Identitas peternak Pemberian Pakan Kandungan Lemak Susu Penanganan Kotoran dan Kandungan Abu pada Rataan pertumbuhan Digestable Energy Sistem Pemeliharaan

18 penetapan faktor-faktor emisi dan Modul III yaitu hasil perhitungan emisi lengkap Deborah et al., 2006. f. Melakukan wawancara dengan 10 orang peternak sapi di Provinsi Jawa Barat yaitu di Peternakan Sapi Perah Kunak-Kabupaten Bogor, Peternakan Sapi Perah KPBS-Pengalengan, Kabupaten Bandung dan Peternakan Sapi Potong PT. Lembu Jantan Perkasa-Serang untuk mengetahui manajemen kotoran ternak, kandungan lemak susu sapi dan tindakan mitigasi yang telah dilakukan peternak selama ini. Pemilihan narasumber dilakukan dengan metode trial and error. Hal ini digunakan untuk melengkapi data primer dan data sekunder yang diperlukan dalam program ALU Tools dan mengetahui tindakan mitigasi yang telah dilakukan peternak. Tabel 2. Sumber Informasi dan Kebutuhan dalam Pembuatan Program No Jenis Data Input Data

1. Identitas peternak

Nama, umur, pendidikan, mulai beternak. 2. Data Ternak Kode Ternak Data individu ternak. Status fisiologis Induk laktasi, sapi kering kandang, sapi dara, sapi jantan, sapi pedet betina, sapi pedet jantan. Ternak selain sapi menggunakan data anak jantan dan betina, muda jantan dan betina, dan dewasa jantan dan betina. Body Score Body Score ternak. Umur Ternak Data sebenarnya atau diperkirakan oleh peternak. Bobot badan Bobot badan terbaru yang dapat diperkirakan berdasarkan lingkar dada atau berdasarkan data perhitungan menggunakan timbangan dari peternak. Status kehamilan Status kehamilan ternak. 3. Evaluasi Nutrisi Pemberian Pakan Jenis dan jumlah hijauan danatau yang diberikan per hari. 19 No Jenis Data Input Data 4. Reproduksi Periode laktasi Periode laktasi. Produksi susu harian khusus untuk sapi perah Produksi susu dalam Lekorhari.

5. Pemberian Pakan

tambahan Pemberian pakan tambahan yang diberikan peternak seperti urea molasses block, feed supplement, mineral mix dan legume.

6. Kandungan Lemak Susu

Rataan kandungan lemak susu yang dihasilkan sapi dan kerbau.

7. Penanganan Kotoran dan

Biogas Penanganan kotoran ternak yang biasa dilakukan peternak dan penggunaan biogas yang telah dilakukan peternak.

8. Kandungan Abu pada

Kotoran Ternak Kandungan abu yang terdapat pada kotoran ternak.

9. Rataan pertumbuhan

bobot badan Pertumbuhan bobot badan ternak per hari.

10. Digestable Energy

Data digestable energy energi yang telah dicerna tiap jenis ternak.

11. Sistem Pemeliharaan

Data sistem pemeliharaan berdasarkan jenis dan klasifikasi populasi ternak. 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 Sebagian besar peternakan di Indonesia merupakan peternakan rakyat. Berdasarkan data statistik peternakan menyebutkan bahwa semua jenis ternak mulai ruminansia sampai unggas tersebar di seluruh provinsi di Indonesia Susilorini et al., 2008. Populasi ternak tertinggi di Indonesia adalah ternak ayam ras pedaging yaitu sebanyak 991.281.000 ekor dan untuk ternak ruminansia populasi tertinggi adalah ternak kambing yaitu sebanyak 15.815.000 ekor kemudian ternak sapi potong yaitu sebanyak 12.257.000 ekor. Populasi ternak terendah pertama adalah ternak kuda yaitu sebesar 393.000 ekor. Data ternak di Indonesia tahun 2004-2008 untuk tiap jenis ternak pada umumnya mengalami kenaikan. Untuk data populasi ternak di Indonesia selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 populasi ayam buras dan ayam ras pedaging dihitung berdasarkan lama pemeliharaan. Populasi ternak tertinggi di Jawa Barat adalah ternak ayam ras pedaging yaitu sebanyak 40.022.126 ekor sedangkan ternak ruminansia terdiri dari ternak domba 5.311.836 ekor kemudian ternak kambing 1.431.012 ekor dan ternak sapi potong 295.554 ekor. Populasi ternak terendah ternak babi 4.773 ekor dan diikuti oleh ternak kuda 13.717 ekor. Tabel 3 menunjukkan bahwa ternak yang memiliki pertumbuhan populasi rata-rata tertinggi adalah ternak itik sebesar 13,44 tahun diikuti ternak domba sebesar 10,82 tahun dan ternak ayam ras pedaging sebesar 6,34 tahun sedangkan ternak yang paling rendah pertumbuhannya adalah ternak babi sebesar -6,51 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan sentra peternakan domba. Pada penelitian ini akan dibandingkan nilai emisi dari populasi berdasarkan jenis ternak dibandingkan dengan populasi lebih detail mengenai ternak yang dikembangkan enhanced yaitu ternak sapi potong, sapi perah dan ternak kerbau. Pada Program ALU Tools untuk ternak sapi perah lebih diutamakan ternak betina dewasa yang sudah laktasi sudah memproduksi susu. 21 Tabel 3. Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 No. Jenis Ternak Tahun Pertum- buhan rata-rata tahun 2004 2005 2006 2007 2008

1. Sapi