BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan:
1. Pengaturan prinsip kehati-hatian dalam perbankan ditegaskan secara normatif
dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan namun pengaturannya tidak secara tegas ditentukan ruang lingkupnya melainkan
sangat luas. Pengaturannya secara implisit tidak diatur secara detail apa-apa saja yang masuk dalam kategori wajib dilaksanakan. Pengaturannya secara eksplisit
sangat luas sekali menyangkut semua aspek ketaatan bank menurut ketentuan perundang-undangan menyangkut bank. Pengaturan prinsip kehati-hatian juga
menjadi kewenangan Bank Indonesia sebagaimana dalam Pasal 25 ayat 1 UU No.23 Tahun 1999 jo UU No.3 Tahun 2004 jo UU No.6 Tahun 2009 tentang
Bank Indonesia untuk menetapkan peraturannya melalui kebijakan PBI. Sehingga pengaturannya sebagai penundukan terhadap ketaatan bank berdasarkan
kelaziman perbankan dengan tujuan untuk menciptakan perbankan yang sehat. 2.
Penerapan prinsip kehati-hatian sebagai salah satu kewajiban bank di PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe diwujudkan dalam SOP. Dimana prosedur penarikan
tunai dalam Dokumen II.C.10 sebagai standar kewajiban para staf dan karyawan, melalui mekanisme penyerahan lembar kwitansicheque kepada teller dan telah
Universitas Sumatera Utara
diisi dengan lengkap dan validasi spesimen Nasabah terkait atau melalui kuasanya dengan menyerahkan identitas diri yang dapat berupa KTP, SIM, Passpor, Surat
Kuasa atau jenis identitas lainnya yang sah. Apabila telah melaksanakan UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan ketentuan
perundang-undangan lainnya serta PBI menyangkut kehati-hatian dan SOP bank, maka telah melaksanakan prinsip kehati-hatian dimaksud. Ukuran penerapan
prinsip kehati-hatian di PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe adalah UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan ketentuan
perundang-undangan lainnya serta SOP sebagai suatu kewajiban terhadap pihak- pihak yang terafiliasi dengan bank. SOP di PT. Bank BPD Aceh khususnya
Cabang Lhokseumawe sebagai aturan internal bank self regulation yang berlaku khusus di PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe.
3. Akibat hukum atas pelanggaran prinsip kehati-hatian jika berpedoman pada
prinsip business judgment rule, maka perbuatan seseorang atau pihak yang terafiliasi dengan bank yang menyebabkan kerugian pada bank harus dibuktikan
dengan itikad baik, jujur, bertanggung jawab, hati-hati, tidak memiliki unsur kesalahan, tidak terdapat benturan kepentingan, dan telah dilakukan upaya-upaya
atau tindakan pencegahan antisipasi sesuai dengan undang-undang dan SOP bank. Akibat hukum menurut UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998
tentang Perbankan dapat dikenakan sanksi hukum bagi staf, karyawan atau petugas bank yang tidak melaksanakan prinsip kehati-hatian berupa sanksi pidana
penjara, denda, atau pemberhentian pengurus bank atau pencantuman anggota
Universitas Sumatera Utara
pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang tercela di bidang Perbankan. Sedangkan terhadap bank itu sendiri dapat dikenakan sanksi
administratif berupa denda uang, teguran tertulis, penurunan tingkat kesehatan bank, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan
usaha tertentu Pasal 52. Akibatnya secara non yuridis dapat menimbulkan kerugian immateril atau berkurangnya kepercayaan masyarakarat terhadap bank,
kerugian finansial, atau dapat mengakibatkan sistem perekonomian negara terganggu. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lhokseumawe membebaskan
terdakwa dari segala tuntutan hukum sebab pada persidangan kasus pencairan cek Nomor: AP 011150 milik Pemda Kabupaten Aceh Utara terbukti dilakukannya
berdasarkan kehati-hatian menurut SOP di PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe.
B. Saran