Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori

Bisnis bank merupakan bisnis penuh dengan risiko. 17 Oleh sebab itu, dalam dunia perusahaan khususnya perbankan, maka pihak bank adalah sebagai pemegang amanah fiduciary yang harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan. Komisaris dan Direksi menempati posisi sebagai fiducia dalam pengelolaan bank dan mekanisme hubungannya harus secara fair. Menurut sistem hukum common law hubungan itu dapat didasarkan pada teori fiduciary duty. Bismar Nasution, menyebutkan bahwa: 18 Fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan orang lain, dimana kepentingan pribadi orang lain yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan dan bawahan dalam sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban standard of duty yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan fiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil trustee atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan trust and confidence yang dalam peran ini meliputi, ketelitian scrupulous, itikad baik good faith, dan keterusterangan candor. 17 Abdulkadir Muhammad, Loc. Cit. Risiko itu diantaranya: risiko kredit credit risk, risiko investasi investment risk, risiko likuiditas liquidty risk, risiko operasional operating risk, risiko penyelewengan fraud risk, risiko fidusia fiduciary risk, risiko tingkat bunga interest rate risk, risiko solvensi solvency risk, risiko valuta asing foreign currency risk, dan risiko persaingan competitive risk. 18 Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari: Tanggung Jawab Pengurus Bank dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan, diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 4-5. Di negara-negara common law dimana khususnya di negara Amerika yang telah mempunyai standar yang jelas untuk menentukan apakah seorang direksi dapat dimintai pertanggungjawabannya dalam tindakan yang diambilnya, yaitu disarkan pada standar duty of loyality dan duty of care dalam pertanggungjawaban direksi pada Perseroan Terbatas didasarkan kepada teori yang saling berkaitan, artinya teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Fiduciary ini termasuk hubungan seperti, pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan pelindung guardian. termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang mempunyai hubungan fiduciary dengan client-nya. Dalam memahami hubungan pemegang kepercayaan fiduciary relationship tersebut, sistem hukum common law mengakui bahwa orang yang memegang kepercayaan fiduciary secara natural memiliki potensi untuk menyalahgunakan wewenangnya. Hubungan pemegang kepercayaan tersebut harus didasarkan kepada standar perilaku yang tinggi. 19 Hal ini mengingat bahwa bank adalah lembaga yang menyimpan dana yang dipercayakan masyarakat kepadanya, sehingga perbuatan yang dapat mengakibatkan rusaknya kepercayaan masyarakat kepada bank, pada dasarnya juga akan merugikan bank maupun masyarakat. Menurut Benyamin N. Cardoza, seseorang yang memiliki tugas kepercayaan fiduciary duty manakala seseorang itu memiliki kapasitas dan seseorang yang memiliki kapasitas jika bisnis yang ditransaksikannya atau uangdana yang dikelola bukan miliknya atau bukan untuk kepentingannya, melainkan milik dan untuk kepentingan orang lain tersebut, dimana orang lain tersebut memiliki kepercayaan yang besar great trust kepadanya. Dengan kata lain, seseorang yang dipercaya tersebut harus memiliki itikad baik. 20 Hubungan antara orang yang dipercaya dengan orang yang mempercayai dalam mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis ini terjalin dalam 19 Ibid, hal. 5. 20 Benyamin N. Cardoza, dalam Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hal. 31 dan hal 32. Universitas Sumatera Utara suatu hubungan fiducia. Konsep fiduciary sama dengan trust yang dalam ilmu hukum trust berarti kepercayaan yang diberikan kepada seseorang yang dalam hal ini trustee untuk kepentingan pihak lain atau cestui que trust berkenaan dengan pengurusan harta benda yang dimasukkan dalam kekuasaan trustee untuk kepentingan pihak lain. 21 Teori trust lebih utuh dari teori fiduciary duty sebab trust memfokuskan kepercayaan segala-galanya atau semuanya sedangkan fiduciary duty ada pembatasan kepercayaan misalnya Direksi secara hukum dapat terlepas dari segala tuntutan sebab berkaitan dengan tanggung jawab di luar kewenangannya yang disebut dengan judgment rule sedangkan dalam trust, kepercayaan dibebankan sepenuhnya tanpa dibatasi. Teori kepercayaan awalnya dari model trust yang kemudian trust ini dibatasi dalam model fiducairy duty, sehingga kedua teori ini sebagai dasar dalam menerapkan prinsip kepercayaan. Walaupun keduanya berbeda namun keduanya tetap dibebankan kepedulian care, loyal loyality, itikad baik good faith, kejujuran honesty, keterampilan skill dalam derajat atau standar yang tinggi. 22 Dalam teori fiduciary duty, pemegang amanah atau orang yang dipercaya dalam mengelola sesuatu adalah trustee sedangkan pihak yang mempercayai pengelolaan itu adalah beneficiary. 23 Sehubungan dengan teori di atas, dalam dunia perbankan, pihak bank Direksi, Komisaris, Staf, Karyawan, dan lain-lain termasuk 21 Ibid, hal. 33. 22 Ibid, hal. 33-34. Lihat juga: Chandra Lubis, Unsur Itikad Baik Dalam Pengelolaan Perseroan Oleh Direksi, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal. 3, hal. 5, hal. 6, hal. 7, dan hal, 59. 23 Munir Fuady, Op. cit., hal. 34. Universitas Sumatera Utara dalam kategori orang atau pihak yang dipercaya dan yang paling tertinggi kepercayaan itu dipegang oleh Direksi yang disebut dengan trustee sedangkan masyarakat yang menyimpan dananya melalui bank masuk dalam kategori sebagai beneficiary atau orang yang mempercayai kepengurusan atau pengelolaan dana tersebut. Oleh sebab lembaga perbankan merupakan suatu lembaga sangat tergantung kepada kepercayaan masyarakat. Maka teori fiduciary duty penting untuk diterapkan dalam dunia perbankan tersebut. Tanpa adanya kepercayaan masyarakat, mustahil suatu bank mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Tidaklah berlebihan apabila di dunia perbankan harus sedemikian rupa menjaga kepercayaan masyarakat dengan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat, terutama kepentingan nasabah dari bank yang bersangkutan. Dalam menghindari terjadinya ketidakpercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, maka perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian, prinsip kehati- hatian mutlak diperlukan. 24 Berkaitan dengan penerapan prinsip kehati-hatian pada bank atau yang dikenal dengan prudential principle dalam rangka mengatur lalu lintas kegiatan perbankan, maka salah satu upaya agar prudential principle tersebut dapat dilakukan melalui penerapan Prinsip Mengenal Nasabah atau Know Your Customer Principles KYCP. Prinsip ini merupakan prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui 24 Chatamarrasjid Ais, Op. cit, hal. 144. Universitas Sumatera Utara identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan dan sudah menjadi kewajiban bank untuk menerapkannya. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dalam transaksi perbankan merupakan faktor yang penting dalam melindungi tingkat kesehatan bank. Hal ini dikarenakan dengan adanya prinsip ini berarti bank telah menerapkan prudential principle melalui penerapan Standar Operasional Prosedur SOP bank, dengan demikian bank akan terhindar dari berbagai risiko yang dapat mengganggu tingkat kesehatan bank itu sendiri. Misalnya untuk menghindari kredit macet, bank harus mengadakan analisis kredit terlebih dahulu. Analisis bank terhadap permohonan kredit adalah suatu cara untuk menerapkan prinsip kehati-hatian. 25 Prinsip Mengenal Nasabah meliputi kebijakan mengenai berbagai transaksi perbankan untuk menciptakan perbankan yang sehat. 26 Prinsip ini merupakan prinsip yang direkomendasikan oleh Committee on Banking Regulations and Supevisory Practise Basel Committee yang keanggotaannya terdiri dari para gubernur bank sentral di seluruh dunia untuk mengeluarkan kode etik perbankan pada tahun 1988. Basel Committee merekomendasikan Prinsip Mengenal Nasabah sebagai salah satu bentuk prudential regulation di lingkungan industri perbankan. 27 Dalam ketentuan Pasal 2 UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menegaskan bahwa “Perbankan Indonesia dalam melakukan 25 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung: Mandar Maju, 2008, hal. 70. 26 http:www.bi.go.idwebidPeraturanPerbankanpbi_122010.htm, Oleh: Blog Resmi Bank Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia, diakses tanggal 16 Januari 2012. 27 Pradjoto, Loc. cit. Universitas Sumatera Utara usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian”. Ketentuan ini menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian salah satu asas terpenting yang sifatnya wajib diterapkan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Ditentukan lebih lanjut dalam Pasal 29 ayat 2 UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan bahwa: “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian” dan ayat 3 ditegaskan: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank”. Ketentuan dalam UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan di atas mengisyaratkan suatu kewajiban untuk menerapkan prinsip kehati- hatian. Prinsip ini kemudian dijadikan sebagai salah satu dari kebijakan Bank Indonesia yang terdapat dalam paket kebijakan Januari 2003 melalui PBI Nomor: 310Pbi2001 tentang yang kemudian diubah melalui PBI Nomor:521PBI2003 tentang Perubahan Kedua Atas PBI Nomor: 310Pbi2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer Principles. Paket kebijakan Bank Indonesia ini bertujuan untuk menjalankan kegiatan usaha, terhindar dari berbagai risiko usaha, setidaknya dapat mengurangi risiko usaha dengan cara bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian, salah satu upaya melaksanakan prinsip kehati- Universitas Sumatera Utara hatian adalah Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah sehingga terciptanya perbankan yang sehat. 28 Perubahan istilah penyesuaian terminologi dari sebelumnya menggunakan terminologi “KYCP” berubah menjadi terminologi “Customer Due Dilligence” CDD terdapat dalam dalam PBI Nomor: 1220Pbi2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Perkreditan Rakyat BPR dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS. Berdasarkan PBI Nomor: 1220Pbi2010, prinsip ini diterapkan untuk mencegah masuknya uang hasil tindak kejahatan ke dalam industri perbankan yang sejak tahun 2001 Bank Indonesia sudah memulainya dengan menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer Principles. Prinsip kehatian-hatian juga diatur dalam PBI Nomor: 1126PBI2009 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product 29 bagi Bank Umum. Penerapan prinsip kehati-hatian prudential principles menurut PBI ini digunakan untuk pengendalian manajemen risiko terutama yang terkait dengan pengelolaan dan pengendalian risko yang mungkin timbul dari structured product tersebut bagi Bank Umum. Selanjutnya ketentuan dimaksud disempurnakan pada tahun 2009 dengan mengadopsi rekomendasi dengan standar internasional yang lebih komprehensif 28 http:www.bi.go.idwebidPeraturanPerbankanpbi_122010.htm, Oleh: Blog Resmi Bank Indonesia, Bank Sentral Republik Indonesia, diakses tanggal 16 Januari 2012. 29 Menurut PBI Nomor: 1126PBI2009, structured product adalah produk keuangan non- konvensional yang distruktur sedemikian rupa berdasarkan kebutuhan dan objektif dari nasabah atau golongan nasabah tertentu. Universitas Sumatera Utara untuk mencegah dan memberantas pencucian uang danatau pendanaan terorisme yang dikeluarkan oleh Financial Action Task Force FATF, yang dikenal dengan Rekomendasi 40 + 9 FATF. Rekomendasi tersebut juga digunakan oleh masyarakat internasional dalam penilaian terhadap kepatuhan suatu negara terhadap pelaksanaan program anti pencucian uang dan pemberantasan terorisme, sehingga terminologi “Customer Due Dilligence” CDD mulai digunakan melalui PBI Nomor: 1220Pbi2010. 30 Penerapan Customers Due Diligence dalam dunia perbankan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya tindak pidana misalnya tindak pidana korupsi, pembiayaan terorisme, dan lain-lain. Setidaknya melalui penerapan kewajiban memberikan identitas dan informasi yang benar yang dibutuhkan oleh bank dan sekurang-kurangnya memuat identitas diri, sumber dana, dan tujuan transaksi, dapat mendeteksi lebih dini suatu kejahatan apabila seseorang menggunakan instrumen perbankan untuk melakukan kejahatan. 31 Esensi yang diperlukan dalam penerapan Customers Due Diligence ini adalah untuk perlindungan hukum terhadap nasabah secara tidak langsung. Chatamarrasjid Ais, mengatakan perlindungan hukum terhadap nasabah bank dilakukan dengan 2 dua cara yaitu perlindungan hukum secara tidak langsung dan perlindungan hukum secara langsung. Perlindungan secara tidak langsung oleh bank terhadap kepentingan 30 http:www.bi.go.idwebidPerbankanPrinsip+Mengenal+Nasabah+dan+Anti+Pencucian, Oleh: Blog Resmi Bank Indonesia, diakses tanggal 23 Januari 2012. 31 Prinsip ini disebut dengan Prinsip Mengenal Nasabah atau Know Your Customer KYCP. Prinsip KYCP saat ini setelah diundangkannya UU No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dikenal dengan istilah Prinsip Mengenal Pengguna Jasa atau due diligence. Universitas Sumatera Utara nasabahnya adalah suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana terhadap segala risiko kerugian yang timbul dari suatu kebijaksanaan atau keputusan atau timbul dari suatu kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Penerapan prinsip kehati-hatian merupakan suatu upaya pencegahan yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan. 32 Sedangkan perlindungan langsung oleh bank terhadap kepentingan nasabahnya adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana secara langsung timbulnya risiko kerugian usaha yang dilakukan oleh bank, misalnya nasabah yang memiliki hak preferen. 33 Prinsip kehati-hatian merupakan salah satu perlindungan tidak secara langsung diberikan oleh bank kepada nasabahnya menjadi urusan internal bank itu sendiri yang diatur melalui SOP sebagai pedoman atau petunjuk bagi pegawai danatau staf danatau karyawan bank untuk melaksanakan pekerjaan sesuatu dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena bank menganut prinsip kerahasiaan yang wajib dijaga, maka harus dijalankan berdasarkan prinsip kehati-hatian pula. Kewajiban untuk menjaga prinsip kehati-hatian ini dikenakan kepada semua pihak yang terafiliasi dengan bank. Pihak yang terafiliasi dengan bank adalah pihak yang mempunyai hubungan dengan kegiatan serta pengelolaan usaha jasa pelayanan yang diberikan oleh bank. Hubungan tersebut terikat dengan cara menggabungkan dirinya dnegan pada bank 32 Chatamarrasjid Ais, Op. cit, hal. 146. 33 Ibid, hal. 154. Hak preferen adalah suatu hak yang diberikan kepada seorang kreditur untuk didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya. Dalam sistem perbankan Indonesia, nasabah penyimpan merupakan kreditur yang memiliki hak khusus dalam arti bahwa nasabah penyimpan yang harus didahulukan dalam menerima pembayaran dari bank yang sedang mengalami kegagalan atau kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Universitas Sumatera Utara tersebut, tetapi dengan tidak kehilangan identitasnya. Penggabungan diri tersebut karena keterikatan kepemilikan, kepengurusan, hubungan kerja biasa misalnya karyawan, hubungan kerja dalam rangka pemberian pelayanan jasa kepada bank seperti konsultan hukum. Pihak-pihak terafiliasi dengan bank yang wajib menerapkan prinsip kehati-hatian adalah: 34 a. Dewan Komisaris Bank; b. Direksi Bank; c. Dewan Pengawas Syariah; d. Pejabat dan Karyawan Bank; e. Pengelola dan Karyawan Bank yang berbentuk koperasi; f. Konsultan Hukum; g. Akuntan Publik, dan h. Penilai. Semua pihak tersebut di atas yang memiliki akses tertentu terhadap informasi mengenai keadaan bank. Misalnya pejabat bank adalah mereka yang memiliki tanggung jawab penuh sebagai pimpinan atau pelaksana atau pengawas pada bank termasuk Direksi yang menetapkan SOP. Sedangkan karyawan adalah mereka yang melaksanakan seluruh kegiatan operasional bank dan tidak terkecuali kepada setiap pihak yang terafiliasi. 35 34 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Cetakan Ketiga, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 278. 35 Ibid, hal. 290. Universitas Sumatera Utara Pelibatan kepada seluruh pihak yang terafiliasi dengan bank untuk menjaga prinsip kehati-hatian dalam perbankan ini mengingat bahwa kegiatan perbankan bergerak dalam bidang pengelolaan dana-dana dari masyarakat atas dasar kepercayaan. Muhammad Djumhana, mengatakan, “bahkan setiap pemangku kepentingan stakeholders di bidang perbankan wajib menjaga kepercayaan masyarakat tersebu t”. Kepercayaan masyarakat akan terjaga apabila sektor perbankan itu diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian sehingga selalu terpelihara kondisi kesehatannya. 36 Sementara dalam pengelolaan dana-dana masyarakata tersebut, bank hanya berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan financial intermediary. Sebagai lembaga perantara, bank menjembatani kebutuhan 2 dua kelompok nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang memiliki dana lebih dan pihak lainnya merupakan nasabah yang membutuhkan dana. Oleh sebabnya sebagai lembaga intermediary apabila bank tidak menjalankan prinsip kehati-hatian, akan berakibat pada penurunan kepercayaan masyarakat kepada bank. 37 Bank pada satu sisi menjaga kerahasiaan, di sisi lain melaksanakan prinsip transparansi yang terbatas. Kesalahan dalam menjalankan prinsip ini karena tidak hati-hati menyebabkan kerugian pada bank. Itu sebabnya, bisnis perbankan adalah bisnis penuh dengan risiko meski menjanjikan keuntungan besar jika dikelola secara baik dan hati-hati prudent. Salah satu faktor yang menyebabkan sistem perbankan 36 Ibid, hal. 326. 37 Ismail, Manajemen Perbankan, Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 8 dan hal. 11. Universitas Sumatera Utara nasional mengalami kebangkrutan akibat perilaku pengelola dan pemilik bank yang cenderung mengeksploitasi atau mengabaikan prinsip kehati-hatian dan di samping itu lemahnya fungsi pengawasan dari Bank Indonesia. 38 Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal yang penting guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT, prinsip kehati-hatian juga dianut dalam mengelola perusahaan khususnya perbankan. Prinsip kehati-hatian sejalan dengan prinsip itikad baik, wajib dipercaya, wajib jujur dalam memikul tanggung jawab atas pelaksanaan pengurusan perseroan khususnya bank, yang terdiri dari: 39 a. Kewajiban melakukan pengurusan hanya untuk kepentingan perseroan semata duty to act bona fide in the interest of the company; b. Kewajiban bertindak untuk dan atas nama perseroan duty to execise power for proper purposes; c. Kewajiban bertindak seluas-luasnya duty to retain discretion; d. Kewajiban menghindari benturan kepentingan duty to avoid conflict of interest; e. Kewajiban melaksanakan fungsi kegiatan manajemen dengan mengambil risiko dan peluang di masa depan duty of care and duty diligence; f. Kewajiban menaati peraturan perundang-undangan statutory duty; g. Kewajiban loyal terhadap perseroan loyalty duty. Kewajiban pelaksanaan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud di atas, dibebankan kepada Direksi perusahaan, dalam hal ini Direksi Bank atau Direktur Bank Indonesia. Namun, kewajiban pelaksanaan prinsip kehati-hatian sebagaimana 38 Iswi Hariyani, Restrukturisasi Dan Penghapusan Kredit Macet, Kenapa Perbankan Memanjakan Debitur Besar Sedangkan UsahaDebitur Kecil Dipaksa, Jakarta: Alex Media Komputindo, 2010, hal. 3. 39 Chandra Lubis, Op. cit, hal, 82-96. Universitas Sumatera Utara dikatakan Muhammad Djumhana di atas, berlaku bagi setiap pemangku kepentingan stakeholders di bidang perbankan wajib menjaga kepercayaan masyarakat tersebut. 40 Krisis perbankan pada tahun 1997 di Indonesia, menunjukkan betapa lemahnya komitmen untuk melaksnakan prisnip kehati-hatian di kalangan pelaku bisnis perbankan. 41 Heru Supraptomo, mengatakan bahwa , “Kegiatan perbankan tidak bisa diserahkan seluruhnya pada mekanisme pasar, karena kenyataannya, pasar tidak selalu mampu membetulkan dirinya self correcting apabila terjadi sesuatu di luar dugaan ”. 42 Hal ini, sejalan dengan yang dikatakan Iswi Hariyani, bahwa , “Dukungan kontrol terhadap aktivitas perbankan oleh Bank Indonesia dengan kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian merupakan solusi terbaik untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan yang pada akhirnya akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan itu sendiri ”. 43 Penerapan prinsip kehati-hatian dapat dilihat dalam kasus Bank Mandiri dimana Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman kepada mantan Dirut Bank Mandiri, ECW Nelloe dengan sanksi penjara 10 sepuluh tahun karena perkara tindak pidana korupsi atas pemberian kredit PT. Cipta Graha Nusantara yang dilakukan secara melawan hukum. Perbuatan melawan hukumnya terbukti karena 40 Muhammad Djumhana, Loc, cit, hal. 326. 41 Mulhadi, Prinsip Kehati-hatian Prudent Banking Principle Dalam Kerangka UU Perbankan Di Indonesia, Tesis, Medan: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Universitas Sumatera Utara, 2005, hal. 2-3. 42 Heru Supraptomo, ”Analisis Ekonomi Terhadap Sistem Perbankan”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 1, Tahun 1997, Jakarta, hal. 63. 43 Iswi Hariyani, Op, cit, hal. 32. Universitas Sumatera Utara penyaluran kredit dilakukan dengan tidak berhati-hati yaitu tanpa memenuhi asas- asas umum perbankan dan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat. 44 Pengurus bank adalah profesi yang dituntut memiliki standar kehati-hatian yang tinggi dalam mengelola bank. Alasannya adalah bank sebagai institusi keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan merupakan jantung perekonomian dan dana yang disalurkan dalam bentuk kredit bukan berasal dari pemilik bank.

2. Landasan Konsepsional