Sapi Brahman Sapi Brangus Sapi Limosin Sapi Simbra Sapi Simental Kerbau Kerja Kerbau Potong

23 Gambar 2 mengestimasikan bahwa sapi potong di Jawa Barat memiliki presentase tertinggi adalah populasi ternak jantan dewasa yaitu sebesar 74,50 diikuti oleh ternak betina dewasa yaitu sebesar 17,11 dan persentase terendah adalah ternak pedet jantan maupun betina yaitu 0,05 . Gambar 3. Struktur Populasi Kerbau Berdasarkan Klasifikasi PopulasiTernak di Kab. Bogor Tahun 2007 Sumber : Dinas Peternakan Bogor 2007 Gambar 3 mengestimasikan bahwa populasi kerbau di Jawa Barat memiliki persentase tertinggi berdasarkan umur kerbau adalah dewasa betina yaitu sebsar 39,36 diikuti ternak dewasa jantan yaitu sebesar 16,11 sedangkan persentase terendah adalah ternak anak jantan yaitu sebesar 7,67. Berdasarkan Gambar 1 sampai Gambar 3 didapatkan estimasi populasi Sapi Potong Berdasarkan Bangsa dan Umur Ternak yang disajikan oleh Tabel 4. Tabel 4. Data Populasi Sapi Potong dan Kerbau Berdasarkan Bangsa dan Klasifikasi Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat No. Bangsa Ternak Klasifikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ekor Dewasa Jantan Dewasa Betina Muda Jantan Muda Betina Pedet Jantan Pedet Betina

1. Sapi Brahman

15.523 3.563 1.479 250 10 10

2. Sapi Brangus

6.209 1.425 592 100 4 4

3. Sapi Limosin

52.779 12.114 5.030 850 35 35 2 0 48 2 48 anak jantan jantan muda jantan dewasa anak betina betina muda betina dewasa 24 Lanjutan Tabel 4. No. Bangsa Ternak Klasifikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ekor Dewasa Jantan Dewasa Betina Muda Jantan Muda Betina Pedet Jantan Pedet Betina

5. Sapi Simbra

43.465 9.977 4.142 700 29 29

6. Sapi Simental

37.256 8.551 3.551 600 25 25 Total Sapi Potong 295.554

7. Kerbau Kerja

2.350 5.741 1.575 2.199 1.601 1.119

8. Kerbau Potong

21.246 51.665 14.176 19.794 14.413 10.068 Total Kerbau 145.847 Penentuan Faktor Emisi Faktor emisi didapatkan dengan cara memasukkan data-data yang dibutuhkan ke dalam software ALU Tools. Data-data yang dimasukkan sesuai dengan kebutuhan, apabila dibutuhkan data yang rinci maka menggunakan model II sedangkan model I digunakan ketika data yang tersedia kurang rinci. Langkah pertama yang harus dilakukan baik ketika menggunakan Model I maupun Model II adalah dengan melengkapi data populasi ternak. Populasi yang diisi pada model I maupun model II untuk ternak sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, domba, kambing, babi, itik dan ayam petelur dianggap dipelihara lebih dari setahun sedangkan untuk ternak ayam ras pedaging broiler selama 35 hari dan ayam buras ayam kampung selama 90 hari. Populasi rata-rata diperoleh menggunakan rumus : Populasi rata-rata = Lama Pemeliharaan Populasi dalam satu tahun 365 hari Misalnya ayam ras memiliki populasi sebanyak 60.000 ekor dalam setahun maka populasi rata-ratanya adalah 9.863 ekor. Ayam ras pada umumnya dipelihara selama 60 hari. Populasi rata-rata = 60 hari x 60.000 ekor365 haritahun. 25 Model I Default-IPCC Model I pada penelitian ini menggunakan faktor emisi yang diperoleh dari koefisien yang sudah ditetapkan IPCC defaut-IPCC. Apabila menggunakan model I maka semua data populasi ternak diisi pada kolom basic dasar. Default-IPCC yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data Asia yaitu Negara China. Model II enhanced- bangsa ternak dan klasifikasi populasi ternak Model II pada penelitian ini dilengkapi dengan bangsa ternak dan estimasi pakan yang diberikan pada tipe ternak di setiap bangsa ternak. Apabila menggunakan model II maka data populasi ternak sapi dan kerbau diisi pada kolom enhanced dikembangkan sedangkan ternak lainnya diisi pada kolom basic dasar. Metode dalam Model II meminta penjelasan yang rinci di setiap ternak, produktivitas ternak, kualitas pakan dan data-data detail lainnya untuk mendukung estimasi yang lebih akurat yang digunakan di dalam perhitungan produksi metan dari fermentasi enterik. Maka dapat dihasilkan hasil perhitungan yang tepat dari kotoran ternak dan rata-rata nitrogen yang dieksresikan untuk menjelaskan emisi CH 4 dan N 2 O dari manajemen kotoran ternak, fermentasi enterik maupun N yang melayang ke atmosfer. Ternak sapi dan kerbau biasanya diklasifikasikan berdasarkan: pertumbuhan bobot badan harian, bobot ternak muda, pedet dan bobot badan dewasa. Setiap subkategori diisi dengan pakan yang diberikan. Pada umumnya data yang dibutuhkan untuk mengestimasi konsumsi pakan antara lain: bobot badan kg, rataan pertambahan bobot badan harian kg, sistem pemeliharaan dikandangkan, digembalakan, dilepas pada ladang pastura, produksi susu per hari Literhari, persentase kandungan lemak susu, rataan kerja yang dilakukan per hari jamhari, persentase betina laktasi, persentase betina bunting, dan persentase pakan yang dicerna DE. Bobot Badan kg. Bobot badan pada umumnya didapatkan dari hasil penelitian dan studi pustaka. Data bobot badan dari sapi dan kerbau berdasarkan bangsa yang digunakan pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 5. Data bobot badan digunakan untuk menentukan besarnya emisi yang dihasilkan tiap jenis ternak. Semakin tinggi 26 bobot badan maka kebutuhan pakan semakin tinggi sehingga menghasilkan emisi yang semakin tinggi. Tabel 5. Data Bobot Badan Ternak Sapi dan Kerbau Berdasarkan Bangsa, Umur Ternak dan Jenis Kelamin No. Bangsa Ternak Bobot Badan Ternak Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin kg Pedet Muda Dewasa Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina

1. Sapi PO