4.5. Indeks Kesamaan IS
Indeks Kesamaan berguna untuk mengetahui seberapa besar kesamaan organisma yang dapat hidup di dua tempat yang berbeda, dan juga dapat digunakan
untuk mengetahui penyebarannya. Semakin besar IS maka jenis yang sama pada lokasi yang berbeda semakin banyak Krebs, 1985. Indeks Similiritas pada lokasi
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 8. Nilai Indeks Kesamaan IS di Hutan Aek Nauli
Lokasi 1
2 3
4 5
1 1200-1300 m dpl
55.12 62.39 42.38
32.40
2 1300-1400 m dpl
54.33 25.71
38.26
3 1400-1500 m dpl
60.19 35.94
4 1500-1600 m dpl
69.52
5 1600-1700 m dpl
Pengelompokan nilai IS oleh Suin 2003, sebagai berikut: a.
Kesamaan 25 : sangat tidak mirip b.
Kesamaan 25-50 : tidak mirip c.
Kesamaan 50-75 : mirip d.
Kesamaan 75 : sangat mirip
Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada lokasi 1 1200-1300 m dpl jenis- jenis tumbuhan pakunya mirip dengan lokasi 2 1300-1400 m dpl, dan lokasi 3
1400-1500 m dpl. Demikian juga pada lokasi 2 1300-1400 m dpl jenis-jenis pakunya mempunyai kesamaan yang mirip dengan lokasi 3 1400-1500 m dpl , dan
tumbuhan paku pada lokasi 3 1400-1500 m dpl mirip dengan tumbuhan paku pada lokasi 4 1500-1600 m dpl. Lokasi 4 1500-1600 m dpl juga tumbuhan pakunya
mirip dengan lokasi 5 1600-1700 m dpl.
Universitas Sumatera Utara
Kemiripan jenis pada lokasi penelitian menunjukkan adanya kecenderungan pada ketinggian yang berdekatan sehingga mirip jenis-jenisnya. Hal ini disebabkan
perbedaan suhu di setiap lokasi hanya berbeda sedikit saja, pada lokasi 1 1200-1300 m dpl suhu udara 20
C, pada lokasi 2 1300-1400 suhu udara 22,33 C, pada lokasi
3 1400-1500 m dpl suhu udara 20,67 C, pada lokasi 4 1500-1600 m dpl suhu
udara 21 C dan pada lokasi 5 1600-1700 m dpl suhu udara 19,5
C demikian juga kaitannya dengan suhu tanah, pada lokasi 1 sampai lokasi 5 perbedaanya hanya
sedikit, dapat dilihat pada Tabel 4.10.
4.6. Distribusi dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku 4.6.1. Distribusi Tumbuhan Paku
Distribusi jenis paku-pakuan yang terdapat di Hutan Aek Nauli memiliki jumlah individu yang paling banyak berturut-turut adalah, pada lokasi I Oleandra
pistillaris, sebanyak 148 individu, diikuti Nephrolepis radicans sebanyak 54 individu dan Ctenopteris contigua, Davalia trichomanoides, Tectaria angulata masing-masing
sebanyak 43 individu. Pada lokasi II jenis paku-pakuan yang memiliki jumlah terbanyak berturut-turut adalah Tectaria angulata sebanyak102 individu, Phyrrosia
foccigera sebanyak 85 individu dan Brainea insignis, Gleichenia longissima masing- masing sebanyak 50 individu. Pada lokasi III jenis paku-pakuan yang memiliki
jumlah terbanyak berturut-turut adalah Crypsinopsis subsfasciatus sebanyak 142 individu, Sphenomeris chinensis sebanyak 115 individu dan Dipteris conjugate
sebanyak 55 individu. Pada lokasi IV jenis paku-pakuan yang memiliki jumlah terbanyak berturut-turut adalah Pteridium aquilinum sebanyak 255 individu,
Lycopodium cernuum sebanyak 139 individu dan Gleichenia longissima dan Gleichenia truncata masing-masing sebanyak 86 individu. Pada lokasi V jenis paku-
pakuan yang memiliki jumlah terbanyak berturut-turut adalah Gleichenia longissima sebanyak 268 individu, Lycopodium cernuum sebanyak 235 individu dan Selaginella
ornate sebanyak 129 individu Tabel 4.9 .
Universitas Sumatera Utara
Pada Oleandra pistilaris terdapat pada setiap lokasi, yaitu pada lokasi I terdapat 148 individu, pada lokasi II terdapat 22 individu, pada lokasi III terdapat 12
individu, pada lokasi IV terdapat 26 individu dan pada lokasi V terdapat 5 individu, yaitu dengan jumlah total ke semua lokasi berjumlah 213 individu, begitu juga pada
jenis Elaphoglossum callifolium juga terdapat pada setiap lokasi, diduga jenis Oleandra pistilaris dan Elaphoglossum callifolium mempunyai sifat toleran sehingga
mampu beradaptasi dan memungkinkan bisa tumbuh di setiap lokasi yang mempunyai perbedaan faktor fisik dan faktor kimia. Jenis Lycopodium cernuum
mempunyai jumlah individu yang cukup besar yaitu sebanyak 377 individu di mana semakin tinggi lokasinya semakin banyak jumlah individunya, yaitu pada lokasi III
sebanyak 3 individu, pada lokasi IV terdapat 139 individu dan pada lokasi V terdapat 235 individu. Jumlah yang cukup besar terdapat pada lokasi IV dan V diduga kedua
lokasi ini cocok untuk jenis Lycopodium cernuum, dari data factor fisik kedua lokasi tersebut mempunyai perbedaan yang sangat sedikit, seperti suhu udara, suhu tanah,
pH tanah dan Intensitas cahaya Tabel 4. 10.
4.6.2. Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli
Untuk mengetahui pola distribusi setiap spesies tumbuhan paku yang terdapat di Hutan Aek Nauli , digunakan Indeks Morisita Id. Dari hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, diperoleh nilai teratur. Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa Indeks distribusi untuk setiap spesies di seluruh lokasi penelitian memiliki nilai Id 1.
Menurut Kusmana 1997, bahwa individu menyebar secara acak random bila id = 1, individu menyebar secara teratur bila id 1 dan individu menyebar secara
kelompok bila id 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Nilai Indeks Morisita Id Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli
No. Nama Jenis
Indeks Morisita Keterangan
1 Aglaomorpha Heraclea
0.000692 Teratur
2 Angiopteris evecta
0,000080 Teratur
3 Angiopteris angustifolia
0,000035 Teratur
4 Antrophyum callifolium
0,000002 Teratur
5 Antrophyum semicostatum
0,000139 Teratur
6 Arachniodes hasseltii
0,000457 Teratur
7 Asplenium caudatum
0,003229 Teratur
8 Asplenium nidus
0,000065 Teratur
9 Asplenium pellucidum
0,000725 Teratur
10 Asplenium phyllitidis
0,000599 Teratur
11 Asplenium sp
0,000198 Teratur
12 Asplenium subnormal
0,000017 Teratur
13 Athyrium dilatatum
0,001209 Teratur
14 Belvisia revolute
0,000024 Teratur
15 Blechnum indicum
0,000213 Teratur
16 Brainea insignis
0,00255 Teratur
17 Cheiropleuria bicuspida
0,000010 Teratur
18 Crypsinopsis subfasciatus
0,014712 Teratur
19 Crypsinus wrayi
0,001390 Teratur
20 Ctenopteris contigua
0,000271 Teratur
21 Cyathea contaminans
0,004286 Teratur
22 Cyathea glabra
0,000378 Teratur
23 Cyathea hymenodes
0,000225 Teratur
24 Davalia divaricata
0,000036 Teratur
25 Davalia trichomanoides
0,002292 Teratur
26 Dicranopteris linearis
0,004013 Teratur
27 Diplazium sp.
0,000019 Teratur
28 Diplazium velutinum
0,000251 Teratur
29 Dipteris conjugate
0,005843 Teratur
30 Elaphoglossum callifolium
0,000466 Teratur
31 Elaphoglossum robinsonii
0,002239 Teratur
32 Gleichenia linearis
0,002288 Teratur
33 Gleichenia longissima
0,026578 Teratur
34 Gleichenia truncate
0,005747 Teratur
35 Goniophlebium verrucosum
0,000090 Teratur
36 Heteregonium wignanii
0,001203 Teratur
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kriteria tersebut dapat dilihat bahwa pada ketinggian 1200-1700 m dpl hampir keseluruhan tumbuhan paku adalah tersebar secara teratur. Menurut
Kusmana 1995, bahwa faktor yang mempengaruhi pola sebaran individu antara lain : faktor vektorial dari aksi berbagai tekanan lingkungan luar angin, aliran air,
intensitas cahaya, faktor reproduksi sebagai akibat dari prilaku masing-masing jenis.
No. Nama Jenis
Indeks Morisita Keterangan
37 Histiopteris incise 0,001952
Teratur 38 Humata pectinata
0,003826 Teratur
39 Humata repens 0,002285
Teratur 40 Lepisorus longifolius
0,000407 Teratur
41 Lindsaea bonillodii 0,000202
Teratur 42 Lindsaea lucida
0,000848 Teratur
43 Lycopodium cernuum 0,035345
Teratur 44 Lycopodium complanatum
0,000018 Teratur
45 Nephrolepis dicksonoides 0,003934
Teratur 46 Nephrolepis radicans
0,005639 Teratur
47 Oleandra pistillaris 0,031329
Teratur 48 Phymatopteris triloba
0,002161 Teratur
49 Phymatosorus longissima 0,0000
Teratur 50 Pneumatopteris callosa
0,000168 Teratur
51 Pronephrium triphyllum 0,003475
Teratur 52 Pseudophegopteris paludosa
0,000162 Teratur
53 Pteridium aquilinum 0,029546
Teratur 54 Pyrrosia foccigera
0,013344 Teratur
55 Selaginela ornate 0,00386
Teratur 56 Selliguea lima
0,001255 Teratur
57 Sphenomeris chinensis 0,020403
Teratur 58 Tectaria angulata
0,009255 Teratur
59 Tectaria melanocaula 0,000058
Teratur 60 Vittaria ensiformis
0,001367 Teratur
Universitas Sumatera Utara
4.7. Habitat Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli
Tumbuhan paku teresterial yang akarnya tumbuh dan berkembang di dalam tanah memerlukan unsur hara yang cukup dan sesuai untuk keberlangsungan
pertumbuhannya. Selain itu, tekstur, unsur hara tanah dan komposisi penyusun tanah juga mempengaruhinya, seperti tercantum pada Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10 Data Faktor Fisik Lokasi Penelitian
Faktor Fisik Ketinggian m dpl
1200-1300 1300-1400
1400-1500 1500-1600
1600-1700 Suhu Udara
˚C 20,1
22,33 20,67
21 19,5
Suhu Tanah ˚C
21 18
19 21,3
19,5 Kelembaban
92,6 75,67
71,33 80,3
94,3 Intensitas cahaya
Lux meter 900
530 438,67
563,3 426,6
Dari Tabel 4.10 tersebut dapat dilihat kondisi fisik lingkungan dari masing- masing lokasi penelitian. Suhu udara yang diukur dengan Termometer air raksa
cenderung tidak terpengaruh pada kenaikan ketinggian antar lokasi penelitian. Menurut Anwar et al. 1994, suhu umumnya akan turun sekitar 0,6
C setiap penambahan ketinggian 100 m dpl. Tapi hal ini berbeda-beda, tergantung pada
tempat, musim, waktu, kandungan uap air dan sifat fisik lainnya, sehingga hal ini dimungkinkan terjadi.
Kenaikan ketinggian juga terlihat tidak mempengaruhi kelembaban maupun intensitas cahaya. Tingginya intensitas cahaya dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
tutupan tajuk dan awan. Dalam hal ini dari ketinggian 1300-1700 m dpl tajuk pohon semakin rapat. Hal ini sangat bertentangan Anwar et al. 1994, menyatakan dengan
naiknya ketinggian, terjadi perubahan vegetasi yang mencolok, dimana tajuk pohon semakin rata dan pohon semakin pendek. Gusmalyana 1983, menambahkan pada
komunitas hujan tropis intensitas cahaya yang sampai pada lantai hutan umumnya
Universitas Sumatera Utara
sedikit dan hal ini disebabkan terhalangnya cahaya oleh lapisan tajuk pohon disekitarnya. Hal ini dikarenakan kawasan ini merupakan kawasan reklamasi dan
hutan percontohan yang diketahui memiliki keunikan tersendiri dengan ditemukannya daerah hutan primer-sekunder bawah dan hutan primer-sekunder atas.
Tabel 4. 11. Analisis Tanah di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun No
Parameter Ketinggian mdpl
1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700 1
C-organik 1,50
1,97 2,67
2,08 2,21
2 N-total
0,10 0,15
0,16 0,19
0,15
3 CN
15,0 13,13
16,69 10,95 14,73
4 P-avl Bray
II ppm 6
8 9
9 5
5
K-exch me100
0,53 0,25
0,26 0,35
0,31
6 Ca-exch
me100 0,18
0,21 0,19
0,28 0,22
7 Mg-exch
me100 0,11
0,15 0,23
0,37 0,25
8 pH
6,5 6,3
6,33 6,3
6,4 Sumber: Laboratorium Riset Pertanian USU, Medan 2011
Keterangan: = Sangat rendah
= Rendah = Sedang
= Tinggi = agak masam
Universitas Sumatera Utara
Tumbuhan paku teresterial yang akarnya tumbuh dan berkembang di dalam tanah memerlukan unsur hara yang cukup dan sesuai untuk keberlangsungan
pertumbuhannya. Selain itu, tekstur, unsur hara tanah dan komposisi penyusun tanah juga mempengaruhinya seperti tercantum pada Tabel 4.11 berikut ini
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa komposisi penyusun tanah di hutan Aek Nauli terdiri dari Karbon C, Nitrogen N, Kalium K, Natrium Na, Kalsium
Ca, Magnesium Mg. Unsur-unsur tersebut diperlukan oleh tumbuhan paku untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut LIPI 1980, tumbuhan paku
membutuhkan unsur-unsur nutrisi yang diambil melalui akar dan daun untuk hidup dan berkembang.
Nilai pH di kawasan Hutan Aek Nauli berkisar antara 6,3-6,5, yaitu tergolong agak masam. Kemasaman ini menggambarkan kondisi kimiawi, proses kimia yang
mungkin terjadi terhadap keadaan tanah dan pertumbuhan paku.
Menurut Edward et al. 1990 dalam Monk et al. 2000, bahwa perubahan penting pada tanah karena perubahan ketinggian adalah penurunan pH, peningkatan
karbon organik dan penurunan kedalaman perakaran. Selanjutnya LIPI 1980 mengemukakan angka kemasaman tanah kadang-kadang dipengaruhi oleh
kelembaban tanah. Tanah yang basah cenderung menunjukan pH yang rendah, sedangkan tanah yang kering pH nya agak tinggi. Selain itu kemasaman tanah juga
dipengaruhi juga oleh kadar bahan organik, mineral dan kapur yang terkandung di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
4.8. Deskripsi Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Aek Nauli 1 .