Budaya Penggemar Komunitas dan Budaya Penggemar

ketiga—praktik berkemaknaan—memungkinkan kita membahas tentang musik pop dan komik sebagai contoh budaya pop. 75 Dari berbagai definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, budaya adalah sesuatu yang mengacu pada proses perkembangan intelektual, spiritual, dan estesis dan pandangan hidup tertentu masyarakat untuk memenuhi aktivitas kehidupannya.

b. Budaya Pop

Ada beberapa cara untuk mendefinisikan budaya pop. Kata pertama yang akan di bahas adalah istilah “popular”. Terhadap istilah ini Williams dalam John Storey memberikan empat makna: “banyak disukai orang,” “jenis kerja rendahan”, “karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang”, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk diri nya sendiri”. 76 Kemudian, untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua sitilah, yakni ”budaya” dengan “popular” yang keduanya memiliki formulasi definisinya sendiri-sendiri. Dari sisi sejarah perjalanan teori budaya dengan budaya pop itu adalah suatu sejarah dimana dua istilah itu terhubung satu sama lain oleh pemakaian teoritis dalam konteks historis dan sosal tertentu. Ada satu titik awal yang menyatakan bahwa budaya pop itu memang budaya yang menyenangkan atau banyak disuaki orang. Misalnya, bisa diteliti dari konser musik, festival, dan lain-lain. Kita dapat menemukan budaya pop pada apa yang disukai orang-orang, namun kita bisa menemukannya pada banyak hal yang secara teoritis tidak bisa digunakan sebagai definisi konseptual. 77 Definisi budaya pop harus pula mencakup dimensi kuantitatif. Pop-nya budaya popular menjadi sebuah prasayarat. Pengakuan ini mencakup juga pengakuan resmi akan istilah “budaya tinggi” terutama pada penjualan buku, 75 Ibid., John, h. 3 76 Ibid., John, h. 10 77 Ibid., John, h. 11 rekaman dan juga rating audiens TV yang dinyatakan sebagai budaya “pop”. Cara kedua untuk mendefinisikan budaya pop adalah dengan mempertimbangkan budaya tertinggal rendah. Budaya pop menurut definisi ini merupakan kategori residual untuk mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi prasyarat budaya tinggi. Dengan kata lain, budaya pop didefinisikan sebagai budaya “substandar”. 78 Dalam John seorang sosiolog Perancis, Pierre Bourdieau mengatakan bahwa perbedaan budaya seringkali dimanfaatkan untuk memperlebar dan memelihara perbedaan klas. Bourdieau menyebutkan satu contoh, yaitu konsumsi budaya. Menurut Bourdieau, konsumsi budaya sudah ditentukan, sadar, dan disengaja, atau tidak untuk tujuan memenuhi fungsi sosial pengabsahan perbedaan sosial. Pembatasan ini didukung oleh pernyataan bahwa budaya pop adalah budaya komersial dampak dari produksi massal, sedangkan budaya tinggi adalah hasil kreativitas individu. 79 Ketiga, untuk mendefinisikan budaya pop adalah menetapkannya sebagai “budaya massa”. 80 Persoalan pertama adalah mereka yang menyebut budaya pop sebagai budaya massa dengan tujuan menegaskan bahwa budaya massa secara komersial tidak bisa diharapkan. Budaya ini dikonsumsi tanpa berpikir panjang dan tanpa perhitungan. John Fiske dalam John Storey mengungkapkan bahwa “antara 80-90 produk baru gagal walaupun diiklankan dengan kuat... beberapa film gagal kembali modal meskipun biaya promosi nya sangat besar”. Banyak contoh, misalnya suatu label musik mengeluarkan single atau album ke dunia musik karena pada saat itu sedang marak wanita atau pria secara berkelompok bernyanyi dan menari, walau pun sudah promosi secara besar-besaran akan tetapi pada akhirnya girlband tersebut bubar dan menjadi produk gagal. 78 Ibid., John, h. 11 79 Ibid., John, h. 12 80 Ibid., John, h. 15 Definisi keempat, budaya pop adalah budaya yang berasal dari rakyat. 81 Budaya pop adalah budaya otentik “rakyat”. Maskud dalam hal ini adalah budaya pop tidak lain dan tidak bukan adalah berasal dari rakyat dan dinikmati pula oleh rakyat, sehingga budaya pop ini akan terus turun temurun dilakukan oleh generasi-generasi berikutnya. Definisi kelima, budaya poop berasal dari analisis politik tokoh Marxis Italia, Antonio Gramsi terutama tentang pengembangan konsep hagemoninya. Gramsci dalam John Storey menggunakan istilah hagemoni untuk mengacu pada cara dimana kelompok dominan dalam suatu masyarakat mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok subordiansi melalui proses “kepemimpinan” intelektual dan moral. Pendapat Gramsci mengenai budaya pop dalam konsep hagemoni dikenal juga dengan teori hagemoni neo-Gramscian. 82 Teori ini menganggap budaya sebagai tempat terjadinya pergulatan antara usaha perlawanan kelompok subordinasi dan inkorporasi kelompok dominan dalam masyarakat. Dalam penggunaan teori ini tidak diberlakukan seperti empat definisi yang sebelumnya melainkan sebagai suatu lingkup tukar-menukar, keduanya akan berkelindan dalam rupa perlawanan dan penyatuan resistensi dan inkorporasi. Teks dan praktik budaya pop bergerak dalam apa yang oleh Gramsci disebut sebagai “keseimbangan kompromis”. 83 Misalnya, liburan ke pantai dulu dianggap sebagai budaya para bangsawan, dan dalam tempo 100 tahun ia berubah menjadi budaya pop. Konsep pokok penggunaan perspektif Neo-Gramscian adalah konsep “artikulasi” kata ini dipahami dalam arti ganda, yaitu mengekspresikan dan menyatukan. 84 Definisi keenam, budaya pop berasal dari pemikiran postmodernisme. Persoalan utama dalam perdebatan tentang hubungan antara postmodernisme dengan budaya pop adalah pernyataan bahwa 81 Ibid., John, h. 18 82 Ibid., John, h. 19 83 Ibid., John, h. 19 84 Ibid., John, h. 20 budaya postmodern adalah budaya yang tidak lagi mengakui adanya perbedaan antara budaya tinggi dan budaya pop. Akibatnya postmodernis menyatakan sekarang “semua budaya adalah budaya postmodern”. 85 Mereka menentang pembatasan tegas budaya pop dengan budaya massa dan mereka pula menegaskan budaya pop adalah budaya komersial. Salah satu contoh interpretasi komersial dan budaya postmodern dapat ditemukan dalam hubungan antara TV komersial dengan musik pop. Nidji, Isyana Sarasvati, JKT48, Afgan, dan Ayu Ting-Ting masing-masing memiliki rekaman lagu-lagu yang mereka nyanyikan di TV komersial. Terlepas dari apakah semua definisi ini beranggapan sama terhadap budaya pop manapun, yang jelas ia muncul mengikuti industrialisasi dan urbanisasi. 86 Inilah definisi budaya dan budaya pop yang bergantung pada keberadaan ekonomi pasar kapitalis. 87 Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak mudah mengidentifikasi secara pasti sebuah definisi dari istilah budaya pop. Apapun istilah yang digunakan entah itu budaya massa, budaya tinggi, budaya kelas buruh, atau budaya daerah yang tercakup dalam definisi budaya pop seluruh nya—dengan proporsinya masing-masing—akan membawa perubahan definisi terhadap budaya pop tertentu. Akan tetapi ada suatu pembagian umum mengenai pembagian antara studi teks fiksi pop, TV, musik pop, dsb. dan budaya atau praktik budaya yang hidup liburan ke pantai, perayaan hari Lebaran, dan lan-lain. 88 85 Ibid., John, h. 22 86 Ibid., John, h. 23 87 Ibid., John, h. 24 88 Ibid., John, h. 26