relatif KR = kerapatan suatu jenis ��������� ������ℎ ����� x100 3. Frekuensi F = ∑plot diketemukannya suatu jenis ∑seluruh plot 4. Frekuensi Relatif �� = frekuensi suatu jenis frekuensi seluruh jenis x100 5. Indeks Nilai Penting INP INP = KR + FR 6. Indeks Keanekaragaman H’ Universitas Sumatera Utara H’= ∑ Pi ln Pi n i=0 Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Pi = niN ni = Jumlah total suatu jenis N = Jumlah total individu S = Jumlah jenis Identifikasi Indeks Keanekaragaman jenis, sbb : 1. Rendah, bila indeks keanekaragaman H’ 1 2. Sedang, bila indeks kaeanekaragaman 1 H’ 3 3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman H’ 3 Krebs, 1985. 7. Indeks Keseragaman E � = �′ � ��� Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner H max = ln S ; S= jumlah jenis Identifikasi Indeks Keseragaman, sbb : 1. Rendah, apabila E bernilai 0-0,5 2. Tinggi, apabila E bernilai 0,5-1 Krebs, 1985 8. Indeks Kesamaan �� = 2 � � + � × 100 Keterangan : A = Jumlah jenis yang ada pada lokasi A B = Jumlah jenis yang ada pada lokasi B Universitas Sumatera Utara C = Jumlah jenis yang terdapat pada kedua lokasi yang dibandingkan Pengelompokan nilai IS oleh Suin 2003, sebagai berikut : 1. Kesamaan 25 : sangat tidak mirip 2. Kesamaan 25-50 : tidak mirip 3. Kesamaan 50-75 : mirip 4. Kesamaan 75 : sangat mirip

3.4.2. Pola Distributif penyebaran.

Selanjutnya untuk mengetahui pola distributif vegetasi Paku-pakuan berdasarkan analisis pola distributif indeks Morishita dapat dilihat pada rumus berikut ini Krebs, 1985 : Ið = � ∑ �� ��−1 � �=� � �−1 Keterangan : Ið = indeks Morishita Xi = jumlah individu jenis X pada petak contoh ke-1 1,2,...,q q = jumlah petak contoh T = jumlah semua individu pada semua petak contoh Penyebaran individu ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut : a Jika Ið = 1, maka individu menyebar secara acak random b Jika Ið 1, maka individu menyebar secara berkelompok cliumped c Jika Ið 1, maka individu menyebar secara teratur uniform regular

3.4.3. Analisis Taksonomi

Universitas Sumatera Utara Jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan didiskripsikan dan dilengkapi dengan foto, keterangan morfologi dan gambaran habitat secara umum dari masing- masing jenis. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun

Hasil penelitian di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun yang dilakukan di lima lokasi berdasarkan ketinggian ditemukan 60 jenis tumbuhan paku yang terdiri dari 42 jenis tumbuhan paku teresterial, 18 jenis tumbuhan paku epifit. Tumbuhan paku tersebut termasuk dalam 19 famili dan 43 genus Tabel 4.1. Berdasarkan dari habitat paku-pakuan tersebut terdiri dari 18 jenis paku epifit dan 42 jenis paku teresterial yang tersebar pada 5 lokasi penelitian berdasarkan perbedaan ketinggian. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada ketinggian 1200-1300 m dpl sebanyak 31 jenis yang terdiri dari 23 jenis paku teresterial, 8 jenis paku epifit. Pada ketinggian 1300-1400 m dpl sebanyak 24 jenis yang terdiri dari 15 jenis paku teresterial, 9 jenis paku epifit. Pada ketinggian 1400-1500 m dpl sebanyak 29 jenis yang terdiri dari 22 jenis paku teresterial, 7 jenis paku epifit. Pada ketinggian 1500-1600 m dpl terdapat 20 jenis yang terdiri dari 17 jenis paku teresterial, 3 jenis paku epifit, sedangkan di ketinggian 1600-1700 m dpl terdapat 20 jenis yang terdiri dari 15 jenis paku tersterial dan 5 jenis paku epifit. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Jenis-jenis Tumbuhan paku yang ditemukan di Hutan Aek Nauli No Famili Nama jenis Lokasi I II III IV V 1 Aspidiaceae Arachniodes hasseltii √ - - - - 2 Heteregonium wignanii - √ - - - 3 Tectaria angulata √ √ - - - 4 Tectaria melanocaula - √ - - - 5 Aspleniaceae Asplenium caudatum √ - √ - - 6 Asplenium nidus - √ - - √ 7 Asplenium pellucidum - √ - - - 8 Asplenium phyllitidis √ √ √ - - 9 Asplenium sp - √ √ - - 10 Asplenium subnormal - - - - √ 11 Athyriaceae Athyrium dilatatum - √ - - - 12 Diplazium sp. - - √ - - 13 Diplazium velutinum √ - √ - √ 14 Blechanceae Brainea insignis - √ √ - - 15 Blechnum indicum √ √ - - √ 16 Cyatheaceae Cyathea contaminans √ √ √ - - 17 Cyathea glabra - - - √ √ 18 Cyathea hymenodes √ - - - √ 19 Davalliacaea Davalia divaricata √ - - - - 20 Davalia trichomanoides √ √ √ - - 21 Humata repens √ - - √ - 22 Humata pectinata - - √ √ √ 23 Gleicheniaceae Dicranopteris linearis √ - √ √ √ 24 Gleichenia linearis - √ - √ - 25 Gleichenia longissima - √ √ √ √ 26 Gleichenia truncate - - - √ - 27 Grammitidaceae Ctenopteris contigua √ - - - - 28 Hypolepidaceae Histiopteris incise - - √ - - 29 Pteridium aquilinum - - √ √ - 30 Lindsaeaceae Lindsaea bonillodii - - - - √ 31 Lindsaea lucida √ √ √ - - 32 Sphenomeris chinensis - - √ √ - 33 Lomariopsidaceae Elaphoglossum callifolium √ √ √ √ √ 34 Elaphoglossum robinsonii √ √ - - √ Universitas Sumatera Utara No Famili Nama jenis Lokasi I II III IV V 35 Licopodiaceae Lycopodium cernum - √ √ √ 36 Lycopodium complanatum √ - - - - 37 Marattiaceae Angiopteris evecta - - - √ - 38 Angiopteris angustifolia √ √ - - - 39 Nephrolepidacea Nephrolepis radicans √ - √ √ - 40 Nephrolepis dicksonoides - √ √ - - 41 Oleandraceae Oleandra pistillaris √ √ √ √ √ 42 Polypodiaceae Aglaomorpha Heraclea √ √ √ - - 43 Belvisia revolute √ - - - - 44 Cheiropleuria bicuspida - - - - √ 45 Crypsinopsis subfasciatus √ - √ √ - 46 Crypsinus wrayi √ - - - - 47 Dipteris conjugate - - √ √ - 48 Goniophlebium verrucosum √ - - - - 49 Lepisorus longifolius √ - √ √ - 50 Phymatopteris triloba √ - √ √ √ 51 Phymatosorus longissima - √ - - - 52 Pyrrosia foccigera - √ √ - - 53 Selliguea lima - - √ - √ 54 Selaginellaceae Selaginela ornate - √ - - √ 55 Thelypteridaceae Pneumatopteris callosa √ - - - - 56 Pronephrium triphyllum √ - √ √ √ 57 Pseudophegopteris paludosa √ - - - - 58 Vittariaceae Antrophyum callifolium - - - - √

59 Antrophyum semicostatum

- - √ - - 60 Vittaria ensiformis √ - - √ - Jumlah Jenis 31 24 29 20 20 Paku Teresterial 23 `15 22 17 15 Paku Epifit 8 9 7 3 5 Keterangan: = jenis paku epifit √ = ditemukan = jenis paku teresterial – = tidak ditemukan Jumlah famili = 19 Universitas Sumatera Utara Dijelaskan oleh Barbour et al. 1987, Krebs 1985, Soegianto 1994, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Odum 1996 juga menyatakan bahwa semakin banyak jumlah spesies, maka semakin tinggi keanekaragamannya.

4.2. Komposisi Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli